DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................. 1
B.
Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pemakaian Huruf......................................................................... 3
1.
Huruf Abjad.......................................................................... 3
2.
Huruf Vokal.......................................................................... 4
3.
Huruf Konsonan....................................................................
4
4.
Huruf Diftong........................................................................ 5
5.
Gabungan Huruf Konsonan................................................... 6
6.
Huruf Kapital......................................................................... 6
7.
Huruf Miring.......................................................................... 11
8.
Huruf Tebal............................................................................ 11
9.
Huruf Tebal Tidak Dipakai dalam Cetakan Kamus............... 12
10. Huruf
Tebal dalam Cetakan Kamus...................................... 12
B.
Penulisan Kata............................................................................. 13
1.
Kata Dasar............................................................................. 13
2.
Kata Turunan......................................................................... 13
3.
Bentuk Ulang......................................................................... 14
4.
Gabungan Kata...................................................................... 14
5.
Suku Kata.............................................................................. 15
6. Kata Depan di, ke, dan dari................................................... 16
7.
Partikel................................................................................... 16
8.
Singkatan dan Akronim......................................................... 16
9.
Angka dan Bilangan...............................................................
18
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Batasan Indonesia
adalah bahasa resmi Republik Indonesia
sebagaimana disebutkan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI
1945, Pasal 36. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia
sebagaimana tersirat dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (bahasa nasional), bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang
kebangsaan nasional, (2) lambang jati diri (identitas) nasional, (3) alat
persatuan berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya
dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya antar daerah.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi (bahasa
negara), bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa
pengatar resmi lembaga-lembaga pendidikan, dan (3) bahasa resmi dalam perhubungan
pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan
bahasa persatuan, sebagai bangsa kita sudah semestinya menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Penggunaan bahasa Indonesia
yang baik adalah penggunaan yang disesuaikan dengan lingkungan keadaan yang
dihadapinya. Berdasarkan lingkungan dan pemakaian bahasa, diperoleh ragam
bahasa, baik lisan maupun tulis. Jika kita berkomunikasi secara lisan, kita
menggunakan ragam lisan, penggunaan bahasa Indonesia yang baik adalah
penggunaan yang disesuaikan dengan lingkungan keadaan yang dihadapinya.
Berdasarkan lingkungan dan pemakaian bahasa, diperoleh ragam bahasa, baik lisan
maupun tulis. Jika kita berkomunikasi secara lisan, kita menggunakan ragam
lisan. Jika kita berkomunikasi secara lisan, kita menggunakan ragam lisan
tulis. Dengan kata lain, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik adalah
penggunaan ragam-ragam berbahasa Indonesia sesuai dengan keadaan atau
lingkungan komunikasi.
Bahasa Indonesia dalam komunikasi resmi, terutama pada
situasi formal, kedinasan, ilmiah, atau pendidikan, adalah bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku adalah suatu ragam
bahasa, baik lisan maupun tulis. Jika kita berkomunikasi secara lisan, kita
menggunakan ragam lisan. Jika kita berkomunikasi secara tertulis, kita
menggunakan ragam tulis. Dengan kata lain, penggunaan bahasa Indonesia dengan
baik adalah penggunaan ragam-ragam bahasa berbahasa Indonesia sesuai dengan keadaan
atau lingkungan berkomunikasi.
Bahasa Indonesia dalam komunikasi resmi, terutama pada
situasi formal, kedinasan, ilmiah, atau pendidikan, adalah bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku adalah suatu ragam
bahasa yang dilembagakan yang mempunyai kaidah yang mantap yang oleh masyarakat
pemakaian bahasa dipakai sebagai acuan dalam penggunaannya.
Penggunaan bahasa Indonesia
yang benar adalah penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan kaidah bahasa
bahasa Indonesia.
Dalam ragam tulis. Kaidah itu tertera pada buku.
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
- Pedoman Umum Pembentukan Istilah, dan
- Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
Penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, serta sesuai kaidah, akan turut berperan dalam pelestarian
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi bangsa Indonesia.
B.
Tujuan Penulisan
Dengan adanya tulisan ini, penulis berharap agar pembaca
dapat lebih mengetahui tentang ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dengan
lebih baik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pemakaian Huruf
1.
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan Bahasa Indonesia terdiri
atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf
|
Nama
|
|
Kapital
|
Kecil
|
|
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
|
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
2.
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam Bahasa Indonesia vokal
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a,
e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi
Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi
Akhir
|
|
a
e*
i
o
u
|
api
enak
emas
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
kena
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu
|
Keterangan:
Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ‘ ) dapat
digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak
bermain di teras (teras)
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
3.
Huruf Konsonan
Terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p,
q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
Vokal
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi
Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi
Akhir
|
|
b
c
d
f
g
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
|
adab
-
abad
maaf
gudeg
|
Huruf
Vokal
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi
Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi
Akhir
|
|
h
j
k
l
m
n
p
q**
r
s
t
u
v
w
x**
y
z
|
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
qur’an
raih
sampai
tali
varia
wanita
xerox
yakin
zeni
|
saham
manja
paksa
rakyat
alas
kami
tanah
apa
status-quo
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
tuah
mikraj
politik
bapak
akal
diam
daun
siap
taufiq
putar
tangkas
rapat
-
-
sinar –x
-
juz
|
Keterangan:
* Huruf k melambangkan bunyi hamzah
**
Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan
keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar-x).
4.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi
Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi
Akhir
|
|
ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
malaikat
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
5.
Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan
satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf
Konsonan
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi
Awal
|
Posisi
tengah
|
Posisi
akhir
|
|
Kh
Ng
Ny
Sy
|
Khusus
Ngilu
Nyata
Syarat
|
Akhir
Bangun
Banyak
Isyarat
|
Tarikh
Senang
-
Arasy
|
Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai
dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan
khusus.
6.
Huruf Kapital
a.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai
dalam satu jam.
b.
Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama petikan
langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita
pulang?”
Orang itu menasehati anaknya, “Berhati-hati, nak!”
“Kemarin engkau terlambat,”
katanya.
“Besok pagi,” kata ibu, “Dia
akan berangkat”
c.
Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama dalam kata
dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam Quran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
d.
1) Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama nama
gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di ikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
2)
Huruf kapital tidak
di pakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan ke
agamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja di angkat menjadi sultan.
3)
a) Huruf kapital di pakai
sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang di
ikuti nama orang, nama instansi.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
b)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh presiden republik Indonesia.
c)
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk
kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya :
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
4)
Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama
unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir hamzah
5)
a) Huruf kapital di pakai
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
Bangsa Eskimo
b)
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bangsa yang digunakan
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya :
Pengindonesiaan kata asing.
6)
a) Huruf kapital di pakai
sebagai huruf pertama
nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
Tahun Hijriah
b)
Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
peristiwa sejarah.
Misalnya: Perang Dunia I
c)
Huruf kapital tidak
di pakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai
nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan bangsa Indonesia.
7)
a). Huruf
kapital di pakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara
b)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur
nama geografi yang diikuti nama di geografi.
Misalnya:
Gunung Semeru
c)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri
atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan
budaya.
Misalnya:
Ukiran Jepara
d)
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur
geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi
Misalnya:
Berlayar ke teluk
e)
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
8)
a) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegeraan, badan, dan nama dokumen resmi, lembaga ketatanegara,
badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Departemen keuangan
b)
Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegara, badan, dan
nama dokumen resmi.
Beberapa badan hukum
Catatan:
- Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama setiap
unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam
judul buku, majalah, surat kabar,
dan makalah, kecuali kata tugas
seperti di, ke, dari, dan untuk
yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang
digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. doktor
9)
a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman,
yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan
Misalnya:
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
b)
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau
penyapaan.
Misalnya:
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga
10) Huruf
kapital yang dipakai sebagai huruf kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkan Anda tahu?
11) Huruf
capital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan,
dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap diikuti oleh paparan yang
berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
7.
Huruf Miring
a.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama
karangan Mpu Prapanca.
b.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a
c.
1) Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana Orang tua harus
bersikap tut wuri handayani terhadap
anak.
2)
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa
Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
8.
Huruf Tebal
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul
buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar isi, daftar table, daftar lambing,
daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:
Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I
PENDAHULUAN
Bagian bab: 1.1 Latar Belakang
1.2
Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
9.
Huruf Tebal Tidak Dipakai dalam Cetakan Kamus
Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan kamus untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata;
untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
Misalnya:
Akhiran-i tidak dipenggal pada ujung bari.
Saya
tidak mengambil bukumu.
Gabungan
kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya
ditulis dengan huruf miring:
Akhiran
–i tidak dipenggal pada ujung baris.
10. Huruf
Tebal dalam Cetakan Kamus
Huruf Tebal dalam Cetakan Kamus dipakai
untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang
menyatakan polisemi.
Misalnya:
kalah v 1
tidak menang… 2 kehilangan atau merugi… : 3
tidak lulus… : 4 tidak menyamai.
B.
Penulisan Kata
1.
Kata Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku
itu sangat menarik
2.
Kata Turunan
a.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya
Misalnya:
dipermainkan
b.
Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika
ditambahkan pada bentuk singkatan
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upygrade
me-recall
c.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E,
Butir 5).
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
d.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, unsur, gabungan kata itu ditulis serangkai.
e.
Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai
dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Adipati
Aerodinamika
Dwiwarna
Ekawarna
Paripurna
Poligami
3.
Bentuk Ulang
a.
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubungan
di antata unsur-unsur lainya.
Misalnya:
Anak-anak
Menulis-nulis
b.
Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk
ulang.
Misalnya:
Melambai-lambaikan
4.
Gabungan Kata
a.
Unsur-unsur yang lazim disebut kata majemuk ditulis
terpisah
Misalnya:
Kambing hitam
b.
Gabungan kata yang menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung diantara unsur-unsurnya untuk
menegaskan pertalian unsure yang bersangkutan
Misalnya:
Ibu-Bapak kami Ibu
Bapak-kami
c.
Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis
serangkai.
Misalnya:
Akhirulkalam
Dukacita
Saptamarga
5.
Suku Kata
a.
Pemengalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai
berikut.
1) Jika ditengah kata ada huruf vokal yng berurutan,
pemenggalan dilakukan diantara huruf vocal itu.
Misalnya:
Ma-in
2) Huruf Diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal
Misalnya:
Au-la
b.
Jika ditengah kata dasar ada huruf diantara dua buah
huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
La-wan
c.
Jika ditengah kata dasar ada duahuruf konsonan yang
berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Makh-luk
d.
Jika di tengah kata asar ada tiga huruf konsonan atau
lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
Ben-trok
e.
Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel
dilakukan diantara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu
Misalnya:
Mem-bantu
f.
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan
salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan
dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Misalnya:
Bio-data Bi-o-da-ta
g.
Nama orang, badan hokum, atau nama diri lain yang
terdiri atas dua unsure atau lebih dipenggal pada khir baris di antara
unsur-unsurnya. Unsur nama yang berupa singkatan tidak dapat dipisahkan.
6.
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata
depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kara yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai
satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain
itu disimpan di dalam lemari
Dia
berjalan-jalan di luar gedung.
7.
Partikel
a.
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan
kata yang mendahului
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam urat itu?
b.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya
Misalnya:
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
c.
Partikel per yang berarti ‘demi’, atau ‘mulai’ ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
8.
Singkatan dan Akronim
a.
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
1)
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan, atau
pagkat diikuti dengan tanda itik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:
W.R. Supratman Wage
Rudolf Supratman
M.Hum. Magister
Humaniora
2)
Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan
ketatanegraan, badan resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal ditulis dengan
huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
WHO World
Health Organization
b.
1) Singkatan kata
yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
Tgl. Tanggal
dl.
Dalam
2) Singkaran gabungan kata yang
terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya:
Sda sama
dengan diatas
Yth yang
terhormat
c.
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf
masing masing diikuti oleh tanda titik.
Misalkan:
u.b. Untuk
Beliau
d.
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
Misalnya:
kVA Kilovolt-ampere
e.
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang
diperlukan sebagai sebuah kata.
f.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur
nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
a.
Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa
unsur ditulis dengan awal kapital.
Misalnya:
Iwapi Ikatan Wanita
Pengusaha Indonesia
b.
Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua
kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
rapim rapat pimpinan
9.
Angka dan Bilangan
Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka
Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi
: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000), V (5.000), M (1.000.000)
a.
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali
b.
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih
dari dua kata, susunaan kalimat I ubah agar bilangan yang tidak dapat di tulis
dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.
c.
Angka yang menunjukan bilangan utuh besar dapat di eja
sebagaian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan Rp. 250 Juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
d.
Angka yang digunakan untuk menyatakan (a) ukuran
panjang, berat, luas, dan isi ; (b) satuan waktu ; (c) nilai uang ; dan (d)
jumlah.
Misalnya :
4 meter persegi
1 jam 20 menit
e.
Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Wijaya No. 14
f.
Angka digunakan untuk monomori bagian karangan atau
ayat kitab suci.
Misalnya :
Surah Yasin : 9
g.
Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai
berikut.
1)
Bilangan utuh
Misalnya:
Tiga puluh
2)
Bilangan pecahan.
Misalnya:
Seperenam belas.
h.
Penulisan belangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut.
Misalnya:
a.
Pada awal abad XX
(angka romawi kapital) dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka
arab) pada awal abad kedua puluh
(huruf)
b.
Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut.
Misalnya:
Lima
lembar uang 1.000-an
i.
Bilangan tidak
perlu di tulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali dalam
dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
j.
Jika bilangan di lambangkan dengan angka dan huruf
penulisannya harus tepat.
10. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya.
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku ,-mu, dan –nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku
itu boleh kau baca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan
di perpustakaan.
11. Kata si
dan sang
Kata
Si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Toko
itu memberikan hadiah kepada si
pembeli.
C.
Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
a.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Biarlah mereka duduk disana.
b.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagn, iktisar, atau daftar.
Misalnya:
c.
Departemen Pendidikan Nasional
1)
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
2)
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar da Menengah.
3)
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
d.
1. Patokan
Umum.
1.1 Isi
karangan.
1.2 Ilustrasi
e.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1,35 menit, 20
detik).
f.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
g.
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka diantara nama
penulis, judul penulisan yang tidak berakhir dengan tanda tnya atau tanda seru,
dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapotiwa, dan Anton Siregar,
Merari 1920.
h.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200
orang.
2.
Tanda Koma (,)
a. Tanda
koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Surat biasa, surat
kilat, ataupun surat
kilat khusus memerlukan prangko.
b. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
Misalnya:
Ini bukan saya, melainkan
buku ayah saya.
c. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimatnya.
Misalnya:
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
d. Tanda
koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat, seperti oleh karena
itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Meskipun begitu,
dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun
e. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan,
atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari
kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu?
f. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “Saya gembira sekali”.
g. Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru
Misalnya:
“Masuk ke kelas sekarang!” perintahnya.
h. Tanda
koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
i.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama
yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional, Jakarta: Restu Agung.
j.
Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dalam
catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat
Budaya Indonesia(Bandung:
Alumni, 1977), hlm. 12.
k. Tanda
koma dipakai diantara nama orang dari gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga atau marga.
Misalnya:
Ny. Khadijah, M.A
l.
Tanda koma dipakai dimuka angka decimal atau
diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
Rp. 500,00
1)
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
2)
Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/
salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di
kawasan nusantara ini.
3)
Tanda Titik Koma (;)
4)
Tanda titik komadipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalmiat yang setara di dalam kalimat majemuk
setara.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku-buku yang harus dibeli
ayahnya.
m. Tanda
titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang
berupa frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
Syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
1)
Berkewarganegaraan Indonesia;
2)
Berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisahkan oleh tanda-tanda baca dan kata
hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang,
apel, dan jeruk.
3.
Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau
pemberian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
b. Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Misalnya:
Ketua :
Ahmad Wijaya
Sekretaris :
Siti Aryani
Bendahara :
Aulia Arimbi
c. Tanda
titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Bawa kopor ini,
Nak!”
Amir : “Baik, Bu”.
d. Tanda
titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan hamalan, (b) bab dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/ 2008: 8
Surah Yassin: 9
4.
Tanda Hubung (-)
a.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah
oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga cara baru
b.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mendahuluinya
pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
c.
Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur
kata ulang.
Misalnya:
Berulang-ulang
d.
Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian
tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
8 – 4 – 2008
p-a-n-i-t-i-a
e.
Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan
bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau
kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
f.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
1)
se-dengan
kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
2)
ke-dengan
angka
3)
Angka dengan –an
4)
Kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital
5)
Kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
6)
Gabungan kata yang merupakan kesatuan
Misalnya:
se-Indonesia
Tahun 1950-an
g.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-mark-up
5.
Tanda Pisah (-)
a.
Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata
atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan itu-hak segala bangsa-harus dipertahankan.
b.
Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan
aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atom-telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c.
Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan, tanggal,
atau tempat dengan arti ‘sampai ke’.
Misalnya:
Tahun 1928-2008
Tanggal 5-10 April 2008
6.
Tanda Tanya (?)
a.
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b.
Tanya tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?)
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang
7.
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Bersihkan
kamar itu sekarang juga!
a.
Tanda Elipsis (…)
1)
Tanda ellipsis dipakai kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu…, marilah kita laksanakan.
2)
Tanda ellipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam
suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan… akan diteliti lebih lanjut.
b.
Tanda Petik (“ “)
1)
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”.
2)
Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi,
karangan, atau bab buku yng dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Pahlawanku” terdapat paa halaman 5 buku
3)
Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang
kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
c.
Tanda Petik Tunggal (‘ ‘)
1)
Tanda petik tungal dipakai untuk mengapit petikan yang
terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ dan tadi?”
2)
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata
atau ungkapan.
Misalnya:
Terpandai ‘paling’
pandai
3)
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata
atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
feed-back ‘balikan’
d.
Tanda Kurung (( ))
1)
Tanda kurung dipakai untu mengapit tambahan keterangan
atau penjelasan.
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu Tanda Penduduk).
2)
Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau
penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang
terkenal di Bali) di tulis pada tahun 1962.
3)
Tanda kurung dipakai untu mengapit huruf atau kata yang
kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi kokain (a).
4)
Tanda kurung dipakai dipakai untuk mengapit angka atau
huruf yang memerinci ururtan keterangan.
Misalnya;
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga
kerja.
e.
Tanda Kurung Siku ([ ])
1)
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata,
atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian
kalimat yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemersik.
2)
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan
dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35 Y 38]) perlu dibentangkan di sini.
f.
Tanda Garis Miring (/)
1)
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor surat,
nomor pada alamat, dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
No. 7/ PK/ 2008
Jalan Kramat III/ 10
2)
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap dan ataupun.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/ laut.
g.
Tanda Penyingkat atau Aposotrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Misalnya:
Dia ‘kan sudah kusurati, (‘kan: bukan)
D.
Penulisan Unsur Serapan
Kaidah ejaan yang berlaku berlaku bagi unsur serapan
itu adalah sebagai berikut:
a (ain Arab dengan a) menjadi ‘a
‘asr asar
sa’ah saat
manfa’ah
manfaat
(ain
Arab) di akhir suku kata menjadi k
ra’yah
rakyat
ma’na
makna
ruku’ rukuk
aa (Belanda)
menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerodynamics aerodinamika
ae jika
bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite
hematit
ai tetap ai
trailer
trailer
caisson
kaison
au tetap au
audiogram
audiogram
autotroph autotrof
tautomer
tautomer
hydraulic
hidraulik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal
c di muka e, I, oe, dan y
menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelum selom
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accommodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimazination aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi
cc di muka e dan i menjadi ks
accent aksen
accessory aksesori
vaccine vaksin
cc dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
tekchnique teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon eselon
machine mesin
ch yang lafalnya c menjadi c menjadi c
chip
cip
voucher
vocer
China
Cina
ck menjadi k
check cek
ticket
tiket
c (Sanskerta)
menjadi s
cabda sabda
castra sastra
d (Arab) menjadi d
darurat darurat
fardu fardu
hadir hadir
e tetap e
effect
efek
description deskripsi
synteshis sintesis
ea tetap ea
idealist idealis
habeas habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
systeem sistem
ei tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium
eo tetap eo
stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit
eu tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium
f (Arab) menjadi f
fakir fakir
mafhum mafhum
saf saf
s (Arab) menjdi s
subuh
subuh
musibah musibah
khusus khusus
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
scotopia skotopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi
sc di muka e, I, dan y menjadi s
scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
sch di muka menjadi sk
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme
t di muka i menjadi s jiak lafalnya s
ratio rasio
actie aksi
patient pasien
t (Arab) menjadi t
ta’ah taat
mutlaq mutlak
lut lut
th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode (Belanda) metode
u tetap u
unit unit
nucleolus nukloelus
structure struktur
institute institut
ua tetap ua
dualisme dualisme
aquarium akuarium
ue tetap ue
suede sued
duet duet
ui tetap ui
euinox ekuinoks
conduite konduite
uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota
uu tetap uu
prenmatuur prematur
vacuum vacum
u tetap u
vitamin vitamin
television televisi
cavalry kavaleri
w (Arab) tetap w
jadwal jadwal
marwal marwal
tagwa tagwa
x pada awal kata tetap x
xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
x pada posisi lain menjadi x
executive eksekutif
taxi taksi
exudation eksudasi
latex lateks
xc di muka e dan i menjadi ks
excetion eksepsi
excess ekses
excision eksisi
excitation eksitasi
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi
excommunication ekskommunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif
y tetap y jika lafanya y
yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan
y menjadi i jika lafanya i
yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propil
psychology psikologi
z tetap z
zenith zenit
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot
z (Arab) menjadi z
zalim zalim
hafiz hafiz
Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
Gabbro gabro
Accu aki
Effect efek
Commision komisi
Ferrum ferum
Salfeggio salfegio
Ummat umat
Tammat tamat
Tetapi;
Mass massa
E.
Pedoman Pemenggalan kata
Pemenggalan kata jadian (kata kompleks) dilakukan
dengan berpegangan pada prinsip gramatika:
1.
Awalan dan Akhiran Diperlakukan Sebagai Satuan
Terpisah
Contoh:
be-a.sas
pel-a.jar
hi-tung-an
Perhatikan:
ber-u.ang
be-ru.ang
meng-u.kur
me-ngu.kur
2.
Bentuk Gabungan Dipenggal Lebih Dahulu Atas
Satuan-Satunya
Contoh:
ba.gai-ma.na
ha.lai-bi-ha.lal
ser.ba-gu.na
au.di.o-vi.su.al
bi.o-gra.fi
in.fra-struk.tur
eks.tra-ku.ri.ku.ler
fo.to-gra.fi
ho.mo-ge.ni.tas
kon.tra-dik.si
mo.no-te.is.me
pa.ra-me.dis
Pemenggalan kata dasar, baik kata Indonesia maupun kata serapan,
dilakukan dengan berpegang pada prinsip ortografis.
a.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
Pemenggalan
kata yang mengandung huruf-huruf vocal yang berurutan di tengahnya dlakukan di
antara kedua huruf vocal itu.
Contoh:
Bu.ah
Ma.in
Sa.at
I.de.al
Ne.on
Ka.ul
Zo.o.lo.gi
A.or.ta
Du.et
Ku.o.ta
i.on
b.
Bagian kata yang terdiri atat satu hruf vocal (temasuk
akhiran - i) pemenggalannya dilakukan
sebagai berikut.
A.da
I.ni
I.tu
Di.a
Du.a
Tu.a
Me.nu.lis.i
Me.nung.gang.i
Me.lu.ka.i
c.
Struktur yang mengandung gugus vocal au, ae, ci, eu,
dan ui, baik dalam kata-kata Indonesia
maupun dalam kat-kata serapan, diperlakukan sebagai satu suku.
Contoh:
Au.la
Pu.lai
San.tai
Am.boi
Bai.tul.ha.ram.
Sur.vei
Ae.ro.bik
Eu.fe.mis.me
Ka.sui
Bandingkan dengan
Ka.in
La.uk
Da.ur
Da.un
Akan tetapi, kata seperti mei,
prei, dai, dan sai, dipenggal
menjadi.
Me.i
Pre.i
Da.i
Sa.i
d.
Pemenggalan kat yang mengandung sebuah huruf konsonan
dilakukan sebelum hruf konsonan.
Contoh:
Ba.pak
ka.bar
la.wan
so.pan
ta.han
wa.jar
e.
Pemenggalan kata yang mengandung dua hruf knsonan
berurutan yang tidak mewakili satu fonem dilakukan di antara kedua huruf
knsonan itu.
Contoh:
ap.ril
cap.lok
jan.ji
mam.bang
pin.dah
put.ri
run.ding
swas.ta
tan.cap
was.was
f.
Pemanggalan kata yang di tengahnya terdapat digraph
atau gabungan huruf konsonan yang mewakili fonem tunggal dilakukan dengan tetap
mempertahankan kesatuan di graf itu.
Contoh:
akh.lak
bang.sa
bu.nyi
ikh.las
mu.ta.khir
nya.nyi.an
pang.gung
tang.kas
g.
Pemenggalan kata yang mengandung tigas atau empat huruf
konsonan berurutan di tengahnya dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan
huruf konsonan kedua. (Namun perhatikan butir (6) di atas)
contoh :
ben.trok
in.fra
ul.tra
perhatikan :
bang.krut
makh.luk
takh.ta
h.
Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans dilakukan
seperti di bawah ini.
1)
Jika trans
diikuti bentuk bebas, pemenggalannya dilakukan dengan memisahkan trans sebagai bentuk utuh dan bagian
lainnya di penggal kata dasar.
Contoh:
Trans.mig.ra.si
Trans.fu.si
Trans.ak.si
2)
Jika trans
diikuti oleh bentuk terikat, pemenggalan seluruh kata dilakukan dengan
mengikuti pola pemenggalan kata dasar.
Contoh:
Tran.sen.den
Tran.sit
Tran.spi.rasi
Catatan :
Transkrip dan Transkripsi
dipenggal menjadi
Tran.skrip dan tran.skrip.si
i.
Pemenggalan kata yang mengadung bentuk eks-dilakukan sperti di bawah ini.
1)
jika unsur ek-ada
dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan yang mengadung unsure in- atau –im, pemenggalan dilakukan antara eks dan unsure berikut nya.
Contoh:
eks.tra (bandingkan
dengan intra)
eks.por (bandingkan
dengan impor)
eks.pli.sit (bandingkan
dengan implicit)
eks.ter.nal (bandingkan
dengan internal)
eks.klu.sif (bandingkan
dengan inklusif)
2)
Bentuk lain yang mengandung unsur eks- dipenggal sebagai utuh. Pemenggalan eks dilakukan di antara k
dan s.
Contoh:
ek.ses
ek.stream
ek.sis.ten,si
ek.so.dus
ek.so.ga.mi
- Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari satu ubsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, dilakukan di antara unsure-unsurnya. Ketentuan ini sama dengan ketentuan 1.2 di atas.
Contoh:
endoskop endo-skop en.do.skop
teleskop tele-skop te.le.skop
telegraf tele-graf te.le.graf
bioskop bio-skop bi.o.skop
biografi bio-grafi bi.o.gra.fi
biologi bio-logi bi.o.lo.gi
demokrasi demo-krasi de.mo.kra.si
plutokrasi pluto-krasi plu.to.kra.si
teokrasi teo-krasi te.o.krasi
atmosfer atmo-sfer at.mo.sfer
biosfer bio-sfer bi.o.sfer
ionosfer iono-sfer i.o.no.sfer
kecuali
:
en.dos.ko.pi
te.le.gra.fis
at.mo.sferis
k.
1) Pemenggalan
unsur serapan asing yang berakhir-isme
dan -isme itu didahului oleh huruf vokal,
dilakukan setelah huruf vokal
Contoh:
egoisme e.go.is.me
hinduisme hin.du.is.me
heroisme he.ro.is.me
2) Pemenggalan
unsure serapan asing yang berakhir-isme dan –isme itu didahului oleh sebuah
huruf konsonan, dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Contoh:
absolutisme ab.so.lu.tis.me
humanisme hu.ma.nis.me
jurnalisme jur.na.lis.me
patriotisme pat.ri.o.tis.me
animisme a.ni.mis.me
komunisme ko.mu.nis.me
fanatisme fa.na.tis.me
- Pemenggalan unsur serapan asing yang yang berakhir –anda, -asi, -ida, -ika –ikel, dan –tas dilakukan sebagai berikut:
1) propaganda pro.pa.gan.da
ayahanda a.yah.an.da
2)
dedikasi de.di.ka.si
interogasi in.te.ro.ga.si
3) klorida klo.ri.da
oksida ok.si.da
- Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir –ak, -al, -ans, -at, -if ,- ik,
-is, or, dan –ur dilakukan sebagai
berikut:
a. amoniak
a.mo.ni.ak
kardiak kar.di.ak
b. proposal
proposal
nasional na.si.o.nal
c. ambulans
ambu.lans
konkordans kon.kor.dans
d. ekspansif
ek.span.sif
relatif re.la.tif
e. balistik
ba.lis.tik
atomik a.to.mik
f. ekstremis
ek.stre.mis
jurnalis jur.na.lis
g. aktor ak.tor
donor do.nor
h. kultur
kul.tur
prosedur pro.se.dur
n.
Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhiran –i dan –iah dilakukan sebagai berikut:
monarki mo.nar.ki
deputi de.pu.ti
badani ba.da.ni
insani in.sa.ni
fotografi fo.to.gra.fi
kamariah ka.ma.ri.ah
|
11. Kata si dan sang.................................................................... 20
C.
Pemakaian Tanda Banca.............................................................. 20
1.
Tanda Titik............................................................................. 20
2.
Tanda Koma (,)...................................................................... 21
3.
Tanda Titik Koma (;)............................................................. 24
4.
Tanda Hubung (-).................................................................. 25
5.
Tanda Pisah (-)....................................................................... 26
6.
Tanda Tanya (?)..................................................................... 27
7.
Tanda Seru (!)........................................................................ 27
D.
Penulisan Unsur Serapan............................................................. 30
E.
Pedoman Pemenggalan Kata....................................................... 37
1.
Awalan dan Akhiran Diperlakukan Sebagai Satuan Terpisah 37
2.
Bentuk Gabungan Dipenggal................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA
DEPDIKBUD.
1994. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Jakarta:
2007.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Yogyakarta
DEPDIKNAS.
2010. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Bandung: Yrama Widya.


HALAMAN
JUDUL
..................................................................................................... i
KATAPENGANTAR
................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI
......................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
......................................................................................1
B.
Rumusan Masalah ………………………………………………………………1
C. Tujuan Masalah …………………………………………………………….....1
BAB II PEMBAHASAN
...........................................................................................2
A. Diksi………………………………………………………………………….2
1. Syarat-syarat dari ketepatan pilihan
kata…………………………………..3
2. Syarat dari kesesuaian
diksi…………………………………………………3
B. Gaya Bahasa………………………………………………………………….4
1. Gaya bahasa atau Style……………………………………………………………..4
2. Gaya bahasa yang
baik………………………………………………………4
3. Jenis-jenis gaya
bahasa………………………………………………………5
a. Segi
bahasa………………………………………………………………...5
b. non
bahasa………………………………………………….......................21
BAB
III
PENUTUP………………………………………………………………….22
1. Kesimpulan………………………………………………………………….22
2. Saran………………………………………………………………………..22
DAFTAR KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam
pelajaran bahasa indonesia kita telah mengetahui tentang adanya diksi dan gaya bahasa ,maka
dari itu penulis akan mencoba membahas tentang diksi dan gaya bahasa .Untuk
lebih jelasnya tentang diksi dan gaya bahasa ini akan penuis jabarkan pada bab
II.
B. Rumusan
Masalah
Dari uraian di atas maka dapat kita rumuskan masalah nya
yaitu:
1. Apa yang dimaksud
dengan diksi dan gaya bahasa dalam bahasa indonesia.
2. Apa saja yang
termasuk ke dalam diksi dan gaya bahasa dan apa saja contoh – contohnya.
C.Tujuan dan
Kegunaan Pembahasan
Tujuan:
Untuk menerangkan diksi dan gaya bahasa.
Kegunaan:
Untuk memenuhi
salah satu syarat guna menyelesaikan tugas menulis.
BAB II
DIKSI DAN GAYA BAHASA
Pengertian
Diksi dan Gaya Bahasa
A. Diksi
Diksi disebut juga
pilihan kata, tetapi pengertian diksi jauh lebih luas dari apa yang di
pantulkan oleh jalinan kata-kata itu.Istilah ini bukan saja dipergunakan
untuk menyatakan kata-kata mana
yang di pakai untuk mengungkapkan suatu
ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan
ungkapan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengertian diksi itu ada 3 yaitu:
a. Diksi atau pilihan
kata adalah kata-kata mana yang di pakai untuk menyampaikan suatu gagasan.
b .Diksi atau pilihan
kata adalah kemampuan membedakan secara tepat makna dari gagasan yang ingin di
sampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan
nilai rasa yang di miliki kelompok masyarakat pendengar.
c. Pilihan kata atau
diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah
pebendaharaan kata atau kosa kata.
Dalam diksi dikenal dengan pendayagunaan
kata, pendayagunaan ini pada dasarnya
berkisar pada 2 Persoalan pokok yaitu:
\
1. Ketepatan
pilihan kata atau diksi
Yaitu mempersoalkan tentang kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti:apa yang di
pikirkan atau di rasakan oleh penulis atau pembicara. Sebab itu persoalan masalah
ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan syarat
-syarat dari ketepatan pilihan kata.
Syarat- syarat ketepatan diksi
a. Membedakan secara tepat denotasi dan konotasi
b. Membedakan dengan tepat kata-kata yang hampir bersinonim
c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
d. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri
e. Memperhatikan
perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah di kenal.
f. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
2. Kesesuaian
pilihan kata
Secara singkat kesesuaian
pilihan kata mempunyai perbedaan antara
persoalan ketepatan dan kesesuaian adalah: dalam persoalan ketepatan kita
bertanya apakah pilihan kata yang di pakai sudah tepat, sehingga tidak akan
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara pembicara dan pendengar,atau
antara penulis dan pembaca, sedangkan dalam persoalan kesesuaian kita
mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang di gunakan tidak merusak
suasana.
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah:
a. Hindarilah sejauh
mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi yang formal
b. Gunakanlak kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja
c. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum
d. Penulis atau
pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.
e. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan
B. Gaya bahasa
Gaya bahasa di kenal
dalam retorika dengan istilah style, gaya bahasa berasal dari 2 kata yaitu gaya
dan bahasa, gaya yaitu cara pengarang menggunakan bahasa untuk menyajikan
perasaan dan pikiran nya dalam karya-karyanya, sedangkan bahasa adalah ucapan
atau tutur kata.jadi gaya bahasa adalah pemakaian kata kiasan oleh pengarang
untuk menghaluskan kata yang yang di gunakan dalam karangannya. Tetapi di buku
lain juga ada yang mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai gaya bahasa).
1.
Gaya bahasa atau style mempunyai 2 aliran yaitu:
#. Aliran platonik, menganggap
style atau gaya bahasa adalah kualitas suatu ungkapan.
#. Aliran Aristoteles,
menganggap gaya bahasa adalah suatu kualitas yang inheren yang ada dalam tiap
ungkapan.
2. Sebuah gaya bahasa yang baik mengandung 3
unsur yaitu:
a. Kejujuran,adalah
suatu pengorbanan, tetapi dalam gaya bahasa berarti kita mengikuti aturan, kaidah
yang baik dan benar dalam berbahasa.
b. Sopan santun
,adalah menghormati orang yang di ajak bicara khususnya pendengar atau pembaca.
c. Menarik,sebuah
gaya bahasa yang menarik dapat di ukur melalui beberapa komponen berikut:
- Variasi, penggunaan variasi akan
menghindari monoton dalam struktur, dan pilihan kata.
- Humor yang sehat
berarti gaya bahasa yang mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira.
- Vitalitas dan daya
khayal adalahpembawaan yang
berangsur-angsur di kembangkan melalui pendidikan, latiahan, dan pengalaman
3. Jenis - jenis gaya bahasa
a. Segi
Bahasa
Gaya bahasa dapat di bedakan berdasarkan
titik tolak unsur bahasa yang di pergunakan yaitu:
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
- Gaya bahasa resmi
Adalah gaya dalam bentuknya
yang lengkap, yang di gunakan dalam kesempatan resmi, misalnya amanat
kepresidenan, cerita negara, khotbah mimbar, sebab gaya bahasanya yang pertama
adalah bahasa dengan gaya tulisan dalam tingkat tinggi walaupun di gunakan
dalam pidato umum yang bersifat seremonial contohnya: ” Atas berkat rahmat
Allah yang maha kuasa dan dengan di dorong oleh keinginan luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas”.
- Gaya bahasa tidak
resmi
Adalah gaya bahasa yang
di gunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan yang tidak formal, bentuknya
konsekuatif, contohnya:”Sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 adalah
peristiwa nasional yang mengandung benih nasionalisme”.
Dari kutipan di atas terlihatlah bahwa
gaya bahasa tidak resmi lebih santai dan pilihan kata - katanya lebih
sederhana.
-
Gaya bahasa percakapan
Dalam gaya bahasa ini
pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan,namun di sini
di tambahkan segi-segi morfologis dan sintaksisnya,gaya bahasa percakapan ini
dapat di umpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport,berikut contoh diskusi
gaya bahasa percakapan yang di rekam dengan alat perekam dalam seminar bahasa
indonesia tahun 1966 di jakarta,”pertanyaan pertama ,di sini memang sengaja
saya tidak membedakan antara istilah jenis kata atau part of speech.Jadi
ketiganya saya artikan sama di sini.Maksud saya ialah kelas –kelas kata,jadi
penggolongan kata dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat dan
dasar apa yang kita pakai untuk menggolongkannya”.
Bahasa kutipan di atas
adalah bahasa standar,tetapi berbeda dengan kutipan sebelumnya.Dalam bahasa
percakapan terdapat banyak konstruksi yang di pergunakan oleh orang-orang
terpelajar,tetapi tetapi tidak pernah di
gunakan bila harus menulis sesuatu.
2. Gaya bahasa berdasarkan nada
- Gaya sederhana
Gaya ini biasanya ccocok
untuk memberi intruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya. Gaya
ini dapat memenuhi keinginan dan keperluan penulis, tanpa bantuan dari kedua
gaya lainnya.
-
Gaya mulia dan
bertenaga
Gaya ini di gunakan
untuk menggerakkan sesuatu tidak saja dengan mempergunakan tenaga dan vitalis
pembicara, tetapi juga dapat mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan.
- Gaya menengah
Adalah gaya yang di
arahkan kepada usaha untuk menimbulkan usaha senang dan damai, tujuannya adalah
menciptakan suasana senang dan damai, maka nadanya bersifat lemah
lembut,mengandung humor yang sehat seperti: pesta, pertemuan, rekreasi.
3. Gaya bahasa berdasarkan
struktur kalimat
Sifat-sifat gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah:
a. Bersifat periodik,
yaitu bagian terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan di tempatkan pada
akhir kalimat.
b. Bersifat kendur, yaitu
bila bagian kalimat yang mendapat enekanan di tempatkan pada aal kalimat.
c. Bersifat
berimbang,yaitu kalimat yang mengandung dua kalimat atau lebih yang
kedudukannya sama tinggi atau sederajat.
Berdasarkan sifat-sifat gaya bahasa di atas maka dapat di peroleh
gaya-gaya bahasa sebagai berikut:
1. Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
urutan - urutan pikiran yang setiap kali
semakin meningkat kepentingan nya dari gagasan – gagasan sebelumnya.contoh: ”Kami
mendoakan agar pada suatu waktu kapan
saja waktunya mereka dapat berdiri sendiri, bukan mereka tidak bisa tunduk di
bawah pengaruh kita, mengabdi dan berbakti kepada kita, tetapi karena justru
itulah keadilan sosual yang kita perjuangkan.
2. Antiklimaks
Adalah suatu acuan yang
gagasan-gagasannya di urutkan dari yang terpenting berturut - turut ke gagasan
yang kurang penting.
Antiklimaks ini kurang efektif
karena gagasan yang penting di letakkan pada awal kalimat, sehingga pembagian
atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam
kalimat itu.misalnya: ”Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya,
pendiam dan tidak terkenal namanya”.
3. Paralelisme
Adalah semacam gaya bahasa yang mencapai
kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa yang menduduki fungsi yang
sama dalam bentuk gramatial yang sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat
yang berimbang,seperti: ”Sangatlah ironis kedengaran bahwa ia menderita
kelaparan dalam sebuah daerah yang subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam
sebuah negeri yang sudah ratusan tahun hidup dalam ketentraman dan kedamaian”.
4. Antitesi
Adalah sebuah gaya bahasa
yang mengandung gagasan yang bertentangan, dengan menggunakan kata - kata dan
kelompok kata yang berlawanan,Contoh:”Kaya- miskin,tua-muda, semuanya mempunyai
kewajiban terhadap bangsa dan negara”.
5. Repetisi
Adalah perulangan
bunyi,suku kata,kata atau bagian kalimat yang di anggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai,misalnya “atau maukah kau pergi
bersama serangga - serangga tanah, pergi bersama-sama kecoak, pergi bersama
mereka yang menyusupi tanah ,menyusupi alam,?
4. Gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
Gaya bahasa berdasarkan makna di ukur dari
langsung tidaknya,yaitu apakah acuan yang
dipakai masih mempertahankan
makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. tetapi bila sudah ada perubahan
makna ,maka acuan itu di anggap sudah memiliki
gaya sebagai yang di maksudkan.
Gaya bahasa berdasarkan
ketidaklangsungan makna ini biasanya di sebut sebagai trope atau figure
of speech, dalam uraian ini gaya bahasa yang di sebut sebagai trope
atau figure of speech di bagi atas dua kelompok, yaitu gaya bahasa
retoris yang merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek
tertentu, dan gaya bahasa kiasan merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya
dalam bidang makna, contoh: Satu kilometer terdiri dari 1.000 meter, rumah itu
terletak 300 meter dari jalan raya.
Contoh-contoh di atas
memperlihatkan bahwa bahasa yang di
pergunakan adalah bahasa biasa,bersifat polos, bahasa yang mengandung
unsur-unsur kelangsungan makna, dengan konstruksi yang umum dalam bahasa
indonesia.
Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna di bagi atas
2,yaitu:
1. Gaya
bahasa retoris
Macam-macam
gaya bahasa retoris adalah:
a. Aliterasi
Adalah gaya bahasa yang
berwujud perulangan konsonan yang sama.biasanya alitrasi ini di gunakan dalam
puisi, kadang - kadang dalam prosauntuk perhiasan atau untuk penekanan. Misalnya
Takut titik lalu tumpah
Keras-keras kerak kena air lembut juga
b. Asonasi
Adalah gaya bahasa yang
berwujud perulangan bunyi vokal yang sama,biasanya ini di gunakan dalam puisi, kadang
- kadang prosa untuk memperoleh efek
penekanan atau sekadar keindahan. Misalnya ini muka penuh luka siapa punya.
c. Anastrof
Adalah semacam gaya
retoris yang di peroleh dengan gaya
pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat, misalnya pergilah ia
meninggalkan kami,keheranan kami melihat perangainya.
d. Apofisis atau disebut juga preterisio
Adalah sebuah gaya dimana
penulis atau pengarang menegaskan sesuatu,tetapi tampaknya menyangkal. Misalnya
“ jika saya tidak menyadari reputasimu,maka sebenarnya saya ingin mengatakan
bahwa anda pasti membiarkan anda menipu
diri anda sendiri.
e. Apostrof
Adalah gaya yang
berbentuk pengalihan amanat dari pada hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir, cara
ini biasanya di pergunakan oleh orator klasik. Misalnya “hai kaum dewa-dewa
yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan
ini.
f. Asindenton
Adalah gaya yang berupa
acuan ,bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang
sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk - bentuk ii biasanya
dipisahkan saja dengan koma, seperti ucapan terkenal dari Julius Caesar: Veni, vidi,
vici, ” saya datang, saya lihat, saya menang, contohnya: ” Dan kesesakan
,kepedihan, kesaktian, seribu derita detik-detik penghabisan orang meleaskan
nyawa.
g. Polisindenton
Adalah suatu gaya yang
merupakan kebalikan dari asindeton, misalnya dan ke manakah burung-burung yang
gelisah dan tak berumah dan tak tak menyerah ada gelap dan dingin yang bakal
merontokkan bulu-bulunya?
h.Kiasmus
Adalah semacam acuan atau
gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa ,yang sifatnya
berimbang,dan di pertentangkan satu sama lain, tetapi susun frasa atau klausa
lainnya. Misalnya semua kesabaran
kami sudah hilang,lenyap sudah
ketekunan kami melanjutkan usaha itu.
i.Elipsis
Adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur
kalimat yang dengan mudah dapat di isi atau ditafsir sendiri oleh pembaca atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi memenuhi pola
yang berlaku.
Misal: “ Masihkah kau tidak percaya bahwa
dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat tetapi psikis.
Bila bagian yang
dihilangkan itu berada di tengah - tengah kalimat di sebut anakuloton,misalnya:
”jika anda gagal melaksanakan tugasmu ... tetapi baiklah kita tidak
membicarakan hal itu”.
Bila pemutusan di
tengah-tengah kalimat itu di maksudkan untuk menyatakan secara tak langsung
suatu peringatan atau karena suatu emosi yang kuat, maka disebut aposiopesis.
j. Eufemismus
Eufemisme berasal dari bahasa
yunani euphemizein yang berarti “ mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik
atau dengan tujuan yang baik”. Jadi yang di katakan dengan eufemisme adalah
semacam acuan berupa ungkapan - ungkapan yang tidak menyinggung perasaan
orang,atau ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin di
rasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak
menyenangkan.
Contoh : Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka (=mati
)
Pikiran sehatnya semakin merosot
saja akhir-akhir ini (=gila )
k. Litotes
Adalah gaya bahasa yang
dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan
tujuan merendahkan diri. Misalnya “ kedudukan saya ini tidak ada artinya sama
sekali”.
l. Histeron porteron
Adalah gaya bahasa yang
merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan sesuatu yang
wajar,misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa
yang di sebut hiperbaton. Misalnya “ kereta melaju d engan cepat di depan kuda
yang menariknya. Bila ia sudah berhasil mendaki
karang terjal itu,sampailah ia
sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas
dengan pasinya yang putih”.
m. Pleonasme dan Tautalogi
Adalah acuan yang
mempergunakan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang di perlukan untuk menyatakan satu
pikiran atau gagasan. Acuan yang di sebut pleonasme bila kata yang berlebihan
itu di hilangkan, sedangkan acuan yang di sebut tautalogi bila kata yang
berlebih itu merupakan perulangan kata. Contoh dari pleonasme adalah “ saya
telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri”.
Karena semua acuan iti
tetap utuh dengan makna yang sama,walaupun
di hilangkan kata-kata:dengan telinga saya, dengan mata kepala saya dan
yang merah itu. Sedangkan contoh tautalogi adalah “ ia tiba jam 20.00 malam
waktu setempat”. Ini di sebabkan karena kata berlebihan itu sebenarnya
mengulang kembali gagasan yang sudah di sebut sebelumnya, yaitu malam sudah
tercakup dalam jam 20.00.
n. Perifrasis
Adalah gaya yang mirip dengan pleonasme ,yaitu mempergunakan
kata yang lebih banyak dari yang di perlukan. Perbedaannya terletak dalam hal
bahwa kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat di ganti dengan satu kata
saja. Misalnya “ ia telah beristirahat dengan damai ( mati,atau meninggal).
o. Prolepsis atau antisipasi
Adalah semacam gaya
bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata - kata atau sebuah kata
sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi, contoh kalimat yang
mengandung gaya prolepsis atau antisipasi itu: ”Almarhum Pardi pada waktu itu
menyatakan bahwa ia tidak mengenal orang itu”.
p. Erotesis atau pertanyaan retoris
Adalah semacam pertanyaan
yang di pergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek
yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki
adanya suatu jawaban . Misalnya “Rakyatkah yang harus menanggung akibat semua
korupsi dan manipulasi di negara ini”,?
q.
Silepsis dan zeugmaa
Adalah gaya di mana orang mempergunakan dua
konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang
sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Dalam
silepsis, konstruksi yang di pergunakan itu secara gramatikal benar, tetapi
secara semantik tidak benar. Misalnya “ ia sudah kehilangan topi dan semangatnya”.
Kalau dalam zeugma kata yang di pakai untuk membawahi kedua kata
berikutnya,hanya cocok untuk salah satu dari adanya, misalnya ” Dengan
membelalakkan mata dan telinganya ia mengusir orang itu”.
r. Koreksio atau epanortosis
Adalah suatu gaya yang berwujud
,mula-mula menegaskan sesuatu,tetapi kemudian memperbaikinya,misalnya “sudah
emat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali”.
s. Hiperbol
Adalah gaya bahasa yang
mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar - besarkan suatu
hal. Misalnya “jika kau terlambat sedikit saja pasti kau tidak akan di terima
lagi”.
t. Paradoks
Adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang nyata dengan fakta
yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena
kebenarannya. Misalnya ” musuh sering merupakan kawan yang akrab “.
u. Oksimoron
Adalah suatu acuan yang
berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Atau
dapat juga di katakan oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan
dengan menggunakan kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, sebab sifatnya
lebih padat dari pada paradoks. Misalnya ” untuk menjadi manis seseorang harus
menjadi kasar”.
2. Gaya
bahasa kiasan
Gaya bahasa kiasan di bentuk berdasarkan perbandingan atau
persamaan.
Perbandingan sebenarnya
mengandung dua pengertian ,yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa
yang langsung dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Contoh
gaya bahasa langsung adalah “dia sama pintar dengan kakaknya”, dan “kerbau iti
sama kuatnya dengan sapi”. Sedangkan contoh gaya bahasa kiasan adalah ” matanya
seperti bintang timur”, dan bibirnya seperti delima merekah”.
Perbedaan dari kedua
perbandingan di atas adalah dalam hal kelasnya. Perbandingan biasa mencakup dua
anggota yang termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan perbandingan yang ke
dua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal yang termasuk dalam kelas yang
berlainan. Sebab itu,untuk menetapkan apakah suatu perbandingan itu merupakan
bahasa kiasan atau tidak.
Pada mulanya, bahasa
kiasan berkembang dari analogi, analogi ini di pakai dengan pengertian
proposisi, sebab itu, analogi hanya menyatakan hubungan kuantitatif. Misalnya
hubungan antara 3 dan 4 di nyatakan sebagai analog dengan 9 dan 12. Secara umum
dapat di katakan bahwa hubungan antara x dan y sebagai analog dengan hubungan
antara nx dan ny. Dapat di simpulkan bahwa nilai dar suatu kuantitas yang tidak
di ketahui dapat di tetapkan bila di berikan relasinya dengan sebuah kuantitas
yang di ketahui.
Perbandingan dengan
analogi ini kemudian muncul dalam
berbagai macam-macam gaya bahasa kiasan,
seperti yang di uraikan di bawah ini,
a. Persamaan atau smile
Adalah perbandingan yang
bersifat explisit, maksudnya ialah ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan
hal yang lain. Contohnya adalah”
kikirnya seperti kepiting batu”, kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa
menyebutkan obyek pertama yang mau di bandingkan, seperti: ”seperti menating
minyak penuh”.
Persamaan di bedakan menjadi 2 yaitu:
- Persamaan
tertutup
Adalah persamaan yang
mengandung perincian mengenai sifat persamaan, contohnya “saat menantikan hasil
ujian terasa tegang seperti mengikuti pertandingan bulu tangkis pada set
terakhir dengan kedudukan 14 - 14”.
- Persamaan terbuka
Adalah persamaan yang tidak mengandung perincian mengenai
sifat persamaan itu,pembaca atau pendengar
diharapkan
c.Alegori,
parabel dan fabel
Alegori adalah suatu
cerita yang mengandung kiasan.Makna kiasan ini harus di tarik dari bawah
permukaan ceritanya. Dalam alegori ,nama-nama pelakunya adalah sifat-sifatnya
yang abstrak, serta tujuannya yang selalu jelas tersurat. Contohnya seperti
cerita si pincang dan si keras menangis
terisak - isak karena kedua orang tuanya
tertabrak mobil tadi pagi.
Parabel (parabola) adalah
suatu kisah singkat dengan tokoh - tokoh biasanya manusia,yang selalu mengandung
tema moral. Contohnya seperti cerita-cerita Abunawas, kisah nabi khaidir dan
sebagainya.
Fabel adalah gaya bahasa
yang di gunakan pengarang dengan menggunakan alam hewan sebagai pelakunya. Contoh”kancil
yang cerdik itu berhasil menipu buaya”.
d. Personifikasi
Adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan, seperti angin yang meraung di tengah malam yang gelap
itu menambah lagi ketakutan kami.
e. Alusi
Adalah semacam acuan yang
berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat atau peristiwa. Biasanya
alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit kepada peristiwa, tokoh atau tempat
dalam kehidupan nyata ,mitologi,atau dalam karya sastra yang terkenal. Misalnya
dulu sering di katakan bahwa Bandung adalah paris jawa.
Hal-hal yang harus di perhatikan untuk membuat alusi yang
baik, yaitu:
1. Harus ada keyakinan
bahwa hal yang di jadikan alusi di kenal juga oleh pembaca.
2. Penulis harus yakin
bahwa alusi itu membuat tulisannya menjadi lebih jelas.
3. Bila alusi itu
menggunakan acuan sudah umum,maka usahakan untuk menghindari acuan semacam itu.
f.
Eponim
Adalah suatu gaya di mana
seseorang yang namanya begitu sering di hubungkan dengan sifat tertentu, sehingga
nama ini menyatakan sifat itu. Contohnya “ kecantikannya bagai cleopatra”.
g. Epitet
Adalah semacam acuan yang
menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Misalnya “lonceng
pagi”untuk ayam jantan
“puteri malam untuk bulan”
“Raja rimba untuk siaga”
h. Sinekdo
Adalah semacam bahasa
figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau keseluruhan
untuk sebagian, misalnya”setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp.1.000,-.
i.
Mitonimi
Adalah suatu gaya bahasa
yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal, karena mempunyai
pertalian yang sangat dekat.
Contoh : Ia membeli sebuah chevrolet.
Saya minum satu gelas, ia dua
gelas.
j.
Anatonomasia
Adalah sebuah bentuk khusus dari sinekdok
yang berwujud penggunaan sebuah epitete untuk menggantikan nama diri atau gelar
resmi atau jabatan untuk menggantikan nama sendiri.Misalnya :”Yang mulia tak
dapat menghadiri pertemuan hari ini”.
k. Hipalase
Adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah
gaya bahasa tertentu di gunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya
di kenakan pada sebuah kata yang lain.Misalnya : ”Ia terbaring di atas sebuah
bantal yang gelisah ( yang gelisah adalah manusia bukan bantalnya).
l.
Ironi, Sinisme dan
Sarakasme
Ironi di sebut juga
dengan sindiran yaitu suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna
dan maksud yang berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian
kata-katanya.
Contoh “Saya tahu anda adalah seorang
gadis yang paling cantikdi dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat”.
Sinisme adalah suatu
sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan
dan ketulusan hati. Contohnya “Tidak di ragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga
semua kebijaksanaan akan lenyap bersamamu”!
Sarkasme adalah suatu
acuan yang lebih kasar dari iarono yang mengandung kepahitan dan celaan yang
getir dan sarkasme ini kata-katanya kurang enak di dengar. Contohnya “Mulut kau
harimau kau”.
m. Satire
Adalah ungkapan yang mentertawakan atau
menolak sesuatu. Satire ini mengandung kritik tentang kelemahan manusia, tujuannya
adalah agar di adakan perbaikan secara etis maupun estetis.
n. Inuend
Adalah semacam sindiran dengan mengecilkan
kenyataan yang sebenarnya. Misalnya : “Setiap kali ada pesta,pasti ia akan
sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan minum”.
o. Antifrasis
Adalah semacam ironi yang
berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya,yang bisa saja
dianggap sebagai ironi sendiri atau kata-kata yang di pakai untuk menangkal
kejahatan, roh jahat dan sebagainya. Misalnya Lihatlah sang raksasa telah tiba ( maksudnya si cebol
).
P. Pun atau paranomasia
Adalah kiasan dengan
menggunakan kemiripan bunyi.Ia merupakan permainan kata yang didasarkan pada
kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya. Misalnya
“Engkau orang kaya !” “ya, kaya
monyet!”.
b. Segi
non bahasa
Pengikut Aristoteles menerima style sebagai
hasil dari bermacam-macam unsur, pada dasarnya style itu di bagi atas 7 pokok :
a. Berdasarkan
pengarang
Pengarang yang kuat dapat mempengaruhi orang-orang sejamannya atau pengikutnya
sehingga dapat membentuk sebuah aliran, seperti kita bisa mengenal gaya chiril, gaya takdir,dsb.
b. Berdasarkan
masa
Yaitu gaya bahasa yang di dasarkan pada masa
berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu, misalnya adanya gaya lama dan
gaya klasik
c. Berdasarkan
medium
Yaitu bahasa dalam arti alat komunikasi tiap bahasa ,karena struktur dan situasi
sosial pemakainya, dapat memiliki corak tersendiri, misalnya; karya yang di
tulis dalam bahasa jerman akan memiliki gaya berlainan bila di tulis dalam
bahasa indonesia, perancis, dan jepang.
d. Berdasarkan
subyek
Yaitu subyek menjadi poko pembicaraan dalam
sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa sebuah karangan.
e. Berdasarkan
tempat
Yaitu gaya ini mendapat namanya dari lokasi geografis ,karena ciri - ciri kedaerahan
mempengaruhi ungkapan.
f. Berdasarkan
hadirin
Yaitu para hadirin juga
mempengaruhi gaya yang di pergunakan seorang pengarang,seperti gaya populer
yang cocok untuk rakyat banyak, ada gaya sopan yang cocok untuk untuk
lingkungan istana dan ada pula gaya intim yang cocok untuk lingkungan keluarga.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan
secara tepat makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang di miliki
kelompok masyarakat pendengar.Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (
pemakai gaya bahasa).
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, Untuk
itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Daftar
Kepustakaan
Drs.Rani Abdul SupratmanInti sari Sastra Indonesia.Bandung:
Pustaka setia,2008.
Keraf Gorys,Diksi dan Gaya Bahasa.jakarta:PT
Gramedia,1984.
Powerwadarminta,W.J.S.Kamus Umum
Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka,1976
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………..i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………..............................ii
BAB 1.
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………..............................................1
B. Pokok Permasalahan……………………………………………………………………..1
C. Contoh……………………………………………………………………………………….…2
BAB 2.
TATA KALIMAT DAN PARAGRAF……………………………………………………….3
A. Paragraf………………………………………………………………..........................3
B. Kegunaan Paragraf………………………………………………………………………..3
C. Jenis – jenis Paragraf…………………………………………………....................4
1. Berdasarkan kelengkapannya……………………………………………..4
2. Berdasarkan fungsi dan karangan……………………………………….6
3. Berdasarkan teknik pemaparannya…………………………............8
D. Syarat – syarat pembentukan paragraf…………………………………………10
1. Kesatuan………………………………………………………………………….10
2. Koherensi…………………………………………………………………………10
3. Perkembangan paragraf……………………………………………………11
E. Struktur Paragraf…………………………………………………………………………12
F. Kerangka Paragraf……………………………………………………………………….13
G. Teknik Pengembangan Paragraf………………………………………………….14
BAB 3.
PENUTUP……………………………………………………………………………………15
Daftar pustaka ……………………………………………………………………………………………17
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pembahasan tentang penyusunan paragraf akan
dilakukan dengan menelaah lebih jauh tentang paragraf, kegunaan paragraf,jenis
paragraf,persyaratan paragraf yang baik, struktur paragraf, dan teknik
pengembangan paragraf.
Untuk memudahkan anda memahami uraian materi ada
baiknya dikemukakan beberapa tujuan yang hendak dicapai. Pertama, pembaca dapat
menjelaskan tentang paragraf. Kedua, pembaca dapat menjelaskan kegunaan
paragraf. Ketiga, pembaca dapat menjelaskan jenis paragraf. Keempat, pembaca
dapat menjelaskan persyaratan paragraf yang baik. Kelima, pembaca dapat
menjelaskan struktur paragraf. Keenam, pembaca juga dapat menjelaskan teknik
pengembangan paragraf.
B. POKOK
PERMASALAHAN
Dalam penulisan makalah ini, banyak hal-hal yang
menjadi landasan masalah tetapi disini penulis mengambil beberapa permasalahan
yang mungkin sering kita alami yang
bertujuan memudahkan penulis dalam menguraikan isi dalam penyusunan makalah.
Adapun beberapa permasalahan yang
ada sebagai berikut :
a.
Apakah
pembaca dapat menjelaskan kegunaan,jenis dan persyaratan sebuah paragraf yang
baik?
1
b.
Bagaimana
cara pembaca dapat mengembangkan kegunaan,jenis dan persyaratan sebuah paragraf
yang baik?
C. CONTOH
Contoh sebuah paragraf :
Contoh
(1)
“Semua suara diatas 85 dB
dapat menyakibatkan kehilangan pendengaran. Kehilangan pendengaran ini
tergantung pada kekuatan dan lama suara. Misalnya, selama 8 jam mendengar suara
berkekuatan 90 dB dapat menyebabkan kerusakan. Semua ledakan yang suaranya
dengan segera menyebabakan kerusakan. Kamu akan mendengarkan susra berkekuatan
85 dB jika kamu harus meninggikan suaramu terdengar oleh orang lain.”
Contoh (2)
“Peredam
senjata bekerja dengan prinsip – prinsip yang sederhana untuk membuat senjata
tidak bersuara bayangkan sebuah balon. Apabila kamu menusuk balon dengan peniti
akan menimbulkan suara yang keras. Akan tetapi jika kamu membuka balon dan membiarkan udaranya keluar
perlahan,suara akan sangat pelan. Proses ini lah menjadi ide dasar dibalik
peredam senjata.”
BAB II
TATA KALIMAT DAN PARAGRAF
A. PARAGRAF
Paragraph adalah himpunan / kumpulan
yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah ide.
Paragraf menurut para ahli :
1. Arifin dan tasai mengemukakan bahwa
paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
2. Kridalaksana menjelaskan paragraf
adalah satuan bahasa yang mengandung suatu tema.
3. Tim penyusunan kamus besar bahasa Indonesia,menjelaskan paragraf
adalah bagian dalam suatu karangan yang biasanya mengandung suatu ide pokok dan
penulisnya dimulai dengan garis baru dan di sebut juga dengan alinea.
4. Akhadiah mengemukakan paragraf adalah
merupakan ini penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan yang di dukung oleh
semua kalimat dalam paragraf tersebut.
5. Widjono mengemukakan paragraf adalah
satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara
lengkap runtut dan padu.
6. Semi mengemukakan paragraf adalah
kalimat atau perangkat kalimat mengacu pada satu topik.
B. KEGUNAAN PARAGRAF
Keberadaan suatu paragraf dalam suatu
tulisan sangat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Bagi
penulis,paragraf berguna untuk beberapa hal berikut ini :
1. Memudahkan pengekspresian
gagasan,pikiran,perasaan dalam rangkaian kalimat yang tersusun secara logis
dalam suatu kesatuan.
3
2. Memudahkan penataan topik-topik
(paragraf) sebagai kesatuan rangkaian dalam suatu karangan.
3. Memudahkan pengembangan topik
karangan menjadi topik-topik sederhana.
4. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan
menceraikan satu tema dari tema lainnya.
5. Memisahkan dan menegaskan pergantian
suatu topik dengan topik lainnya secara formal.
C. JENIS – JENIS PARAGRAF
Jenis paragraph dapat di lihat dari
beberapa aspek yakni :
- Berdasarkan kelengkapannya
Paragraf dibedakan atas 2 (dua) jenis
:
- Paragraf sederhana
Paragraf sederhana adalah
paragraf yang hanya terdiri dari satu atau dua kalimat. Paragraf sederhana ini
yang berisi pengantar suatu topic bahasan,penutup topic,bahasan peralihan topic
bahasan didalam buku atau karangan ilmiah lainnya.
Paragraf sederhana yang
berupa paragraf suatu topic bahasan
terdapat pada penutup sub bab atau penutup bab.
Contohnya.
“Dalam kamus besar bahasa
Indonesia kata-kata yang dibentuk melalui proses onomatope ini ada yang di
daftarkan sebagai lema (entri) tetapi banyak juga yang tidak didaftarkan”
Paragraf yang berupa paragraf penghubung atau peralihan topic
bahasan umumnya terdapat pada penutup sub bab atau penutup bab.
4
Contohnya.
“Dalam berbagai
bidang-bidang kosa kata ini,berikut ini akan dikemukakan bidang-bidang kosa
kata itu menurut beberapa dasar pembidangan”
Paragraf sederhana dapat
di temukan dalam berita jurnalistik di
media masa.seperti surat kabar,majalah dan tabloid.
Contohnya.
“Sejumlah SMA dikota
padang telah menyiapkan siswanya melengkapai ujian nasional atau (UN) 20
april,tak hanya memperdalam penyajian materi yang akan di uji sebagian kepala
SMA atau SMK juga memperlihatkan sisi psikologis siswa yang cendung setres
sebelum dan sesudah ujian”
- paragraf sempurana
paragraf sempurna adalah
paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat satu atau dua kalimat menyatakan
topic bahasan paragraf,sedang beberapa kalimat lainnya menjelaskan topic
bahasan paragraf itu,paragraf sempurna ini berisi suatu topic bahasan
paragraf.Paragraf sempurna ini adalah paragraf yang berupa paragraf pokok /
pengembang.Paragraf sempurna inilah yang paling banyak ditemukan pada umumnya
topic bahasan karangan disajikan dengan paragrf sempurna ini berbeda dengan itu
dalam suatu karangan,paragraf sederhana,pada dasarnya di gunakan untuk
memperlancar penyajian topic bahasan karangan.
Contohnya.
“Peredam senjata bekerja
dengan prinsip yang sederhana untuk membuat senjata tidak bersuara,bayangkan
sebuah balon,apabila kamu menusuk balon dengan peniti akan menimbulkan suara
yang keras.”
5
- Berdasarkan Fungsinya dalam Karangan
Berdasarkan aspek fungsi paragraf
dalam karangan paragraf dibedakan atas 4(empat) jenis yaitu:
- Paragraf pengantar/pembuka
Paragraf pengantar
/pembuka adalah paragraf yang terdapat diawal suatu karangan.paragraf pengantar
merupakan paragraf yang berisi pengantar untuk masuk kesuatu topic bahasan
subbab,bab atau karangan.Paragraf pengantar ini tidak selalu ada di awal topic
bahasan subbab,bab atau karangan.
Contohnya.
“Untuk keperluan bahasan
ini,dikutip salah suatu definisi yang sederhana yaitu,bahasa ialah system
lambing bunyi yang arbitrer yang di pergunakkan oleh anggota kelompok social
untuk bekerja sama,berkomunikasi,dan mengidentifikasi diri”
- Paragraf penghubung/peralihan
Paragraf penghubung/peralihan
adalah paragraf yang terdapat didalam suatu karangan yang lazim digunakan untuk
memperlancarkan peralihan suatu topic bahasan sebelumnya.Paragraf ini adalah
paragraf yang digunakan untuk menghubungkan suatu dua topic bahasan yang berbeda.Paragraf
penghubung ini mempelancar penyajian dri satu topic bahasan ke topic bahasan
lainnya.Disebut paragraf peralihan karma paragraf ini adalah paragraf yang
memperlancar peralihan dri satu topic bahasan ketopik bahasan lainnya dalam
suatu karangan.
Contohnya.
“Pada uraian diatas telah
dijelaskan hakikat pemerolehan bahasa.Sekarang perlu di ketahui ragam atau
jenis-jenis pemerolehan bahasa”
6
- Paragraf penutup
paragraf penutup adalah
paragraf yang terdapat diakhir suatu karangan bab dan sub bab.Paragraf penutup
ini lazim berisi suatu penyimpulan topic bahasan,penegasan topic
bahasan,pengharapan kepada pembaca berkaitan dengan topic bahasan itu.
Contohnya.
“Sebagai akhir dari bab
ini,bias dikatakan banyak sekali masalah yang akan muncul dalam tahap-tahap kerja
penyusunan kamus,baek kamus ekabahasa,maupun kamus dwibahasa”
- Paragraf pokok/pengembang
Paragraf pokok
/pengembang adalah paragraf yang terdapat di dalam suatu karangan yang berisi
topic-topik bahasan yang mendukung penjelasan topic bahasan karangan.Kesatuan
beberapa paragraf pokok atau pengembang ini lah yang menunjang pengembangan
topic bahasan karangan.Paragraf ini adalah paragraf inti yang berisi satu topic
bahasan paragraf yang secara bersama-sama dengan paragraf pokok yang lain
menjelaskan topic bahasan karangan.
Contohnya.
“Sayang,bagi kita bangsa
Indonesia,sastra dan kesenian nyatanya semakin terpinggirkan dari kehidupan
berbangsa.padahal,kita adalah bangsa yang berbudaya.Dalam dunia pendidikan
sastra dianggap hafalan belaka.Siswa mengenal novel-novel sastra seperti Sengsara Membawa Nikmat.Di Bawah Lindungan
Ka’bah,dan sebagainya hanya karena mereka”terpaksa”atau
mungkin”dipaksa”menghafal beberapa synopsis dari beberapa karya yang
benar-benar singkat yang ada dalam buku pelajaran,yang mereka khawatirkn muncul
ketika ujian.”
7
- Berdasarkan Teknik Pemaparannya
Berdasarkan teknik
pemaparannya,paragraf dibedakan atas lima jenis :
- Paragraf deskripsi
paragraf deskripsi adalah
paragraf yang berisi gambaran(deskripsi) tentang suatu objek seperti benda,manusia,binatang,alam,dan
sebagainya.Paragraf yang mendeskripsikan atau menggambarkan objek tersebut
adalah paragraf deskripsi.Artinya, paragraf deskirpsi selalu berisi gambaran
atau objek.Penyusunan paragraf deskripsi menggunakan logika ruang.Artinya,untuk
pendeskripsian suatu objek,dijelaskan
bagian-bagian objek itu dengan teratur menggunakan kalimat-kalimat.Penataan
paragraf deskripsi dengan logika ruang itu dapat di pilih sesuai urutan atas -
bawah,kiri-kanan,utara-selatan,timur-barat,bagian besar - bagian kecil,bagian
kecil – bagian besar,dan sebagainya.Contohnya.
“Di dalamnya hanya ada
sebuah ruangan. Dan ruangan itu berfungsi serba guna. Diruangan yang sebuah itu
ada balai-balai kayu. Balai-balai itu menyita hampir sebagian besar ruangan.
Beralaskan tikar usang, tanpa kasur. Disanalah kini Eka anak lelakinya tidur”.
b. Paragraf narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang berisi cerita (
narasi) tentang suatu kejadian yang dialami tokoh baik orang maupun binatang
dalam suatu kehidupan. Paragraf yang menceritakan peristiwa kehidupan tokoh ini
adalah paragraf narasi. Paragraf narasi selalu berisi peristiwa kehidupan yang
di alami oleh tokoh yang diceritakan. Jadi, disebut paragraf narasi hanya
karena dibuat untuk menceritakan peristiwa kehidupan suatu tokoh dengan media
bahasa. Penyusunan paragraf narasi ini menggunakan logika urutan waktu. Untuk
penceritaan suatu peristiwa, dikemukakan penggalan-penggalan kejadian dengan
teratur sesuai urutan waktu kejadian.
8
Contohnya.
“Dengan hanya celana
dalam lelaki itu memburu istrinya yang berlari cepat. Perempuan itu memegangi
handuk yang menutup bikini di pinggang dan mendesak – desak gerombolan manusia
yang merubung mobil ambulans. Beberapa kali ia mengelilingi kendaraan itu, tapi
tak seorang anaknya tampak.”
c. Paragraf
eksposisi
paragraf eksposisi adalah
paragraf yang berisi penjelasan informasi ( ekspos ) tentang suatu persoalan,
gagasan, pemikiran, temuan kepada orang lain. Penyusunan paragraf eksposisi ini
menggunakan logika ilmiah(pemikiran). Artinya,untuk penjelassan suatu topic
bahasan digunakan logika ilmiah seperti umum - khusus(deduktif),khusus -
umum(induktif),penjelasan(definisi),sebab -
akibat,pemberian contoh,pengelompokkan(klasifikasi).Contohnya.
“Banyak tokoh besar
membuat penemuan pada abad ini.para tokoh besar yang muncul pada abad ke-20 ini
juga ada yang membuat mesin yang bisa terbang,seperti dilakukan Wright
bersaudara. Selain itu ada pula penemuan molekul pembentuk basis kehidupan(DNA)
oleh Watson dan crick,atau yang membuat dunia gemetar dengan seruan”Heil!”oleh
Hitler.Temuan lain adalah mengubah alam semesta dengan sebuah persamaan seperti
dilakukan oleh Einstein”.
d. Paragraf
argumentasi
Paragraf argumentasi
adalah paragraf yang berisi penjelasan untuk meyakinkan pembaca tentang suatu gagasan,pemikiran,temuan,atau
keyakinan dengan pemberian alasan,data,atau fakta.Penyusunan paragraf
argumentasi ini juga menggunakan logika ilmiah(pemikiran).
9
e. Paragraf persuasi
paragraf persuasi adalah
paragraf yang isinya berupa usaha untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain
tentang suatu hal.Paragraf ini persuasi ini sering ditemukan dalam
karangan-karangan yang berwujud iklan,promosi.Penyusunan paragraf persuasi ini
lazim menggunakan logika yang disertai daya persuasive terhadap pembaca.Artinya,
untuk penjelasan suatu topikbahasan digunakan penjelasan-penjelasan yang bisa
mendesak pembaca untuk mengikuti sesuatu yang diinginkan penulis.
Contohnya:
“Serat” keragenan”adalah
serat larut air yang terkandung dalam kapsul rambut laut Jao-Nori. Serat ini
memiliki kemamapuan yang luar biasa untuk menekan kadar lemak dan kolesterol,
dengan mengikat lemak kemudian dikeluarkan bersama feses(kotoran)”.
D. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
- Kesatuan
Paragraf harus memperlihatkan suatu
maksud atau tema dengan jelas maksud atau tema itu biasanya didukung oleh
sebuah kalimat topic atau kalimat pokok.
- Koherensi
Didalam paragraf harus terlihat
keeratan hubungan antar kalimat,paragraf yang dibentuk dengan tidak
memperhatikan faktor koherensi akan menghadapkan pembaca pada loncatan
–loncatan pikiran yang membingungkan,urutan waktu dan fakta yang tidak teratur,
atau penyimpagan dari tema kalimat pokok.
10
- Perkembangan paragraf
Ide pokok dalam kalimat harus
dijelaskan dengan contoh-contoh dan perincian,kegagalan pengembangan paragraf
menghasilkan fragmen-fragmen yang pendek.
Kebulatan paragraf
Kebulatan paragraf dapat dibentuk
dengan menggunakan beberapa cara :
1. Transisi
Hubungan antar kalimat
dan pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau
frase transisi.
2. Repetisi
Koherensi dari
perkembangan paragraf dapat dipelihara dengan mengulang kata-kata kunci.
3. Klimaks
Ide-ide bawahan disusun
sedemikian rupa sehingga ide-ide berikutnya lebih tinggi kepentinganya dari
pada ide sebelumnya, atau perhatian penulis terhadap ide yang berikutnya selalu
lebih besar dari pada ide sebelumnya.
4. Perbandingan dan pertentangan
Perbandingan dan
pertentangan merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk
menunjukkan ketidaksamaan atau perbedaan
antara dua orang,objek atau ide dengan mempergunakan dasar tertntu.
5. Analogi
Analogi
merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda dengan
memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi kedua hal itu.
11
6. Contoh
Contoh
digunakan untuk lebih menjelaskan sebuah ide yang sulit atau ide yang abstrak.
7. Proses
Sebuah
paragraf yang melukiskan proses harus memperlihatkan urutan kejadian secara
kronologis penahapan dalam sebuah proses diurutkan menurut kejadian yang
sebenarnya.
8. Sebab akibat
Perkembangan
dan koherensi sebuah paragraf dapat dinyatakan juga dengan penjelasan mengenai
sebab atau akibat ide pokok.
9. Defenisi
Defenisi
merupakan usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti sebuah istilah
atau hal. Defenisi kadang-kadang tidak dapat dijelaskan dalam satu kalimat
saja,tetapi dalam satu rangkaian kalimat yang membentuk paragraf.
E. STRUKTUR PARAGRAF
Sebuah
paragraf selalu memiliki satu topic bahasan dan beberapa penjelasan tentang
topic.dilihat dari keberadaan kalimat topic,paragraf dapat dipilih menjadi dua
macam :
1.
Paragraf yang memiliki kalimat topic
Paragraf yang memiliki
kalimat topic umumnya berbentuk paragraf eksposisi,paragraf argumentasi,atau
paragraf persuasi.
Letak kalimat topic dalam
paragraf jenis ini adalah :
a. Kalimat topic di awal (paragraf deduktif)
Paragraf yang memiliki
kalimat topic diawal kalimat paragraf ini disebut juga dengan paragraf
deduktif,paragraf ini dimulai dengan sebuah kalimat topic dan diikuti dengan
beberapa kalimat penjelas.
12
b. Kalimat topic di awal dan di akhir
Kalimat topic sebuah
paragraf dapat pula diawal dan diakhir paragraf.artinya,dalam sebuah paragraf
terdapat dua kalimat topic yang berbeda cara pengungkapannya tetapi tetap
menyajikan suatu topic bahasan (paragraf).Paragraf yang memiliki kalimat topic
diawal dan di akhir ini di sebut juga dengan paragraf campuran.
2.
Paragraf yang tidak memiliki kalimat
topic
Paragraf yang tidak
memiliki kalimat topic umumnya berbentuk deskripsi dan paragraf narasi.Paragraf
jenis ini tetap memiliki topic bahasan namun tidak diungkapan dalam sebuah
kalimat topic.Topik bahasan di ungkapan oleh keseluruhan kalimat penjelasan
yang berarti pula topic paragraf tersirat dalam paragraf yang tidak memiliki
kalimat topic tersebut dapat dilihat dalam paragraf narasi dan deskripsi.
F. KERANGAKA PARAGRAF
Sebuah paragraf mempunyai rangka.rangka sebuah paragraf
tersusun atas sebuah kalimat topic dan sejumlah kalimat
penjelasan/pendukung.Sesuai dengan namanya,kalimat pendukung didayagunakan
untuk memperjelas isi kalimat topic.Dalam sebuah paragraf,seorang pengarang
biasanya meletakkan inti maksudnya pada sebuah kalimat topic.Dalam kalimat
itulah pengarang meletakkan topic yang di bicarakannya.Kalimat topic berfungsi
memberitahukan kepada pembaca apa yang di bincangkan dalam paragraf itu.Bagi
pengarang kalimat topic berperan sebagai pengontrol terhadap ap yang mau di
uraikannya.
Kebanyakan,pengarang meletakkan kalimat topicnya pada atau
dekat bagian permula sebuah paragraf.Dengan meletakkan kalimat topic pada atau
dekat bagian permualaannya,maka pembaca cepat menemukan pikiran utama yang ada
dalam sebuah kalimat,dengan demikian memudahkan komunikasib
pengarang-pembaca.Kalimat-kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang berisi
gagasan penunjang,yakni sebagai penjabaran dari gagasan pokok.
13
Kalimat – kalimat penunjang inilah yang membuat paragraf itu
benar-benar berbicara kepada pembaca.Apa yang dimaksud dengan kalimat topic
diuraikan nya dengan jelas.Pembaca di tuntun untuk dapat sepenuhnya memahami
maksud kalimat topic.Tugasnya tentu saja membuat kalimat topic lebih jelas dan
lebih terang maksudnya.
G. TEKNIK PENGEMBAGAN PARAGRAF
Pengembangan paragraf merupakan cara menyajikan topic bahasan
paragraf dalam bentuk kalimat topiki dan kalimat-kalimat penjelas.Khusus dalam
paragraf yang baik memiliki kalimat topic,pengembangan paragraf merupakan cara
menyajikan topic bahasan paragraf dalam bentuk kalimat-kalimat
penjelas.Pengembangan paragraf ini dapat pula dijelaskan dalam dua suburaian
berikut ini :
1.
Pengembangan Paragraf yang memiliki
Kalimat Topik
Pengembangan paragraf yang memiliki
kalimat topic ini berarti berbicara tentang pengembangan paragraf
eksposisi,argumentasi,dan persuasi. Berasarkan uraian pengembangan paragraf
yang dikemukakan widjono dan suriamiharja,dapat dikemukakan beberapa teknik
pengembangan paragraf berikut ini :
a. Teknik Penguraian Gagasan
Pengembangan paragraf dengan teknik
penguraian gagasan digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic
itu adalah berupa definisi konsep,penjelasan ide,pikiran,pandapat.Kalimat topic
seperti ini perlu dijelaskan atau diuraikan dengan lebih rinci.Penjelasan dan
penguraian itu diwujudkan dalam beberapa kalimat penjelas.Kalimat-kalimat
penjelas itu dimunculkan sepanjang masih bermanfaat untuk menjelaskan topic
bahasan paragraf itu.
b. Teknik Perbandingan/Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan teknik
perbandingan/pertentangan digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat
topic itu adalah berupa perbandingan/pertentangan dua hal. Hal ini lazim di
gunakan unutk menjelaskan suatu hal harus diperbandingan atau dipertentangan
dengan hal yang lain. Berbagai aspek perbandingan atau pertentangan itu
diwujudkan dalam beberapa kalimat penjelas.kalimat-kalimat penjelas yang
mengemukakan berbagai perbandingan atau pertentangan itu di munculkan untuk
menjelaskan topic bahasan paragraf itu.
c. Teknik Pemberian Contoh
Pengembangan paragraf dengan teknik
pemberian contoh di gunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic itu
dirasakan akan lebih jelas dengan cara mengemukakan contohnya.Teknik pemberian
contoh ini lazim digunakan untuk mengkongkretkan suatu topic bahasan
(paragraf).Agar topic bahasan itu menjadi nyata,pemberian contoh sangat perlu
digunakan.Kalimat-kalimat penjelas itu mengemukakan contoh atau penjelas contoh
untuk menjelaskan topic bahasan paragraf itu.
d. Teknik Pemberian Argumentasi
Pengembangan paragraf dengan teknik pemberian
argumentasi(alasan) digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic
itu berupa pendapat,gagasan ,atau keyakinan agar diterima orang lain. Teknik
pemberian alasan ini lazim digunakan untuk meyakinkan orang lain terhadap
pendapat,gagasan atau keyakinan penulis. Agar topic bahasan itu diterima orang
lain,pemberian alasan sangat perlu digunakan. Artinya,kalimat-kalimat penjelas
itu adalah berupa alasan-alasan atas kebenaran pendapat,gagasan,atau keyakinan
yang telah dikemukan dalam kalimat topic paragraf itu.
e. Teknik Perincian Sebab
Pengembangan paragraf dengan teknik
perincian sebab digunakan jika topic bahasan
paragraf dalam kalimat topic itu berupa persoalan yang di sebabkan oleh
hal yang lain.Rincian seba itu sangat perlu menjelaskan topic bahasan yang
berupa akibat itu. kalimat-kalimat penjelas itu adalah rincia sebab-sebab
terjadi nya hal yang di kemukakan dalam kalimat topic.Kalimat penjelas yang
berupa sebab-sebab terjadi persoalan itu di munculkan sepanjang dapat
menjelaskan topic bahasan(paragraf) tersebut.
f. Teknik Perincian Akibat
Pengembangan paragraf dengan teknik
perincian akibat digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic itu
berupa persoalan yang diakibat oleh hal yang lain. Rincian akibat itu sangat
perlu untuk menjelaskan topic bahasan yang berupa sebab itu. Kalimat-kalimat
penjelas itu adalah rincian akibat-akibat dari persoalan yang dikemukakan dalam
kalimat topic. Artinya pula kalimat penjelas yang berisi akibat-akibat itu di
munculkan sepanjang dapat menjelaskan topic bahasan(paragraf)tersebut.
h.
Teknik Pengklasifikasian
Pengembangan paragraf dengan teknik
pengklisifikasian ini digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic
itu berupa pengklasifikasikan atau suatu hal. Keseluruhan hasil klasifikasikan
itu perlu dikemukakan untuk menjelaskan topic bahasan yang berupa
pengklasifikasian atau pengelompokkan itu. Kalimat-kalimat penjelas itu adalah
penjelasan klasifikasi dari persoalan yang di kemukakan dalam kalimat topic.
Semua hasil klasifikasi itu harus muncul atau terdapat di dalam kalimat-kalimat
penjelas.
2.
Pengembangan Paragraf yang tidak
memiliki Kalimat Topic
Pengembangan paragraf yang tidak
memiliki kalimat topic ini berarti berbicara tentang pengembangan paragraf
deskripsi dan narasi.pengembangan paragraf deskripsi menggunaka teknik urutan
ruang.Sedangkan paragraf narasi menggunakan teknik urutan waktu.kedua teknik
pengembangan paragraf tersebut
dijelaskan berikut ini :
a.
Teknik Urutan Ruang
Teknik urutan ruang ini digunakan
untuk mengembangkan paragraf deskripsi. Artinya, pengembangan paragraf dengan
teknik urutan ruang ini digunakan jika topic bahasan paragraf adalah berupa
objek yang harus dideskripsikan.Untuk itu,kalimat-kalimat penjelas adalah
bagian-bagian dari suatu objek yang diungkapan satu demi satu secara teratur.
Keteraturan pengungkapan bagian-bagian objek itu akan memudahkan pembaca
mengganbarkan objek itu dalam pikirannya.
b.
Teknik Urutan Waktu
Teknik urutan waktu ini digunakan
pula untuk mengembangkan paragraf narasi. Artinya, pengembangan paragraf dengan
teknik urutan waktu ini digunakan jika topic bahasan paragraf adalah berupa
bagain-bagian peristiwa,perbuatan,tindakan,kejadian yang harus di ceritakan.
Untuk itu pula,kalimat-kalimat penjelas adalah urutan terjadinya peristiwa
kehidupan yang di ungkapankan satu demi satu secara teratur.Keteraturan
pengungkapakan urutan terjadinya peristiwa kehidupan itu akan memudahkan pembaca
memahaminya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Paragraf adalah himpunan atau
kumpulan yang bertalian dalam suatu rangakain untuk membentuk sebuah ide.
Paragraf ini terdiri dari satu atau dua kalimat
yang berisi pengantar suatu topik bahasan,penutup topik
bahasan.peralihan topik bahasan didalam buku karangan ilmiah lainnya.
SARAN
Semoga
dengan adanya penulisan makalah yang berisikan bagaimana pengertian tata
kalimat dan paragraf,dan bagaimana cara membedakan tata kalimat dan paragraf.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ermanto dan Emidar.2009.Bahasa Indonesia Pengenbangan
Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Padang: universitas negeri padang press.
2.
Zulfamih,Drs.2007. Aplikasi Bahasa Indonesia.Padang: IAIN
Press
3.
Hasjim,nafron dan tasai,amran.1992.komposisi dalam
bahasa indonesia . jakarta:depertemen
pendidikan dan kebudayaan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar I
Daftar isi II
BAB I Pendahuluan III
A.
Latar
Belakang
III
B.
Tujuan
III
BAB II Pembahasan 1
A.
Pembukaan 1
a.
Pengertian
Karangan Narasi 1
b.
Pengertian
Paragraph / Karangan Argumentasi 1
B.
Isi 1
a.
Karangan
Narasi 2
b.
Karangan
Argumentasi 3
c.
Ciri
– ciri Argumentasi 4
d.
Contoh
Argumentasi 5
BAB
III Penutup
11
A.
Kesimpulan
11
DAFTAR
PUSTAKA
12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dari
segi tujuan dan cara pemaparannya, jenis-jenis karangan atau karya tulis dapat
dibedakan lima macam, salah satunya Narasi dan Argumentasi merupakan hal yang
terpenting yang harus diketahui dalam jenis karangan dan karya tulis.
B.
Tujuan
Berdasarkan
penilaian penyusun tentang karangan Narasi dan Argumentasi, penyusun bertujuan
untuk mengetahui bagaimana karangan Narasi dan Argumentasi itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembukaan
1.
Pengertian
Karangan Narasi
Karangan Narasi adalah :
a.
Berasal dari Narration = bercerita
Suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
merangkaikan tindak tanduk pembuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara
kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu.
b.
Suatu
bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pambaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi.
2.
Pengertian
Karangan Argumentasi
Karangan Argumentasi
adalah :
a.
Karangan
merupakan suatu bentuk keterampilan yang efektif, yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya
bertindak sebagai mana yang diinginkan oleh penulis.
b.
Merupakan
dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan, melalui argumentasi,
dunia ilmu menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau
pendapat tentang suatu hal.
B. ISI
I . Karangan Narasi dan Argumentasi
A. NARASI
Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Awal narasi biasanya berisi
pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh.
Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan
bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada
pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca
untuk menebaknya sendiri.
Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
.
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
.
Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Langkah
menyusun narasi (fiksi):
Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan
Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan
1.Karangan
Narasi memiliki dua macam sifat :
a. Narasi
Ekspositoris / Narasi Faktual
Adalah Peragraf yang
berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara infomatif. Sehingga
pembaca mengetahui peristiwa btersebut secara cepat.
Contoh :
-
Kisah
Perjalanan
-
Otobiografi
-
Kisah
Perampokan
b. Narasi
Sugestif/ Narasi berplot
Adalah Pragraf yang berisi
rangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga merangsang daya
khayal pembaca tentang peristiwa rersebut.
Contoh :
-
Novel
-
Cerpen
B. Paragraf Argumentatif (Argumentasi)
Paragraf
argumentasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau
pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi) atau
paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu. Tujuannya
adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah
benar dan terbukti.
I. Tujuan dan Syarat
Karangan / Paragraph Argumentasi :
a.
Tujuan
Utama
·
Merupakan
pembaca agar meneima atau mengambil suatu dokrim, sikap, dan tingkah laku
tertentu.
b.
Syarat
Utama
·
Menulis
karangan argumentasi adalah penulisannya harus terampil dalam bernalar dan
menyusun ide yang logis.
II. Ciri-ciri
Karangan Argumentasi :
·
Mengemukakan
alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan
pembaca agar menyetujuinya.
·
Mengusahakan
pemecahan suatu masalah.
·
Mendiskusikan
suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.
Contoh Karangan Argumentasi
Seperti : Nol Tak Berararti
Tidak Ada.
Langkah
menyusun argumentasi:- Menentukan topik/tema
- Menetapkan tujuan
- Mengumpulkan data dari berbagai sumber
- Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
- Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi
- Disiplin kunci sukses berwirausaha,
- Teknologi komunikasi harus segera dikuasai,
- Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.
Contoh karangan argumentasi pada umumnya:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa
dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan, pembangunan di negara
kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi
nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab,
berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat
dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk
fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari,
menemukan, dan menggali ide.
Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1
H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.
1. (What)
Apa yang akan diceritakan,
2. (Where)
Di mana seting/lokasi ceritanya,
3. (When)
Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4. (Who)
Siapa pelaku ceritanya,
5. (Why)
Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6.
(How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
Contoh :
Aku tersenyum sambil mengayunkan
langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku
bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket,
mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitumenyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.
Kesimpulan dari paragraf tersebut
ialah memilih SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran.
Contoh
1 :
Contoh kalimat
pertama (1) di atas adalah pernyataan/pendapat dan kalimat kedua adalah
pendukung. Di samping itu, penulis pun menjelaskan hubungan antara
pernyataan/pendapat dengan fakta/ data pendukung, agar pembaca mempunyai gambaran
yang jelas tentang hal yang disampaikan. Lebih-lebih bila tulisan itu disertai
data empiris yang dapat dipercaya kebenarannya.
Dalam
berargumentasi, unsur-unsur yang ada harus diatur secara logis dengan bentuk
penalaran tertentu. Bentuk penalaran yang ada adalah penalaran induksi dan
penalaran deduksi. Penalaran induksi adalah bentuk penalaran yang bertolak dari
pernyataan khusus kemudian menarik kesimpulan secara lebih umum. Penalaran
induktif tidak boleh membuat kesimpulan yang melebihi kelayakan fakta sebagai
pendukung. Penalaran deduksi adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan
umum yang dipakai untuk mengamati pernyataan khusus sebagai dasar mengambil
kesimpulan.
Contoh
2 :
Akhir-akhir ini tempe sudah
tidak lagi menjadi makanan orang-orang pinggiran atau kampung. Betapa tidak,
seiring menjamurnya makanan-makanan instan dan modern yang mengandung berbagai
bahan pengawet, tempe tetap menjadi makanan tradisional kebanggaan bangsa
Indonesia. Terdapat banyak kandungan protein nabati yang tinggi di dalam
tempe.Bahkan di Jakarta terdapat rumah makan yang menggunakan menu tempe untuk
disajikan dalam berbagai makanan yang lezat. Karena kandungan gizi yang tinggi
dan alamiah itulah tempe sudah mulai merambah pasar internasional. Tempe sudah
menjadi makanan lokal yang mengglobal di tengah makanan yang hanya nikmat di
lidah saja.
“ Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi
menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas
kebenaran yang disampaikan penulis. “
Dilihat dari struktur informasinya, dalam paragraf argumentasi akan
ditemukan:
1. Pendahuluan, bertujuan untuk
menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen yang
akan disampaikan, atau menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi dikemukakan.
2. Tubuh argumen, bertujuan untuk membuktikan
kebenaran yang akan disampaikan dalam paragraf argumentasi sehingga kesimpulan
yang akan dicapai juga benar. Kebenaran yang disampaikan dalam tubuh argument
harus dianalisis, disusun, dan dikemukakan dengan mengadakan observasi,
eksperimen, penyusun fakta, dan jalan pikiran yang logis.
3. Kesimpulan atau ringkasan,
bertujuan untuk membuktikan kepada pembaca bahwa kebenaran yang ingin
disampaikan melalui proses penalaran memang dapat diterima sebagai sesuatu yang
logis.
Karangan
argumentasi bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar pembaca mau mengubah
pandangan dan keyakinannya kemu-dian mengikuti pandangan dan keyakinan penulis.
Keberhasilan sebuah karangan argumentasi ditentukan oleh adanya pernyataan/pendapat
penulis, keseluruhan data, fakta, atau alasanalasan yang secara langsung dapat
mendukung pendapat penulis.
Keberadaan data, fakta, dan alasan
sangat mutlak dalam karangan argumentasi. Bukti-bukti ini dapat berupa
benda-benda konkret, angka statistik, dan rasionalisasi penalaran penulis.
Contoh:
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat
menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan
oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di
bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh
orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen
atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian
hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga.
Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua
mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di
mana-mana.
Contoh kalimat
pertama (1) di atas adalah pernyataan/pendapat dan kalimat kedua adalah
pendukung. Di samping itu, penulis pun menjelaskan hubungan antara
pernyataan/pendapat dengan fakta/ data pendukung, agar pembaca mempunyai
gambaran yang jelas tentang hal yang disampaikan. Lebih-lebih bila tulisan itu
disertai data empiris yang dapat dipercaya kebenarannya.
Dalam
berargumentasi, unsur-unsur yang ada harus diatur secara logis dengan bentuk
penalaran tertentu. Bentuk penalaran yang ada adalah penalaran induksi dan
penalaran deduksi. Penalaran induksi adalah bentuk penalaran yang bertolak dari
pernyataan khusus kemudian menarik kesimpulan secara lebih umum. Penalaran
induktif tidak boleh membuat kesimpulan yang melebihi kelayakan fakta sebagai
pendukung. Penalaran deduksi adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan
umum yang dipakai untuk mengamati pernyataan khusus sebagai dasar mengambil
kesimpulan.
Berikut ini struktur penulisan
argumentasi :
1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang masalah dan permasalahan.
Pendahuluan berisi latar belakang masalah dan permasalahan.
2. Isi
Isi karangan adalah keseluruhan uraian yang berusaha menjawab permasahan
yang dikemukakan dalam pendahuluan. Uraian isi karangan berupa pernyataan,
data, fakta, contoh, atau ilustrasi yang diambil dari pernyataan, pendapat
umum, pendapat para ahli, hasil penelitian, kesimpulan yang dapat mengukuhkan
bahwa
pemecahan
permasalahan itu harus demikian.
3. Penutup
3. Penutup
Penutup berupa ikhtisar atau kesimpulan. Adapun langkah-langkah dalam
menulis argumentasi adalah sebagai berikut:
1. memilih topik karangan,
2. mengumpulkan bahan,
3. menyusun kerangka karangan,
4. mengembangkan pendahuluan,
5. mengembangkan isi karangan,
6. membuat penutup karangan.
2. mengumpulkan bahan,
3. menyusun kerangka karangan,
4. mengembangkan pendahuluan,
5. mengembangkan isi karangan,
6. membuat penutup karangan.
Demikian artikel
ini saya susun, semoga Paragraf Argumentatif ini dapat berguna bagi
saudara saudara semua
III. Paragraf Argumentatif (Argumentasi)
Paragraf Argumentasi adalah
paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu :
1. Paragraf (alinea)
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan
kalimat yang
tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang
memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan
kepada pembaca secara efektif
tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang
memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan
kepada pembaca secara efektif
2. Paragraf Argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang
berisi
pendapat mengenai suatu hal yang disertai alasan-alasan
yang logis dan sistematis serta penyajian bukti-bukti dengan
tujuan memengaruhi pembaca untuk meyakini atau
menyetujui pendapat tersebut
pendapat mengenai suatu hal yang disertai alasan-alasan
yang logis dan sistematis serta penyajian bukti-bukti dengan
tujuan memengaruhi pembaca untuk meyakini atau
menyetujui pendapat tersebut
Ciri-ciri
paragraf argumentasi:
- Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
- Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
- Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
- Penutup berisi kesimpulan.
Contoh paragraf argumentasi:
Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA. Kalau memang lebih berbakat pada jalur profesi sebaiknya memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah risiko bagi lulusan SMP yang sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan SMP yang tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai perguruan tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak akan lulus UAN karena sulit mengikuti pelajaran di SMA. Tanpa lulus UAN mustahil bisa sampai perguruan tinggi. Pada akhirnya mereka akan menjadi pengangguran karena pelajaran di SMA tidak memberi bekal untuk bekerja.
Sumber : Cerdas Berpikir Bahasa dan Sastra Indonesia
Kesimpulan dari paragraf tersebut ialah memilih SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran.
- Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
- Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
- Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
- Penutup berisi kesimpulan.
Contoh paragraf argumentasi:
Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA. Kalau memang lebih berbakat pada jalur profesi sebaiknya memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah risiko bagi lulusan SMP yang sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan SMP yang tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai perguruan tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak akan lulus UAN karena sulit mengikuti pelajaran di SMA. Tanpa lulus UAN mustahil bisa sampai perguruan tinggi. Pada akhirnya mereka akan menjadi pengangguran karena pelajaran di SMA tidak memberi bekal untuk bekerja.
Sumber : Cerdas Berpikir Bahasa dan Sastra Indonesia
Kesimpulan dari paragraf tersebut ialah memilih SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran.
Dalam
paragraf argumentasi, biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenali.
Ciri- ciri tersebut misalnya :
(1) ada pernyataan, ide, atau
pendapat yang dikemukakan penulisnya;
(2) alasan, data, atau fakta yang mendukung;
(3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan. Data dan fakta yang
digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi dapat diperoleh
melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan
penelitian kepustakaan.
Pada akhir paragraf atau karangan, perlu disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini yang membedakan argumentasi dari eksposisi.
Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan cara menjaga kesuburannya, dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Tujuan yang ingin dicapai melalui pemaparan argumentasi ini, antara lain :
-->melontarkan pandangan / pendirian
-->mendorong atau mencegah suatu tindakan
-->mengubah tingkah laku pembaca
-->menarik simpati
Contoh 1:
Pada akhir paragraf atau karangan, perlu disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini yang membedakan argumentasi dari eksposisi.
Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan cara menjaga kesuburannya, dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Tujuan yang ingin dicapai melalui pemaparan argumentasi ini, antara lain :
-->melontarkan pandangan / pendirian
-->mendorong atau mencegah suatu tindakan
-->mengubah tingkah laku pembaca
-->menarik simpati
Contoh 1:
laporan penelitian ilmiah, karya tulis
Karangan ini bertujuan
membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai
alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya
dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai
penyokong opini tersebut.
Melalui argumentasi, penulis berusaha
merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah
suatu pendapat atau suatu hal benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar
yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam ilmu pengetahuan,
argumentasi tidak lain adalah usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau
kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu
hal.Sementara narasi berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”
Suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan
dirangkaikan menjadi \
sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu
kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan sebagai berikut: narasi adalah suatu
bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Ditulis oleh ahli bahasa terkemuka
di Indonesia, Dr. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi sangat
bermanfaat, terutama bagi mahasiswa. Buku ini membantu mahasiswa dalam
penyusunan paper, maupun skripsi, serta memberikan dasar-dasar mengemukakan
pendapat dan pikiran secara argumentatif, sistematis, logis, dan kritis, baik
lisan maupun tulisan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Sebuah narasi bukanl
merupakan rangkaian perbuatan semata-mata, tetapi juga merupakan rangkaian
perbuatan yang mempunyai makna secara keseluruhan.
·
Selain untuk
mempengaruhi sikap dan keyakinan pembaca, sebuah karya argumentative juga
sering digunakan untuk mengemukakan
jalan pikiran penulis dalam usahanya menolak pendapat orang lain.
·
Sebuah narasi tidak
pernah menyajikan semua peristiwa secara tuntas. Narasi bersifat selektif
artinya ia hanya memilih bagian-bagian yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Samsuri dan Yus Rusyana.1976. Pedoman Penyusun Tata Bahasa Indonesia . Jakarta : Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Depdikbud
Soemanto, Bakdi . 1992 . Cerita Rakyat dari Yogyakarta.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a.Latar belakang
b.Rumusan masalah
c.Tujuan
d.Metode pembahasan
e.Sistematik penulisan
BAB II PEMBAHASAN TENTANG PARAGRAF DESKRIPSI DAN PARAGRAF
EKSPOSI
SI
- PARAGRAF DESKRIPSI 7
MENULIS DALAM BENTUK DESKRIPSI 7
CIRI-CIRI PARAGRAF DESKRIPSI 8
CONTOH
PARAGRAF DESKRIPSI 9
- PARAGRAF EKSPOSISI 10
CIRI-CIRI PARAGRAF EKSPOSISI 11
CONTOH-CONTOH PARAGRAF EKSPOSISI 11
BAB
III PENUTUP
KESIMPULAN 13
SARAN 13
KEPUSTAKAAN
14
PARAGRAF DESKRIPSI dan PARAGRAF EKSPOSISI
I.PARAGRAF DESKRIPSI
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau mendiskripsikan
suatu objek,benda atau alam.Objek tersebut digambarkan dengan menggunakan
kata-kata berdasarkan aspek ruang dan kebendaan.Dalam paragraf ini,penulis
berusaha memunculkan kesan yang kuat kepada pembaca dengan cara meransang
seluruh indra pembaca,sehingga pembaca merasa betul-betul menyaksikan
objek,benda atau alam tersebut.Melalui karangan deskripsi ini,penulis
menggambarkan suatu objek dengan beberapa paragraf deskripsi.
Karangan deskripsi disusun dengan menggunakan sejumlah paragraf
deskripsi.Dapat pula dikatakn bahwa karangan deskripsi.Artinya,beberapa
paragraf deskripsi yang saling berkaitan
menggambarkan objek yang ditampilkan itu.Namun demikian,di dalam karangan
deskripsi ini dimungkinkan pula terdapat sebagian kecil jenis paragraf lain.
A.MENULIS OBSERVASI DALAM BENTUK
DESKRIPSI
Sebuah paragaf dapat dilambangkan dengan berbagai pola.Diantaranya pada
pengembangan paragraf deskripsi.Dalam pola
pengembangan ini,suatu hal atau peristiwa diuraikan atas
bagian-bagiannya secara mendetail,kemudian disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk sebuah paragraf yang
koheren,logis dan sistematis.
Secara umum,paragraf deskripsi dibedakan atas dua macam yaitu :
1.Paragraf deskripsi spesial : paragraf
yang melukiskan ruang atau tempat berlangsungnya suatu peristiwa
Contoh : Malam gelap gulita di hulu
sungai ke tahun......sebentar-sebentar
hirup-pikuk yang tiada berketentuan itu menjadi suatu dengan gagap gempita yang
mendasyatkan dan mengecilkan hati,pertanda seorang raja rimba alam jatuh ke
tanah untuk selama-lamanya.
2.Paragraf deskripsi ojektif :
Paragrafyang menggambarkan suatu hal atau orang dengan mengungkapkan
identitasnya secara apa adanya sehingga pembaca dapat membayangkan keadaannya.
Objek perincian dalam paragraf deskripsi adalah
sesuatu yang berkaitan dengan
alam,binatang,tetumbuhan dan peristiwa-peristiwa
alam.
Tujuan penulisan deskripsi
juga berada dengan tujuan
penulisan eksposisi,karena bentuk deskripsi tidak mungkin diterapkan untuk mendiskripsikan
suatu proses,maka tujuannya lebih diarahkan agar sipembaca secara imajinatif
mampu mendapatkan gambaran suatu objek seolah objek tersebut benar-benar
hadir di depan pembaca.Maka,dalam
pencapaian tujuan yang sifatnya imajinatif bahasa dalam wacana deskripsi juga
lebih bersifat konotatif.
CIRI-CIRI
PARAGRAF DESKRIPSI :
a. Pemerincian objek ditampilkan hingga
detil
b.
Ditujukan untuk menimbulkan dan mengembangkan sensitifitas pembaca terhadap
objek yang diperinci dalam paragraf.
c.
Pilihan kata bersifat konotatif dan persuasif
d. Objek
yang ditampilkan dan diperinci berupa objek alam yang bukan memperlihatkan
suatu proses atau aktifitas.
e. Disajikan dengan pola susunan ruang
B.CONTOH PARAGRAF DESKRIPSI.
a.Dalam
karya sastra (disebut dengan deskripsi artistik )deskripsi sering diselikan pada
bagian
bagian tertentu,misalnya mendeskripsikan
latar atau setting.
b.Dalam karya
ilmiah (disebut deskripsi ekspositorik )wacana deskripsi dapat dipergunakan untuk memerinci suatu uraian
,misalnya deskripsi suatu unsur
senyawa,deskripsi atau pameran daerah,bahasa dan sebagainya
Penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi memerlukan kecermatan dan
ketelitian.Hasil pengamatan itu kemudian dituangkan oleh penulis dengan
menggunakan kata-kata yang kaya akan nuansa dan bentuk.dengan kata lain,penulis
harus sanggup mengembangkan suatu objek melalui rangkaian kata-kata yang penuh
arti dan kekuatan sehingga pembaca dapat
menerimanya seolah-olah melihat,mendengar,merasakan menikmati sendiri objek
itu.
Supaya karangan sesuai dengan penulisnya,diperlukan suatu
pendekatan-pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat sesuatu yang
akan dituliskan.Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh
gambaran tentang suatu objek yang ditulis.Pendekatan yang dimaksud adalah
pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis,yaitu :
a.Pendekatan Realistis :
Dalam
pendekatan realistis penulis dituntut memotret hal atau benda subjektif,mungkin
sesuai dengan keadaan yang dilihatnya.
b.Pendekatan Impresionistis
:
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu
secara subjektif.Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas
dan memberi pandangan atau interpretasi
terhadap bagian bagian yang dilihat,dirasakan atau dinikmatinya.
II.PARAGRAF
EKSPOSISI.
Paragraf eksposisi dalah paragraf yang
memaparkan permasalahan yang dibahas dengan cara menguraikan bagian-bagian atau
unsur-unsurnya secara detail.Paragraf eksposisi ini menjelaskan suatu persoalan
sehingga pembaca akan memahami persoalan yang dikemukakan tersebut dengan
baik.Paragraf eksposisi ini adalah seperti buku,artikel ,populer dan media
masa.
Kata
eksposisi yang dipungut dari kata bahasa inggris eksposition
sebenarnya berasal dari kata bahasa latin yang berarti 0 membuka atau memulai 0.Memang paragraf atau karangan eksposisi
merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi
tahu,mengupas,menguraikan dan menerangkan sesuatu,
Dalam paragraf atau karangan eksposisi,masalah yang dikomunikasikasikan
terutama adalah pemberithuan atau
informasi.Hasil karangan eksposisi yang berupa informasi dapat kita baca
sehari-hari di dalam media masa.Melalui media masa berita di ekspos atau
dipaparkan dengan tujuan memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca.Pembaca
tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis,tetapi setiap pembaca sekedar
diberi tahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian.Karena jenis karangannya
bersifat memaparkan sesuatu,eksposisi juag dapat disebut karangan paparan.
Paragraf eksposisi juga dapat dikatakan dengan paragraf yang digunakan untuk mengiraikan
(mengekspos) suatu informasi tanpa ada kecenderungan untuk mempengaruhai
pembacanya sehubungan dengan isi informasi tersebut.
Bentuk eksposisi memiliki persamaan dengan bentuk narasi terutama narasi
ekspositorik.Persamaan tersebut adalah terletak pada bentuk pengungkapan yang
bersifat informatif.Seorang penulis eksposisi.
berusaha mengekspos kenyataan sejelas-jelasnya
seolah-olah menghadirkan fotocopy suatu keadaan kepada pembaca.
Ciri-ciri wacana eksposisi :
a. Bertujuan untuk memberikan
informasi baik berupa pengertian maupun pengetahuan
b. Digunakan untuk menjawab
pertanyaan apa,mengapa,bilamana,dan bagaimana.
c. Disampaikan dangan bahasa
yang luas dan cenderung bersifat denotatif.
d. Menggunakan pola susunan (alur berfikir) logis.
e. Tidak mengandung subyektifitas.
Contoh – contoh wacana eksposisi :
a. Buku –buku manual atau buku
petunjuk , termasuk buku – buku resep
b. Buku – buku teks yang berisikan teori – teori
c. Laporan – laporan
d. Artikel – artikel yang berisikan pemaparan suatu peristiwa
e. Kamus
f.
Menulis Gagasan dalam bentuk
paragraf Eksposisi
Paragraf Eksposisi juga dapat juga diartikan sebagai paragraf yang
berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas
pengetahuan pembaca. Paragraf ini bertujuan menyampaikan fakta – fakta secara
teratur , logis dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan suatu ide,
istilah, masalah, proses , unsur – unsur tertentu, hubungan sebab – akibat dan
sebagainya.
Ada 2 macam paragraf eksposisi :
-
Paragraf eksposisi dengan
pengembangan proses
-
Paragraf eksposisi dengan pola
pengembangan ilustrasi
-) Paragraf Eksposisi dengan pola
pengembangan Proses :
Paragraf ini memberikan
penjelasan terhadap bagaimana sesuatu itu terjadi atau bekerja. Agar pemaparan ini disampaikan secara
sistematis, penulis diharapkan :
a.
Menganalisis suatu hal atau
persoalan bagian perbagian.
b.
Bagian – bagian tersebut diuraikan
tahap demi tahap sehingga pada akhirnya pembaca mempunyai pengetahuan tenrang
proses tersebut secara keseluruhan.
-)
Paragraf Eksposisi dengan pola pengembangan Ilustrasi :
Paragraf Ilustrasi dengan pola pengembangan ilustrasi berusaha
memberikan pemaparan dengan menggunakan ilustrasi, ilustrasi dengan contoh berfungsi
memberikan gambaran penjelasan yang kongkret tentang sesuatu konsep atau
prinsip umum, oleh karena itu ilustrasi haruslah bersifat langsung, artinya
berhubungan langsung dengan konsep atau prinsip tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PUISI
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani
berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris,
padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai
kata poet, Coulter menjelaskan bahwa
kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa
Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya,
orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.
Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus
merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang
tersembunyi.
Shahnon Ahmad mengumpulkan definisi puisi yang pada
umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu
adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih
kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan
sebagainya.
(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan
pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan
bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu
rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik,
yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah
pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau
diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan
pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
(4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu
merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional
serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara
artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan
sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik
(pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman
detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa
yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan,
kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang
yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk
direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah
terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad
menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang
puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide,
nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan
perasaan yang bercampur-baur.
B. UNSUR-UNSUR
PUISI
Secara sederhana,
batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait,
bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi.
Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur
utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat
menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih
diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris)
mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu
kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama,
jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak
ada batasan.
Bait merupakan
kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan
makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah,
tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh
rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh
huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah
pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan
bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),
tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat
konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa
rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk
oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi
pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa
dilagukan.
Makna adalah unsur
tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi
dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi
disampaikan.
Adapun secara lebih
detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur
batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi, atau sering pula
disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa.
Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna,
baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap
pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa
erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya
latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan
bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap
pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat
menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca
untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun
tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut
bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam
puisinya.
Sedangkan struktur
fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana
yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik
puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan
puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi
kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak
selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal
tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2)
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata.
(3)
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan
imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca
seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata
kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal
kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll,
sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup,
bumi, kehidupan, dll.
(5)
Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan
efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain
metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme,
repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire,
pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6)
Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan
bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup
(1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis
pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi,
persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repetisi bunyi [kata], dan sebagainya, dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma
adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat
menonjol dalam pembacaan puisi.
C.
RAGAM DAN
JENIS PUISI
1) Berdasarkan
Zaman
Menurut zamannya, puisi
dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
Ciri-ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama
adalah:
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
- Seloka adalah pantun berkait.
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih
bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun
rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
- Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
- Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
2) Berdasarkan
Sudut Pandang Penulis
Ada bermacam-macam jenis puisi yang ditulis para penyair Indonesia.
Karya sastra tidak bersifat otonom. Dalam memahami makna karya sastra, kita
mengacu pada beberapa hal yang erat hubungannya dengan puisi tersebut. Dalam
pemahaman puisi, hal yang dipandang erat hubungannya adalah jenis puisi itu
sendiri dan sudut pandang penyair. Sebenarnya ada banyak sekali macam-macam
puisi, dan bagaimana penyair dalam menyampaikan inspirasinya, serta bagaimana
menafsirkan makna puisi dengan mudah. Sehingga mudah mengklasifikasikan,
termasuk jenis puisi apakah yang kita ciptakan.
W.H
Hudson menyatakan adanya puisi sebyektif dan puisi obyektif. Cleanth Brooks
menyebut adanya puisi naratif dan puisi deskriptif. David Daiches menyebut
adanya puisi fisik, platonic, dan metafisik. X.J. Kennedy menyebut adanya puisi
konkret dan balada. Dalam kumpulan puisi Rendra, kita mengenal judul-judul: balada,
romansa, stanza, serenada, dan sebagainya. Ada juga parable atau alegori. Sedangkan
istilah ode, himne, puisi kamar, dan puisi auditorium juga sering kita jumpai.
1. Puisi
Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi
puisi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak
disampaikan.
a. Puisi
Narataif
Puisi
naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang
sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi-puisi naratif, misalnya: epik, romansa,
balada, dan syair.
Balada
adalah puisi yang bercerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau
orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Rendra banyak sekali menulis balada
tentang orang-orang tersisih, yang oleh penyairnya disebut "Orang-orang
Tercinta". Kumpulan baladanya yaitu, Balada Orang-orang Tercinta dan Blues
Untuk Bonnie.
Romansa
adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantic berisi kisah
percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi perkelahian dan
petualangan yang menambah percintaan mereka lebih mempesonakan. Rendra juga
banyak menulis romansa. Salah satu bagian dalam "Empat Kumpulan
Sajak"nya berjudul "Romansa" dan berisi jenis puisi romansa,
yakni kisah percintaan sebelum Rendra menikah. Kirdjomuljo menulis romansa yang
berisi kisah petualangan dengan judul “Romance Perjalanan". Kisah cinta
ini dapat huga berarti cinta tanah kelahiran seperti puisi-puisi Ramadhan K.H.
Priangan “Si Jelita”. Priode 1953-1961 banyak ditulis jenis romansa ini.
b. Puisi
Lirik
Dalam
puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Ia tidak
bercerita. Jenis puisi lirik misalnya: elegi, ode, dan serenada.
Elegi
adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya "Elegi
Jakarta" karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di kota Jakarta.
Serenada
adalah Sajak percintaan yang bisa dinyanyikan. Kata serenada berarti nyanyian
yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak menciptakan serenada
dalam 'Empat Kumpulan Sajak'. Misalnya Serenada hitam, Serenada Biru, serenade
Merah Jambu, serenade ungu, Serenada Kelabu, dan sebagainya. Warna-warna
dibelakang serenada itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang
bahagia, sedih, kecewa, dan seterusnya.
Ode
adalah Puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, sesuatu
keadaan. Yang banyak ditulis adalah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang
dikagumi. “Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro” Chairil Anwar, dan “Ode Buat
Proklamator” Leon Agusta merupakan contoh ode yang bagus.
c. Puisi
Deskriptif.
Didepan
telah dinyatakan bahwa dalam puisi deskriptif, penyair bertindak sebagai
pemberi kesan terhadap keadaan / peristiwa, benda, atau suasana dipandang
menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat diklasifikasikan dalam puisi
deskriptif, misalnya puisi satire, kritik sosial, dan puisi-puisi
impresionitik.
Satire
adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu
keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya.
Kritik
Sosial adalah Puisi yang juga menyatakan ketidak senangan terhadap keadaan tau
terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidak
beresan keadaan / orang tersebut.
Impresionistik
adalah Puisi yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.
2. Puisi
Kamar dan Puisi Auditorium
Istilah
puisi kamar dan puisi auditorium juga kita jumpai dalam buku kumpulan puisi
‘Hukla’ karya Leon Agusta. Puisi-puisi auditorium disebut juga puisi Hukla
(puisi yang mementingkan suara atau serangakaian suara).
Puisi Kamar ialah Puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar.
Puisi Kamar ialah Puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar.
Puisi
Auditorium adalah Puisi yang cocok dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah
pendengarnya dapat ratusan orang.
Sajak-sajak
Leon Agusta banyak yang dimaksudkan untuk sajak auditorium. Puisi-puisi Rendra
kebanyakan adalah puisi auditorium yang baru memperlihatkan keindahannya
setelah suaranya terdengar lewat pembacaan yang keras. Puisi auditorium disebut
juga puisi oral karena cocok untuk dioralkan.
3. Puisi
Fisikal, Platonik, dan Metafisikal
Pembagian
puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sifat dari isi yang dikemukakan dalam
puisi itu.
Puisi
Fisikal adalah Puisi bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan apa
adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang
didengar, dilihat, atau dirasakan merupakan obyek ciptaannya. Puisi-puisi
naratif, balada, impresionistis, juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi
fisikal.
Puisi
Platonik adalah Puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual
atau kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah 'Cinta Platonis' yang berarti
cinta tanpa nafsu jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-cita, religius, ungkapan
cinta luhur seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya dapat dimasukkan ke
dalam klasifikasi puisi platonik.
Puisi
Metafisikal adalah Puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca
merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius disatu pihak dapat
dinyatakan puisi platonic (menggambarkan ide atau gagasan penyair), dilain
pihak dapat disebut sebagai puisi metafisik (menagjak pembaca merenungkan
hidup, kehidupan, dan Tuhan), karya-karya mistik Hamzah Fansuri seperti Syair
Dagang, Syair Perahu, dan Syair Si Burung Pingai dapat dipandang sebagai puisi
metafisikal. Kasidah-kasidah “Al-Barzanji” karya Ja'far Al-Barzanji dan tasawuf
karya Jalaludin Rumi dapat diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal.
4. Puisi
Subyektif dan Puisi Obyektif
Puisi
Subyektif disebut juga Puisi Personal, yakni puisi yang mengungkapkan gagasan,
pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi-puisi yang
ditulis kaum ekspresionis dapat diklasifikasikan sebagai puisi subyektif,
karena mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Demikian pula puisi lirik
dimana aku lirik bicara kepada pembaca.
Puisi
Obyektif berarti Puisi yang mengungkapkan hal-hal diluar diri penyair itu
sendiri. Puisi obyektif disebut juga puisi impersonal. Puisi naratif dan
deskriptif kebanyakan adalah puisi obyektif, meskipun juga ada beberapa yang
subyektif.
5. Puisi
Konkret
Puisi
konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak tahun 1770-an.
X.J.Kennedy memberikan nama jenis puisi tertentu dengan nama puisi konkret,
yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari
sudut pandang (poem for the eye). Kita mengenal adanya bentuk grafis dari
puisi, kaligrafi, ideogramatik, atau puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang
menunjukkan pengimajian lewat bentuk grafis. Dalam puisi konkret ini, tanda
baca dan huruf-huruf sangat potensial membentuk gambar. Gambar wujud fisik yang
'kasat mata' lebih dipentingkan dari pada makna yang ingin disampaikan.
6. Puisi
Diafan, Gelap, dan Prismatis.
Puisi
Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan
pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative, sehingga puisinya mirip dengan
bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan sangat muda dihayati maknanya.
Puisi-puisi anak-anak atau puisi karya mereka yang baru belajar menulis puisi
dapat diklasifikasikan puisi diafan. Mereka belum mampu mengharmoniskan bentuk
fisik untuk mengungkapkan makna. Dengan demikian penyair tersebut tidak
memiliki kepekaan yang tepat dalam takarannya untuk lambang, kiasan, majas, dan
sebagainya. Jika puisi terlalu banyak majas, maka puisi itu menjadi gelap dan
sukar ditafsirkan. Sebaliknya jika puisi itu kering akan majas dan versifikasi,
maka itu akan menjadi puisi yang bersifat prosaic dan terlalu cerlang sehingga
diklasifikasikan sebagai puisi diafan.
Dalam
puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas,
versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak
terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun tidak terlalu gelap. Pembaca
tetap dapat menelusuri makna puisi itu. Namun makna itu bagaikan sinar yang
keluar dari prisma. Ada
bermacam-macam makna yang muncul karena memang bahasa puisi bersifat multi
interpretable. Puisi prismatis kaya akan makna, namun tidak gelap. Makna yang
aneka ragam itu dapat ditelusuri pembaca. Jika pembaca mempunyai latar belakang
pengetahuan tentang penyair dan kenyataan sejarah, maka pembaca akan lebih
cepat dan tepat menafsirkan makna puisi tersebut.
Penyair-penyair seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar dapat menciptakan puisi-puisi prismatis. Namun belum tentu semua puisi yang dihasilkan bersifat prismatis. Hanya dalam suasana mood seorang penyair besar mampu menciptakan puisi prismatis. Jika puisi itu diciptakan tanpa kekuatan pengucapan, maka niscaya tidak akan dapat dihasilkan puisi prismatis. Puisi-puisi dari orang yang baru belajar menjadi penyair biasanya adalah puisi diafan. Namun kadang-kadang juga kita jumpai puisi gelap.
Penyair-penyair seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar dapat menciptakan puisi-puisi prismatis. Namun belum tentu semua puisi yang dihasilkan bersifat prismatis. Hanya dalam suasana mood seorang penyair besar mampu menciptakan puisi prismatis. Jika puisi itu diciptakan tanpa kekuatan pengucapan, maka niscaya tidak akan dapat dihasilkan puisi prismatis. Puisi-puisi dari orang yang baru belajar menjadi penyair biasanya adalah puisi diafan. Namun kadang-kadang juga kita jumpai puisi gelap.
7. Puisi
Pernasian, dan Puisi Inspirati.
Pernasian
adalah sekelompok penyair Prancis pada pertengahan akhir abad 19 yang
menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi pernasian
diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh
inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi-puisi yang ditulis oleh
ilmuwan yang kebetulan mampu menulis puisi, kebanyakan adalah puisi pernasian.
Puisi-puisi Rendra dalam “Potret Pembangunan” dalam puisi yang banyak berlatar
belakang teori ekonomi dan sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi
pernasian. Demikian juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat
dengan pertimbangan keilmuan.
Puisi
Inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk
ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar
terlibat kedalam puisi itu. Dengan mood, puisi yang diciptakan akan memiliki
tenaga gaib, sekali baca habis. Pembaca memerlukan waktu cukup untuk
menafsirkan puisi prosaic seperti karya penyair-penyair tahun 1970-an.
\
\
\
\
\
\
Stansa
Jenis
puisi yang bernama stanza kita jumpai dalam Empat Kumpulan Sajak karya Rendra.
Stanza artinya puisi yang tediri atas 8 baris. Stanza berbeda dengan oktaf
karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24 baris. Aturan pembarisan dalam oktaf
adalah 8 baris untuk tiap bait, sedangkan dalam setanza seluruh puisi itu hanya
terdiri atas 8 baris.
8. Puisi
Demonstrasi dan Pamflet
Puisi
demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan mereka yang oleh Jassin
disebut angkatan 66. puisi ini melukiskan dan merupakan hasil refleksi
demonstrasi para maha siswa dan pelajar sekitar tahun 1966. Menurut subagio
Sastrowardoyo, puisi-puisi demonstrasi 1966 bersifat ke-kita-an, artinya
melukiskan perasaan kelompok, bukan perasaan individu. Puisi-puisi mereka
adalah endapan dari pengalaman fisik, mental, dan emosional selama penyair
terlibat dalam demonstrasi 1966. gaya
paradoks dan ironi banyak kita jumpai. Sementara itu, kata-kata yang membakar
semangat kelompok banyak dipergunakan, seperti kebenaran, kamanusiaan, tirani,
kebatilan, dan sebagainya.
Seperti
halnya puisi pamflet, puisi-puisi demonstrasi merupakan ungkapan sepihak,
sehingga kebenaran sulit ditrima secara obyektif. Pihak yang dibela diberikan
tempat dan kedudukan yang terhormat dan serba benar, sedang pihak yang dikritik
dilukiskan berada dalam posisi yang kurang simpatik.
Puisi
pamflet juga mengungkapkan protes social. Disebut puisi pamflet karena
bahasanya adalah bahasa pamflet. Kata-katanya mengungkapkan rasa tidak puaas
kepada keadaan. Munculnya kata-kata yang berisi protes secara spontan tanpa
proses pemikiran atau perenungan yang mendalam. Istilah-istilah gagah membela
kelompoknya disertai dengan istilah tidak simpatik yang memojokkan pihak yang
dikritik. Seperti halnya puisi demonstrasi, bahasa pusi pamflet juga bersifat
prosaic.
Rendra
adalah tokoh puisi pamflet. Didepan telah diberikan salah satu contoh puisi
pamflet Rendra yang berjudul "Sajak Burung Kondor". Kata-kata cukong,
dan kondom dinyatakan bersam dengan kata-kata penderitaan, kelaparan, dan
kesengsaraan rakyat kecil yang dibela. Dalam pusi-puisi pamflet banyak kita
jumpai kata-kata tabu yang diungkapkan penyair untuk menunjukkan kedongkolan
hati penyair kepada pihak yang dikritik atau terhadap keadaan yang tidak
memuaskan dirinya.
Puisi
pamflet Rendra kehilangan makna konotatif, suatu kehebatan Rendra dalam
menciptakan puisi pada tahun 50-an. Kata-kata kasar, ungkapan-ungkapan langsung
ke sasaran, dan hiperbola yang bertujuan memojokkan pihak yang dikritik banyak
kita jumpai dalam puisi-puisi pamflet Rendra. Puisi-puisi pamflet Rendra ini
mengingatkan kita akan puisi-puisi Jerman pada awal industrialisasi di sana. Puisi-puisi pamflet
Rendra kebetulan merupakan reaksi terhadap industrialisasi yang berkembang
pesat sekitar tahun 1974 (seperti halnya puisi pamflet Jerman
9. Alegori
Puisi
sering-sering mengungkapakan cerita yang isinya dimaksudkan untuk memberikan
nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis alegori yang terkenal adalah
parable yang juga disebut dongeng perumpamaan. Dalam kitab suci banyak kita
jumpai dongeng-dongeng perumpamaan yang maknanya dapat kita cari dibalik yang
tersurat. Puisi "Teratai" karya Sanusi Pane boleh dikatakn sebagai
puisi alegori, karena kisah bunga teratai itu digunakan untuk mengisahkan tokoh
pendidikan. Kisah tokoh pendidikan yang dilukiskan sebagai teratai itu
digunakan untuk memberi nasihat kepada generasi muda agar mencontoh teladan
'teratai' itu. Cerita berbingkai seperti Panca Tantra, 1001 Malam, Bayan
Budiman dan Hikayat Bachtiar juga dapat diklasifikasikan sebagai parable.
D. Teknik Pembuatan Puisi
Sampai saat ini, barangkali
berjuta puisi telah dituliskan, baik yang dipublikasikan di buku, di koran, di
internet, maupun yang masih tetap mengendap di tangan penulis atau bahkan sudah
hilang, entah ke mana rimbanya.
Berbagai ragam tema bahasan
juga pernah diungkapkan lewat puisi, mulai dari kehidupan sehari-hari, budaya,
sains, politik dan tentu saja tentang cinta yang banyak sekali ditemukan,
khususnya puisi yang dituliskan oleh kaum remaja.
Tentu, puisi-puisi ini
dilahirkan dari berbagai macam proses kelahiran. Sebenarnya, jika dicermati,
menurut pengalaman, puisi itu merupakan ungkapan kata bermakna yang dihasilkan
dari berbagai macam proses kelahiran masing-masing.
Proses kelahiran ini ada beberapa tahap, antara lain :
1.
TAHAP
MENGUNGKAPKAN FAKTA DIRI
Puisi pada tahap ini,
biasanya lahir berdasarkan observasi pada sekitar diri sendiri, terutama pada
faktor fisik. Misalnya pada saat berkaca.
2.
TAHAP
MENGUNGKAPKAN RASA DIRI
Pada tahap ini akan lahir
puisi yang mampu mengungkapkan rasa atau perasaan diri sendiri atas obyek yang
bersinggungan atau berinteraksi. Perasaan yang terungkap bisa berupa sedih,
senang, benci, cinta, patah hati, dan lain-lain, misalnya tatkala melihat meja,
akan bisa lahir sebuah puisi
3.
TAHAP
MENGUNGKAPKAN FAKTA OBYEK LAIN
Pada tahap ini puisi
dilahirkan berdasarkan fakta-fakta di luar diri dan dituliskan begitu saja apa
adanya, tanpa tambahan kata bersayap atau metafora, misalnya tatkala melihat
meja, kemudian muncul gagasan untuk menulis puisi.
4. TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA OBYEK LAIN
Pada tahap ini penulis puisi
mencoba berusaha mengungkapkan perasaan suatu obyek, baik perasaan orang lain
maupun benda-benda di sekitarnya yang seolah-olah menjelma menjadi manusia.
Misalnya tatkala melihat orang muda bersandar di bawah pohon rindang, dapat
sebuah terlahir puisi.
5. TAHAP MENGUNGKAPKAN KEHADIRAN YANG BELUM HADIR
Pada tahap ini puisi sudah
merupakan hasil kristalisasi yang sangat mendalam atas segala fakta, rasa dan
analisa menuju jangkauan yang bersifat lintas ruang dan waktu, menuju kejadian
di masa depan. Mengungkapkan Kehadiran yang belum hadir artinya melalui media
puisi, puisi dipandang mampu untuk menyampaikan gagasan dalam menghadirkan yang
belum hadir, yaitu sesuatu hal yang pengungkapannya hanya bisa melalui puisi,
tidak dengan yang lain. Misalnya cita-cita anak manusia, budaya dan gaya hidup masyarakat di
masa depan, dan lain-lain. Salah satu contoh yang menarik adalah lahirnya puisi
paling tegas dari para pemuda Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta,
atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), dalam Sumpah
Pemuda.
Saat Sumpah pemuda yang
berbentuk puisi ini diikrarkan, bangsa Indonesia masih tersekat-sekat
dalam kebanggaan masing-masing suku, ras dan bahasa serta masih dijajah oleh
kolonial Belanda. Melalui Puisi Sumpah Pemuda, lambat laun terjadi pencerahan
pada seluruh komponen bangsa akan pentingnya persatuan, sehingga jiwa persatuan
itu sanggup dihadirkan di dalam setiap individu bangsa Indonesia,
meskipun kemerdekaan dan persatuan belum terwujud. Dan menunggu sampai dengan
di raihnya kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
E.
Teknik Pembacaan Puisi
Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai
sasaran/tujuan makna dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair? Ada beberapa tahapan yang
harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain:
Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
Dalam proses ini diperlukan
ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan membedah isi puisi. Memahami isi
puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan oleh pembaca puisi, untuk
mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata yang tersurat.
Vocal
Artikulasi
Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
Diksi
Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
Tempo
Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
Dinamika
Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
Modulasi
Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
Intonasi
Tekanan dan laju kalimat.
Tekanan dan laju kalimat.
Jeda
Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
Pernafasan.
Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.
Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.
Penampilan
Salah satu factor keberhasilan seseorang membaca puisi adalah
kepribadian atau performance diatas pentas. Usahakan terkesan tenang, tak
gelisah, tak gugup, berwibawa dan meyakinkan (tidak demam panggung).
Gerak
Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
Komunikasi
Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
Ekspresi
Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
Konsentrasi
Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.
Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
-
Secara etimologis, kata
puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan.
Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan
–poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4)
menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau
mencipta.
-
Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi
kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami
proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.
-
Teknik Pembacaan Puisi.
- Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
- Vocal
- Diksi
- Tempo
- Dinamika
- Modulasi
- Intonasi
- Jeda
- Pernafasan.
- Penampilan
- Gerak
- Komunikasi
- Ekspresi
- Konsentrasi
B. Saran
·
Hendaknya pihak sekolah memberikan bimbingan
(kurikulum) kepada siswa yang memiliki potensial di bidang fisika instrument.
·
Hendaknya pihak sekolah mengadakan lomba karya
tulis ilmih, agar para penuis puisi akan lebih kompetitif.
A. LAPORAN
Menulis
Laporan Hasil Kegiatan
Melaporkan suatu kegiatan pada
dasarnya memberik dan peran informasi mengenai hal-hal yang dilapori. Oleh
karena itu, laporan kegiatan mempunyai fungsi informatif dan
pertanggungjawaban. Laporan kegiatan selain berfungsi sebagai bahan informasi
pihak lain,juga merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan yang
telah dilaksanakan.
Diskusi
kelompok yang telah kamu laksanakan dapat dijadikan pedoman atau bahan
informasi pihak lain. Agar bahan tersebut terdokumentasi dan tidak terlupakan,
hasil sebuah diskusi sebaiknya dilaporkan dalam bentuk tertulis. Tentu saja
bentuk laporan tertulius berbeda dengan laporan secara lisan.
Agar
tampil baik, laporan tersebut harus disusun dengan memperhatikan sistematika
penulisan laporan kegiatan pada umumnya, antara lain seperti sistematika
berikut.
a. Judul
laporan
b. Kata
Pengantar
c. Daftar
isi
d. Isi
laporan
e. Penutup
Menulis Laporan Hasil Rapat
Seperti halnya diskusi, dalam rapat juga terdapat ketua,
sekretaris/notulis, peserta, dan pembawa acara. Masalah dalam diskusi merupakan
masalah yang menyangkut kepentingan sehari-hari yang berdasarkan literature.
Dalam rapat, kita hendaknya kita dapat menentukan kebijaksanaan untuk melakukan
tindakan.
Tugas notulis dalam rapat ialah mencatatpertanyaan dan saran dari
peserta. Selain itu, ia bertugas mencatat jalanya rapar dari pembukaan sampai
penutupdan tidak kalah pentingnya adalah mencatat keputusan rapat.
Contoh
format notula:
RAPAT
Hari :................................................................................
Tanggal :................................................................................
Tempat :................................................................................
Jumlah Peserta:................................................................................
Acara
1. Pembukaan
2. Sambutan
3. Inti/Penjelasan
4. Tanggapan
5. Keputusan
6. Lain-lain
7. Penutup
Jalanya
rapat
I.
Pembukaan..........................................................................
II.
Sambutan.............................................................................
III.
Inti/Penjelasan
1...........................................................................................
2...........................................................................................
3...........................................................................................
IV. Tanggapan
1.........................................................................................
2.........................................................................................
3.........................................................................................
IV. Keputusan
1.......................................................................................
2.......................................................................................
3........................................................................................
VI. Lain-lain
VII. Penutup
Menyusun Laporan Hasil
Seminar
Dalam melaporkan hasil seminar, kamu juga diminya untuk
mendokumentasikan jalanya seminar secara lengkap. Bedanya, Laporan hasil
seminar berisi pandangan yang berkaitan dengan masalah yang dibicarakan.
Rangkuman pendapat atau kesimpulan yang dicapai.
Secara umum kerangka laporan seminar dapat disusun sebagai
berikut:
LAPORAN
SEMINAR
TANGGUNG
JAWAB KITA SEBAGAI PELAJAR TERHADAP LINGKUNGAN
1. Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
......................................................
Tempat :.......................................................
Waktu : ......................................................
Jumlah Peserta :
......................................................
2. Pembicara/Pemakalah :
......................................................
3. Judul
Makalah :
......................................................
4. Moderator :
......................................................
5. Notulis :
......................................................
6. Jalanya
Seminar
a. Pembukaan
b. Pembacaan
makalah
c. Tanya
jawab
a) .................................................................................
b) .................................................................................
d. Tangapan
balik atau jawaban
a) .................................................................................
b) .................................................................................
7. Penutup
Kesimpulan seminar
a.................................................................................................
b.................................................................................................
c.................................................................................................
8. Lampiran
a. Makalah
b. Daftar
Menyusun
Laporan Hasil Seminar dengan Melampirkan Ringkasan Makalah, Notula, Acara, dan
Daftar Hadir Peserta
Agar
laporan seminar dapat tersusun dengan baik, bahan yang diperlukan adalah
catatan penulis atau penambat seminar yang digabungan dengan catatan maderator.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan seminar diperlukan moderator dan penambat /
no tulis. Penambat tentu saja bertugas merekam proses berlangsungnya seminar
dan kesimpulan yang di dapat selama seminar.
Susunan laporan seminar pada
dasarnya sama dengan susunan laporan rapat. Untuk lebih jelasnya di bawah ini
bisa di sajikan contoh kerangka laporan seminar
Laporan Seminar Sehari Penggajaran bahasa dan Sastra
Indonesia
I.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
2.
Tujuan Seminar
3.
Topik yang Dibahas
4.
Pelaksana
5.
Tempat dan Waktu
6.
Sasaran
II.
Materi Seminar
1. Topik
Pertama
a. Pembicara.............................................................
b. Topik....................................................................
c. Jalannya
Seminar
1) Penyampaian
Makalah
2) Tanggapan/Pertanyaan
a) Nama......................................................
Pertanyaan..............................................
Tanggapan..............................................
b) Nama......................................................
Pertanyaan..............................................
Tanggapan..............................................
2. Topik
Kedua
a. Pembicaraan.......................................................
b. Topik..................................................................
c. Jalannya
Seminar
1) Penyampaian
Makalah
2) Tanggapan/Pertanyaan
a) Nama.......................................................
Pertanyaan...............................................
Tanggapan...............................................
b) Nama.......................................................
Pertanyaan...............................................
Tanggapan...............................................
III.
Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran-saran
Lampiran-lampiran
a. Daftar
Hadir Peserta
b. Makalah
Seminar
Membuat
Laporan
Laporan adalah
semacam dokumen yang menyampaikan informasi hasil pengamatan, penelitian,
pelaksanaan suatu kegiatan, ataupun fakta-fakta lainnya.
Untuk dapat
membuat laporan dengan baik, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
A. Dasar
Laporan
Sebuah laporan
bertolak dari beberapa dasar: pembuatan laporan, penerimaan laporan dan tujuan
laporan. Pembuat laporan dapat dilakukan oleh perseorangan atau badan. Begitu
pula penerimaan laporan, dapat perseorangan atau badan. Tujuan laporan biasanya
untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan, mengetahui keputusan dan kemajuan
masalah, mengadakan pengawasan dan perbaikan, untuk menemukan teknik-teknik
baru, dan sebagainya.
B. Syarat
Laporan
Agar dapat
meyakinkan orang atau badan yang menerima laporan, pembuat laporan harus mampu
menyusun laporan dengan baik. Oleh sebab itu, pembuat laporan harus bena-benar
memperhatikan syarat sebuah laporan yang baik. Laporan yang baik harus memenuhi
beberapa syarat, diantaranya laporan harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan
baik, isinya harus diurutkan sehingga masuk akal dan fakta-fakta yang disajikan
harus menimbulkan kepercayaan penerima laporan.
C. Macam-macam
Laporan
Laporan dapat
dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bentuk laporan ini dapat berupa formulir
isian, surat, memorandun dan laporan berbentuk deskripsi.
Setiap bentuk laporan tersebut digunakan sesuai dengan pokok permasalahannya.
D. Stuktur
Laporan
Untuk
memperoleh sebuah laporan yang baik, stuktur laporan harus mendapat perhatian
yang lebih sebab dari stukturlah penerima laporan dapat menilai apakah laporan
dibuat dengan sistematika yang baik atau tidak. Stuktur laporan yang berbentuk
deskripsi tidak berbeda dengan sebuah karangan. Oleh sebab itu, stuktur Pendahuluan dalam sebuah laporan terdiri atas
latar belakang, masalah dan tujuan. Isi terdiri atas uraian yang berkenaan
dengan pokok masalah. Penutup berisi simpulan saran.
Sistematika laporan populer biasanya disesuaikan dengan
wartawan/medianya dan pembacanya.
Akhirnya, untuk dapat membuat laporan yang baik perlu
diperhatikan pertanyaan pemandu berikut ini.
1. Laporan
jenis apa yang akan dibuat?
2. Untuk
siapa laporan itu dibuat?
3. Untuk
apa laporan dibuat?
4. Dalam
bentuk apa laporan dibuat?
5. Apakah
bahasanya jelas dan menarik?
6. Apakah
data-data yang disajikan terpercaya?
7. Apakah
laporan ini tersusun secara sistematika?
8. Lengkapkah
isi pendahuluannya?
9. Jelaskan
pemecah permasalahnya?
10. Adakah
simpulan dan sarannya
A. RESENSI
Menyusun Resensi
Resensi
adalah penilaian mengenai kualitas buku, baik isi maupun perwajahannya dengan
disertai alasan dan bukti. Resensi biasanya muncul dalam berbagai surat
kabar/majalah dengan nama yang berbeda, misalnya bedah buku dan pertimbangan
buku. Meskipun namanya berbeda, isinya sama saja. Isi yang disajikan berupa
pertimbangan baik buruk isi buku yang di resensi. Penyajiannya, selain memuat
isi resensi, juga meliputi judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun
terbit, jumlah halaman, jenis huruf, halaman sampul, dan harga buku.
Buku
yang di resensi biasanya buku terbitan baru sehingga dengan munculnya resensi
di media cetak para pembaca dapat mengetahui dan memutuskan perlu tidaknya
membaca buku tersebut. Dengan demikian, resensi dapat berfungsi sebagai pemberi
informasi, alat reklame dan tulisan ilmiah.
Fungsi
pemberi informasi dimaksudkan member informasi tentang adanya buku baru. Fungsi
alat reklame dimaksudkan sebagai promosi adanya buku baru yang telah terbit.
Fungsi karya ilmiah dimaksudkan resensi sebagai salah satu jenis karya ilmiah
karena didalamnya disajikan pembahasan tentang isi buku dengan disertai alasan
dan bukti.
mereka.
Mengungkapkan Prinsip-Prinsip Penulisan Resensi
Sistematika resensi biasanya mengikuti pola berikut ini.
1. Judul
Resensi
2. Perwajahan
Meliputi:
a. Judul
buku
b. Nama
pengarang/penulis
c. Nama
penerbit dan tahun terbit
d. Jumlah
halaman
e. Jenis
huruf
f. Halaman
sampul
g. Harga
buku.
3. Pembuka
Meliputi:
a. Uraian
yang menjelaskan isi buku secara umum.
b. Kaitan
dengan hal di luar isi buku.
4. Pembahasan
Meliputi:
a. Analisis
terhadap isi buku dengan disertai alasan dan bukti yang ada dalam isi buku.
b. Analisis
berupa kekuatan atau kelemahan isi buku yang di resensi.
5. Penutup
meliputi penilaian penulis resensi mengenai perlu tidaknya pembaca resensi
membaca atau memiliki buku tersebut.
Mengungkapkan
tujuan dan fungsi penulisan resensi
Resensi berasal dari bahasa
belanda resentie: atau bahasa latin recensie yang berarti memeriksa kembali.
Resensi berisi ulasan, tanggapan,penilaian,
dan apresiasi seseorang terhadap suatu karya cipta. Dilihat dari isinya, tampak
sekali bahwa resensi merupakan opini individual yang bersifat subjektif.
ada awalnya,
resensi dibuat hanya untuk karya cetakan. Khususnya yang berupa buku. Berbagai
istilah digunakan untuk menyebut resensi buku tersebut, seperti timbangan buku
dan tinjauan buku.Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan
masyarakat, objek resensi berkembang tidak hanya pada buku saja, tetapi juga
pada album buku.
Pada dasarnya
resensi dibuat dengan tujuan melindungi masyarakat atau konsumen dari
propaganda atau promosi yang kadang berlebihan, mengingat tujuan tersebut,
presensi hendaknya bisa berdiri di tengah-tengah untuk untuk menjadi mediator
yang jujur dan adil antara pihak produsen dan konsumen. Dia harus bersikap
bebas dari tekanan dan kepentingan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan,
namun akibatnya banyak resensi di
jadikan sebagai bahan promosi. Resensi itu dibuat oleh penerbit atas sponsor
penerbitsehingga isinya diarahkan untuk kepentingan
Berikut adalah beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dalam menulis resensi.
1. Memilih
objek resensi
Pada dasarnya, semua produk karya
cipta yang sudah beredar di masyarakat dapat diresensi, baik yang sudah lama
beredar maupun yang masih baru, namun resensi akan mendapat perhatian jika
karya tersebut masih baru.
2. Mengenal
dan menguasai objek resensi
Peresensi harus mengenal,
memahami, dan menguasai karya yang dipresensi serta persoalan/tema yang
diangkatnya. Oleh karena itu, presensi harus membaca, menonton, mendengarkan
sendiri buku, film, atau music yang diresensinya.
3. Mengulas
dan menimbangobjek resensi
Presensi harus mampu melihat
semua persoalan dalam objek yang diresensi secara komporehensif atau
menyeluruh. Dia harus mampu mendeskripsikan bagian yang menarik untuk dilihat.
Dengan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki presensi mampu meneropong tema
yang diangkat dari berbagai dimensi dan mengulasnya secara cerdas.
4.
Menulishasil resensi
Resensi bukan
karya tulis ilmiah, tetapi juga bukan puisi yang dapat ditulis dengan
mengabaikan tatanan bernahasa. Resensi merupakan karya tulis populer untuk di
publikasikan di media massa. Oleh karena itu, resensi tidak harus di tulis
dengan bahasa yang formal dan baku, tetapi lebih penting dengan bahasa yang
komonikatif dan menarik. Ragam bahasa yang digunakan diselaraskan dengan calon
pembacanya. Penulisan ejaan tetap harus di perhatikan. Untuk itu, resensi harus
diedit terlebih dahulu sebelum di publikasikan kepada masyarakat.
Mengidentifikasi
bagian-bagian pokok dan sistematika
resensi
Meskipun tidak selalu persis
sama, dalam setiap resensi buku terdapat bagia-bagian pokok yang hampir selalu
ada. Secara umum, bagian itu dibagi 2, yaitu sebagai berikut:
1.
Bagian kepala, meliputi hal-hal berikut
·
Judul resensi( tidak selalu sama dengan
judul buku)u dat
·
Identitas kepengarangan atau data
publikasi buku yang terdiri dari atas ; judul buku,pengarang, penerbit, tahun
terbit, jumlah halaman, terkadang di tambah juga informasi ukuran buku, harga
n=buku dan nomor ISBN.
·
Gambar dari sampil muka atau sampuyl
buku.
2.
Bagian tubuh dibagi menjadi 3 bagian.
§ Pendahuluan:
tinjauan umum permasalahan actual yang berhubungan dengan topic buku.
§ Inti:
garis besar atau pokok-pokok isi buku, kelebiuhan dan kekurangan buku, manfaat
atau keuntungan yang bisa diperoleh.
§ Penutup;
kesimpulan dan saran atu timbangan kepada calon pembaca.
Langkah-langkah
menulis resensi
Ø Memilih
judul buku yang layak dan laku untuk diresensi
Ø Membaca
secara intensif untuk menikmati, mendakami dan memahami isi buku.
Ø Meringkas
untuk menemukan garis besar isi dan pokok-pokok penting atau menarik.
Ø Membaca
ulang sambil meneliti isi buku untuk dapat mengidentifikasa sisi-sisi
kelebihan, kekeurangan dan manfaat.
Ø Menimbanmg
bobot kelebihan dan kekuranganya, manfaat dan kelemahan isi buku.
Ø Menarik
kesimpulan untuk memberi saran untuk dipertimbangkan.
RINGKASAN
Menulis rangkuman/ ringkasan isi buku
Menulis rangkuman atau ringkasan
merupakan salah satu bentuk reproduksi, reproduksi adalah penulisan kembali
berdasarkan karangan yang sudah di susun sebelumnya
Langkah- langkah menulis
rangkuman sebagai berikut:
Ø Yang akan di rangkum dengan seksama
Ø Menandai kata-kata penting yang terdapat pada
buku
Ø Mencatat butir- butir pokok isi buku
Ø Merangkaikan butir-butir pokok isi tersebut
dalam kalimat yang kita susun
Ø Penyusunan kalimat hendaknya menggunakan
kata-kata yang mudah di pahami
Ø Penyusunan rangkuman dalam bentuk paragraph
Ø Agar kepaduan kalimat dalam paragraph
rangkuman yang kita susun terjaga kita dapat mengunakan kata-kata penghubung
Ø hasil
Daftar
Pustaka
Suryanto, Alex, 1968. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Esis. Haryanto, Agun. 1968. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Esis Balai Akbar. 1994, Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakrta: Yudistira.Sastromiharjo,Andoyo, M. Pd. 2002. Laras Berbahasa
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
- Latar belakang
- Pokok Masalah
1.1 Defenisi
Karya Ilmiah
1.2 Jenis Karya Ilmiah
1.3 Karakteristik
karya Ilmiah
1.4 Syarat
Menulis Karya Ilmiah
1.5 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah
1.6 Tahap
Penulisan Karya Ilmiah Sederhana
1.7 Tips
Menulis Karya Ilmiah
- Contoh
1.1 Contoh
penulisan karya ilmiah sederhana
1.2 Contoh
penulisan karya ilmiah sempurna
D. Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Karya
tulis akademik dan ilmiah menuntut kecermatan bahasa karena karya tersebut
harus disebarluaskan kepada pihak yang tidak secara langsung berhadapan dengan
penulis baik pada saat tulisan diterbitkan atau beberapa tahun sesudah itu.
Kecermatan bahasa menjamin bahwa makna yang ingin disampaikan penulis akan sama
persis seperti makna yang ditangkap pembaca tanpa terikat oleh waktu. Kesamaan
interprestasi terhadap makna akan tercapai kalau penulis dan pembaca mempunyai
pemahaman yang sama terhdap kaidah kebahasaan yang digunakan. Lebih dari itu,
komunikasi ilmiah juga akan menjadi lebih efektif kalau kedua pihak mempunyai
kekayaan yang sama dalam hal kosa kata teknis leksikon. Ciri bahasa keilmuan
adalah kemampuan bahasa tersebut untuk mengungkapkan gagasan dan pikiran yang
kompleks dan abstrak secara cermat. Kecermatan gagasan dan buah fikiran hanya
dapat dilakukan kalau struktur bahasa ( termasuk kaidah pembentukan istilah )
sudah canggih dan mantap.
Kemampuan
bahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan
kegiatan ilmiah, sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok.
Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang
ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa
selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga
argumentasi, dimana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.
Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan perasaan,sikap,dan pikiran. Aspek
pikiran dan penalaran merupakan aspek yang membedakan bahasa manusia deng
makhluk lainya. Selanjutnya disimpilkan bahwa aspek penalaran bahasa Indonesia
belum berkembang sepesat aspek cultural. Demikian juga, kemampuan berbahaasa
untuk komunikasi ilmiah dirasakan sangat
kurang apalagi dalam komunikasi tulisan. Hal ini disebabkan oleh proses
pendidikan yang kurang memperlihatkan
aspek penalaran dalam pengajaran bahasa. Dua masalah kebahasaan yaitu masalah
strategis kebahasaan nasional dan peran
perguruan tinggi sebagai agen pengembangan dan perubahan bahasa untuk tujuan
keilmuan. Masalah pertama berkaitan dengan kebijakan penegasan kedudukan bahsa
keilmuan dan masalah kedua menyangkut
peran perguruan tinggi dalam mengembangkan bahasa keilmuan. Bahasa keilmuan
merupakan salah satu ragam bahasa yang harus dikuasai oleh mereka yang berkecimpung dalam dunia keilmuan dan
akademik. Ragam bahasa keilmuan pada dasarnya merupakan ragam bahasa yang
memenuhi kaidah kebahasaaan. Tulisan ini menunjukan sebagian kaidah bahasa Indonesia
yang seharusnya digunakan dalam dunia akademik demi penyebaran dan pemahaman
ilmu. Dalam makalah ini akan dijelaskan cara menulis karya ilmiah dan
cirri-cirinya.
B. Pokok Masalah
1.1 Defenisi Karya Ilmiah
Karangan ilmiah menurut Broto Wijoyo dalam Arifin (1985:8-9) adalah
karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar.
Pengertian karya ilmiah menurut kamus pelajar SLTP
Karya adalah hasil perbuatan, ilmiah adalah secara ilmu pengetahuan
sesuai dengan syarat atau hokum ilmu pengetahuan, jadi karya ilmiah adlah hasil
perbuatan yang dilakukan secara ilmu pengetahuan sesuai dengan syarat atau
hokum ilmu pengetahuan.
Pengertian karya
tulis adalah karangan ilmiah yang biasanya disusun oleh siswa dan mahasiswa.
Karya tulis tersebut dapat disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat
menyelesaikan jenjang sekolah atau mata kuliah, atau untuk membahas suatu
masalah walaupun tidak secara mendalam dan biasanya berupa kajian pustaka.
1.2 Jenis Karya Ilmiah
Jenis-jenis
karya ilmiah dapat dibedakan sebagai berikut :
- Makalah
Makalah
adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan pembahasannya
berdasarkan data dilapangan atau kepustakaan yang bersifat enpiris dan
objektif.
- Kertas kerja
Kertas
kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam dari pada makalah
dengan menyajikan data dilapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan
objektif. Makalah sering ditulis untuk disajikan dalam kegiatan penelitian dan
tidak untuk didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam
seminar atau lokalkarya.
- Laporan praktik kerja
Laporan
praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan
dilapangan atau instansi perusahaan tempat kita berkerja. Jenis karya ilmiah
ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang Diploma III ( D III ).
- Skripsi
Skripsi
adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan
pendapat orang lain ( karya ilmiah SI ). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih
gelar sarjana.
Skripsi
·
Langsung (observasi lapangan)
·
Tidak langsung (studi kepustakaan)
- Tesis
Tesis
adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan
pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam dari
skripsi (karya ilmiah SII). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar
Magister.
- Disertasi
Disertasi
adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil mbaru yang dapat
dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah SIII).
Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar Doktor.
Perbedaan antara
makalah,kertas kerja dengan skripsi,tesis dan disertasi dapat dilihat dari
hal-hal berikut :
- Kegunaannya
- Tebal halaman
- Waktu pengerjaan
- Gelar akademik
1.3 Karakteristik Karya Ilmiah
- Mengacu kepada tiori
Artinya
karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai landasan berfikir/
kerangka pemikiran/acuan dalam pembahasan masalah.
Fungsi teori :
- Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan.
- Dijadikan data sekunder/data penunjang ( data utama;fakta )
- Digunakan untuk menjelaskan,menerangkan,mengespos dan mendeskripsikan suatu gejala.
- Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.
- Berdasarkan fakta
Artinya setiap
informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya,sebenarnya dan kongkret.
- Logis
Artinya
setiap keterangan dalam kerangka ilmiah selalu dapy ditelusuri,diselidiki dan
diusut alasan-alasannya,rasional dan dapat diterima akal.
- Objektif
Artinya dalam
kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan tidak pernah
subjektif,senantiasa factual dan apa adanya,serta tidak di interfensi oleh
kepentingan baik pribadi maupun golongan.
- Sistematis
Baik
penulisan/penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah disajikan secara
rutin,teratur,kronologis,sesuai dengan prosedur dan system yang berlaku,terurut
dan tertib.
- Valid
Artinya baik
bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah syah dan benar menurut aturan ilmiah
yang berlaku.
- Jelas
Artinya setiap
informasi dalam karanga ilmiah diungkapkan sejernih-jernihnya, gamblang,dan
sejelas-jelasnya sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan keragu-raguan dalam
benak pembaca.
- Seksama
Baik penyajian
maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan secara cermat,teliti dan
penuh kehati-hatian agar tidak mengandung kesalahan betapapun kecilny.
- Tuntas
Pembahasan dalam
karangan ilmiah harus sampai keakar-akarnya. Jadi supaya karangan tuntas, pokok
masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu luas.
- Bahasanya baku
Bahasa dalam
kerangka ilmiah harus baku
artinya harus sesuai dengan bahasa yang dijadikan tolak ukur/standar bagi betul
tidaknya penggunaan bahasa.
- Penulisan sesuai dengan aturan standar ( nasional atau internasional )
Akan
tetapi,tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku dilembaga tempat
penulis bernaung tetap harus diperhatikan.
1.4 Syarat Menulis Karya Ilmiah
1. Mengandung suatu masalah objektif,sesuai kenyataan beserta pemecahnya.
2.Masalah yang dikemukakan objektif,sesuai
dengan kenyataan bukan hasil imajinasi.
3.Karangan disusun menurut
metode tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
4.Karangan harus lengkap,semua yang
berhubungan dengan masalah harus dikemukakan dan dilengkapi dengan kajian teori
dari beberapa buku atau sumber lain.
5. Karangan dikemukakan dengan nalar yang sehat.
6.Karangan disusun menurut system tertentu,mudah
dimengerti dan berkesinambungan.
7.Bahasa yang digunakan tidak menimbulkan penafsiran
ganda,harus jelas dan mudah dipahami.
1.5
Tata Cara
Penulisan karya Ilmiah
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah,yaitu :
1.
Istilah asing
dicetak miring dan ditulis dengan benar
Missal: base
station


2.
Penggunaan kata
‘ dimana ‘
missal : ..teknik dimana digunakan..(salah)
..teknik
yang digunakan..(benar)
Pada
persamaan:
X=y
+ z

3.
Sebaiknya tidak menggunakan kata ‘kita’,’saya’ (kata
ganti orang) dalam karya ilmiah. Missal : .. dapat kita asumsikan …(salah)
..dapat diasumsikan …(benar).
4.
Menggunakan
kalmiat pasif. (seperti contoh no.3 diatas)
5.
Persamaan diberi
nomor sesuai bab dan urutan serta tidak dicetak tebal. Missal : c=a*b(2.3)
6.
Gambar,table,persamaan dan peryataan/kutipan diberi sumber acuannya.
7.
Kekonsistenan
dalam penulisan. Misal:… perkembangan selular …(kalimat ke2)… seluler… (kalimat ke 10)
8.

Tulislah kata dengan lengkap. Missal: &
dan yg yang.


9. Singkatan diikuti kepanjanganya dan untuk
kalimat berikutnya cukup singkatannya saja.
Missal:
MU (mobile
unit) …(kalimat ke 3)
… perawatan perangkat MU tidaklah terlalu
sulit.(kalimat ke 10)
10. Gunakan
EYD
Missal:



Penggunaan
huruf besar diawal kalimat.
Penenpatan titik (.) dan koma(,) yang
sesuai.
11. Ikuti
tatacara/format penulisan karya ilmiah yang berlaku (yang dikeluarkan oleh
institusi)
Missal:
> ukuran marjin
> ukuran kertas
> jenis huruf
Seperti:
A.
Dalam pengantar harus menuliskan:
a. Sifat,skop(ruang lingkup)dan tujuan penelitian
b. Tinjauan pustaka yang relevan dengan permasalahan
c. Cara penelitian
d. Hasil utama penelitian (ditambah setelahpenelitian selesai) dan
manfaat penelitian
Bahan
dan cara,harus menyatakan:
a. Sampel,jumlah sample, dan karestiristiknya
(misalnya: umur, jenis kelamin, dll)
b. Keterbatasan pengambilan sampel
(kalau ada)
c. Uraian prosedur detail penelitian (ini
bermanfaat supaya penelitian biasa diulang
oleh peneliti lain).
B. Dalam hasil , setidaknya harus
menuliskan:
a.
Karakteristik sampel
b.
Pemaparan hasil (harus menggunakan variable-variabel yang digunakan
sebagai alat untuk menjawab permasalahan
penelitian).
C. Pembahasan harus meliputi:
a. Tinjauan penemuan-penemuan penting penelitian
b. Pertimbangan penemuan-penemuan dalam
kaitanya dengan penelitian terdahulu yang relevan
c. Implikasi penemuan terhadap teori
d. Pemeriksaan yang hati-hati terhadap hasil yang tidak
mendukung atau hanya sebagian yang
mendukung hipotesis.
e. Keterbatasan-keterbatasan studi yang mungkin
berakibat pada kesimpulan dan
generalisasi studi
f. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya
g. Implikasi studi untuk praktisi atau studi
terapan
D. Kesimpulan bias memberi gambaran:
a. Menyatakan kembali tesis secara singkat
b. Meringkas interprestasi hasil dan
membahasanya dalam konteks teoristis yang lebih luas
c. Pendek dan langsung ke sasaran
d. Menjelaskan manfaat khusus dan umum hasil
studi
e. Menuju kata-kata penutup
D. Dalam abstrasi (ikhtisar atau
ringkasan) yang harus ditulis adalah:
a.
Problem penelitian
b.
Subjek penelitian
c. Metode dan prosedur penelitian (kalau
menulis dalam baha inggris, dibuat dalam past tense)
d.
Hasil penelitian
e.
Kesimpulan dan hasil implikasi studi
E. Judul tulisan:
a.
Memuat kata-kata kunci penting yang mewakili isi tulisan
b.
Lepas dari kata-kata berulang yang tidak menyumbangkan makna isi penelitian
c.Mengandung sebanyak-banyaknya 12-15 kata
kunci yang merupakan rangkuman ide utama
F. Dalam ucapan terima kasih, biasa dituliskan:
a.Pihak-pihak yang membantu penelitian
dalam hal: Penyediaan daftar pustaka,organisasi ide dan penulisan,penyediaan
bahan dan alat, dan proses penelitian itu sendiri (bias individu,institusi,atau
organisasi). Juga sebagai yang pertama dan utama, adalah kepada Allah SWT. Yang
telah memberikan kemudahan kita dalam membuat penelitian tersebut.
b.Sumber dana penelitian: nama/jenis dana,
nomor (bila ada), dan tahun penerimaan dana.
G. Aturan penulisan efektif dalam
paragraph:
a.
Tunjukan tindakan penting dengan kata kerja,bukan kata benda.
b.
Letakan pelaku sebagai subjek dari kata
kerjanya
c. Letakkan informasi yang lebih singkat
sebelum informasi yang panjang dan
kompleks
d.
Letakkan informasi yang sudah akrab dan berulang pada awal kalimat
e.
Letakkan pula informasi baru dan tidak terduga pada akhir kalimat
f. Desain tali topic kalimat supaya
membentuk pandangan yang koheren (saling berhubungan) dan konsisten.
H. Penulisan efektif dalam paragraph:
a. Buatlah semacam desain isu (pokok persoalan)
yang jelas pada bagian akhir dimana kamu memperkenalkan tali-temali tema
(thematic strings)
b. Rumuskan maksud-maksud kalimat (point sentence)
yang tepat untuk setiap unit tulisan (discourse)
c. Biasakan untuk memperlihatkan maksud paragraph
(paragraph point) dibagian akhir pokok bahasan (pada awal paragraf), dan jangan
terlalu seringmemaparkanya dibagian akhir diskusi (diakhir paragraf).
I. Untuk daftar pustaka biasa dituliskan
(catatan: penulisan ditulis berurutan):
a.Sistem Harvard: nama pengarang,tahun
didalam tanda kurung,judul karangan,nama jurnal dan volume/nomor,serta nomor
halaman, (nama penerbit dan kota dimana diterbitkan bila sumbernya buku).
b.Sistem Vancouver: nama pengarang,judul
karangan,nama jurnal,tahun tanpa tanda kurung, volume/nomor,dan nomor halaman
jurnal,( nama penerbit dan kota dimana diterbitkan bila sumbernya buku).
c.Sistem alfabetik: nama
pengarang,judul karangan,nama jurnal,volume/nomor,dan nomor halaman
jurnal,tahun dan tanpa tanda kurung(juga penerbit dan kota dimana diterbitkan
bila sumbernya buku).
J. Tabel yang dibuat harus memiliki:
a. Judul table
b.
Nomor table
c.
Diletakkan segera setelah disebut dalam teks
d.
Harus disebut didalam teks
e.
Format table yang satu dengan yang lain harus konsisten
f.
Satuan harus disebutkan
g.
Singkatan harus diterangkan kepanjangannya dalam catatan dibaeah table
h.
Judul lajur dan baris harus mewakili variable yang diukur pada lajur dan baris
i. Bilangan deesimal dari atas kebawah
harus konsisten (jika dua angka dibelakang koma semuanya sama)
K. Untuk gambar/grafik perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
a.
Nomor dan judul gambar harus ada
b.
Sumbu vertical dan horizontal pada grafik harus diberi nama
c.
Satuan dan ukuran pada masing-masing sumbu harus dicantumkan
d. keterangan gambar dibuat seringkas
mungkin,sedangkan penjelasan lengkap dijelaskan didalam teks
e.
Diletakkan segera setelah disebut dalam teks
f.
Harus disebut dalam teks
12. Cek penulisan sebelum diserahkan
Cara
penulisan karya ilmiah
Bab
1 Pendahuluan
1.
Latar belakang: diskripsi masalah,data awal yang
mendukung adanya masalah dan akar timbulnya masalah. Mengapa dan apa yang
mendorong peneliti memilih topic penelitian ini.
2.
Rumuskan masalah secara jelas ,singkat termasuk
konsep-konsep yang digunakan ,masalah dibatasi,bagian mana yang digarap,mengapa
bagian itu yang diambil,dan gambarkan pentingnya masalah: sumbangannya terhadap
perkembangan ilmu,kegunaan praktis (bila ada),hubungan dengan penelitian lain
kegunaan yang lebih umum.
3.
Tujuan penelitian
4.
Manfaat penelitian
Bab 11 Landasan teori
Paparan tentang kerangka acuan atau objek yang sudah digunakan dalam
memecahkan masalah. Gambarkan konsep-konsep yang digunakan,gambarkan
teori-teori yang pernah ada yang berkaitan dengan masalah yang digarap,mengemukakan
asumsi-asumsi dasar sebagai landasan berfikir,dan kemukakan hipotesis bila ada.
Umumnya dikemukakan dalam bagian kerangka teoritis atau landasan teori.
Bab 111 Metode Penelitian
Paparan mengenai apa yang dilakukan dalam suatu
penelitian(langkah-langkah) yang dilakukan sebelum melakukan suatu penelitian
dan dikemas dalam bagian metode penelitian.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan
Jawaban terhadap pertanyaan apa yang dikemukakan umumnya dikemukakan
dalam bagian temuan atau hasil. Hasil-hasil penelitian harus mampu berfungsi
sebagai alat pembuktian.
Bab V Kesimpulan dan saran
Kesimpulan,sebagai pernyataan singkat yang mengungkaphasil penyelidikan
secara menyeluruh. Saran ,sebagai pernyataan yang betujuan untuk penyempurnaan
hasil akhir penyelidikan. Kesimpulan memuat hasil sesuai dengan tujuan
penelitian,penulis harus dapat menjelaskan kepentingan akan temuannya ,bukan
merupakan pengulangan yang telah dibahas dibagian pembahasan,harus menceritakan
pada pembaca mengapa temuan ini penting,dan bagaimana temuan ini
berkontribusikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
penelitian apa yang harus dilakukan kemudian.
Bab VI Abstrak
Abstrak adalah suatu bagian uraian yang singkat,jarang lebih panjang
dari enam atau delapan baris,bertujuan untuk menerangkan kepada pemaca-pembaca
aspek-aspek mana yang tercakup dalam sebuah uraian tanpa berusaha mengatakan
apa yang dibicarakan mengenai aspek-aspek itu.
Bab VI Referensi : kutipan ,catatan kaki, dan daftar pustaka
Kutipan. Pembuatan skripsi dan karya ilmiah mengharuskan para penulis
mencari sumber informasi ilmiah yang diperlukan untuk penulisan tersebut.
Pengetahuan ilmiah yang dikutip dari seseorang dipergunakan untuk berbagai
tujuan sesuai dengan argumentasi yang diajukan, misalnya untuk mendukung
pernyataan penulis atau mendefenisikan sesuatu. Ketipan-kutipan tersebut dapat
berbentuk “ kutipan langsung” atau “
kutipan tidak langsung”. Kutipan langsung yang pendek dimasukkan dalam teks
atau tubuh skripsi dengan menggunakan tanda kutip.
Catatan kaki atau notasi ilmiah cukup penting diperhatikan dalam menulis
karya ilmiah.Notasi ilmiah adalah catatan pendek untuk mengetahiu sumber
informasi ilmiah yang dikutip dalam suatu karya ilmiah. Karena catatan tersebut
diletakkan dibagian bawah halaman maka sering disebut catatan kaki atau
footnote. Catatan kaki tidak hanya digunakan untuk mengetahui dan mendalami
sumber informasi tetapi juga untuk memberikan catatan tambahan tentang suatu
informasi dalam penulisan ilmiah tanpa mengganggu keseluruhan penulisan
tersebut.
Catatan kaki mencakup:
1.
Nama penulis
2.
Judul tulisan
3.
Tempat penerbitan
4.
Nama penerbit
5.
Tahun penerbitan
6.
halaman yang dikutip
Daftar pustaka dapat berupa buku, jurnal, majalah, media masa, kertas
kerja, ensiklopedi, internet dan bahan penerbit lain.
Fungsi daftar pustaka:
a.
Sebagai alat untuk melihat kembali sumber asli oleh
ilmuan lain, sehingga ilmuan lain dapat melihat benar atau tidaknya pengutipan
pernyataan didalam bahan pustaka yang dapat digunakan sebagai alat untuk
melihat perkembangan ilmu.
b.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang sumber acuan yang
terdapat dalam sebuah catatan kaki.
c.
Untuk melihat
cakupan keilmuan seluruh isi tulisan ilmiah sebagai indicator mutu isi
nya,dengan catatan bahwa semakin terspesialisasi bahan pustaka yang digunakan
maka semakin tinggi nilai tulisan ilmiah.
d.
Untuk mengetahui dampak ilmiah dari tulisan ilmiah.
Tata aturan penulisan daftar pustaka:
a.
Penulisan daftar pustaka disusun secara alfabetis, dari
A-Z, dengan patokan pada huruf pertama dari nama keluarga atau marga penulis.
b.
Penulisan nama orang Indonesia yang lebih dari satu
kata, adalah kata kedua dianggap sebagai nama keluarga dengan disertai tanda
baca koma (,) didikuti singkatan kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik
(.).(Catatan: apabila suatu bahan pustaka tidak terinformasi penulisnya,maka
nama penulis tidak boleh ditulis dengan anonim).
c.
Setelah nama pegarang, berikutnya ditulis tahun
penerbitan bahan pustaka dan diakhiri dengan tanda titik.
d.
Setelah tahun terbit bahan pustaka,berikutnya ditulis
judul bahan pustaka yang diketik miring diakhiri dengan tanda titik (.)
e.
Setelah nama bahan pustaka, selanjutrnya ditulis:
1. Nama
penerbit untuk bahan pustaka berupa buku
2.Nama jurnal besrta volume, nomor,
tahun terbit dan halaman bahan pustaka yang dibaca untuk artikel illmiah yang
diterbitkan dalam bentuk jurnal.
f.
Bagian terakhir
adalah nama kota
dari alamat penerbit untuk bahan pustaka berupa buku.
g.
Apabila nama penulis dari bahan pustaka yang dirujuk
lebih dari satu, maka penulis ke-2 dan ke-3 urutan kata namanya tetap seperti
nama aslinya hanya kata pertama dan atau kedua disingkat.
1.6
Tahap Penulisan Karya Ilmiah Sederhana
1.
Pemilihan naskah /pembatasan topik
2.
Pengumpulan bahan
3.
Penyusun kerangka tulisan
4.
Pengembangan kerangka
5.
Memperbaiki isi
6.Memperbaiki
bahasa
1.7
Tips Menulis katrya Ilmiah
Ada
beberapa cara yaitu:
1. Menyusun strategi sebelum menulis
Empat point yang harus
diperhatikan seblum menulis karya ilmiah,yaitu:
Ø
Kepada siapa anda menyajikan tulisan?
Seberapa dalam informasiyang akan
anda sajikan tergantung siapa pembacanya. Karya ilmiah popular dikoran
umum,tentunya lebih dangkal isinya dari pada dimajalah Scientific. Sifat
tulisan untuk pembaca umum, lebih mengedepankan unsure
entertainment,dibandingkan tulisan untuk komunitas spesifik (misalnya majalah
khusus computer). Selain dari segi isi, karya ilmiah popular untuk komunitas
spesifik lebih banyak menggunakan Technical jargon. Boleh saja sebab disini
istilah spesifik tidak akan asing lagibagi pembacanya.
Ø
Media apa yang anda pilih?
Informasi untuk
diinternet,televisi,koran atau majalah berbeda cara penulisannya. Misalnya
media televise mempunyai kelebihan dapat menampilkan gambar. Sehingga
penggunaan teks jauh lebih sedikit. Namun kelemahan media ini,waktu yang
tersedia jauh lebih singkat dari pada media cetak. Contoh lain,perbedaan antara
media cetak dan online. Media online dengan sifat revolusioner hiperlinksnya
dapat merubah alur membaca. Kelebihan sifat link ini,anda dapat mengarahkan
pembaca kepada focus yang anda tuju. Berbeda dengan media cetak misalnya
buku,karakteristik membaca sifatnya linear. Anda mengarahkan pembaca melalui
daftar isi.
Ø
Gaya
penuturan apa yang paling tepat?
Kerahkan imajinasi anda.
Kira-kira bagaimana anda akan menyampaikan informasi paling tepat. Apakah
dengan gaya
reportase,menampilkan sosok yang bercerita atau tutorial sifatnya.
Ø
Kira-kira berapa lama waktu yang tersedia bagi
pembaca?
Pembaca koran biasanya lebih
sedikit meluangkan waktu membacanya dari pada pembaca majalah. Bukankah koran
yang sudah seminggu tidak aktual lagi? Umumnyapembaca tidak mengorek-ngorek
lagi koran yang sudah bertumpuk selama setahun lamanya. Semakin sedikit waktu
yang tersedia,informasi yang anda sajikan semakin pendekdan harus cepat menuju
sasaran.
2.
Membidik pembaca
Pilih topik menarik
Beberapa cara menggelitik motifasi
pembaca:
Ø
Mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari
Contoh: sebenarnya menangis saat mengupas/memotong/mengiris bawang bias
menyehatkan mata. Beberapa pakar percaya,airmata yang keluar karena rangsangan
hawa bawang membersihkan mata dan kelopaknya dari debu dan kuman. Keluarnya air
mata ini membuat mata bening dan berbinar.
Contoh
diatas bernuansa entertainment,artinya topic yang dipilih mudah
dicerna,membacanya bersifat refresing. Mudah dicerna karena bekaitan erat
dengan kejadian sehari-hari.
Ø
Menyajikan value added
Contoh: nama baik dan nilai sebuah dotcom bias jatuh bahkan menjadi
tidak berharga jika dotcom dibobol. Dalam kondisi ini, para hacker diharapkan
biasa menjadi konsultan keamanan bagi para dotcommers tersebut karena SDM pihak
kepolisian & aparat keamanan Indonesia amat sangat lemah &
menyedihkan dibidang teknologi informasi dan internet. Apa boleh buat
cybersquad,cyberpatrol swasta barang kali perlu dibudayakan untuk survival
dotcommers Indonesia
di internet. Ilmu computer .com,pelajar menjadi hacker,onnow.curbo.
Bagi sebagian pembaca awam,hacker
suatu dosa berat. Tapi penulis memilih sudut pandang yang unik: belajar hacker
itu penting untuk keamanan. Dengan penyajian ini pembaca merasa perlu belajar
ilmu sipenulis: ada value added dari topic yang disajikan.
Ø
Memperkenalkan ilmu atau temuann baru
Memperkenalkan ilmu atau temuan
baru serta mengkaitkan dengan kebutuhan masyarakat adalah salah satu tugas
penulisan ilmiah popular. Dengan memperkenalkan iptek,tingkat acceptance iptek
itu sendiri semakin bertambah dikalangan masyarakat. Tidak harus
melulu,kebutuhan sehari-hari,contoh lain misalnya manfaat kegunaan software SAP
untuk bidang bisnis,teknologi baru,operasi dengan laser dirumah sakit dsb.
Dengan contoh-contoh diatas anda
memahami perbedaaan mencolok antara karya ilmiah dan ilmiah popular. Ilmiah
popular sering kali mengankat topic yang berkaitan dengan masyarakat awam.
Ø
leading
Struktur klasik karya ilmiah
(skripsi,disertasi atau laporan penelitian) biasanya diawali 20 % pembukaan
(hasil penelitian actual,problematika actual) 60 % inti isi tulisan (metode
penelitian,pemecahan permasalahan), barulah 20 % terakhir kesimpulan atau
masukan untuk penelitian kedepan. Sering kali karya ilmiah berhenti pada hasil
penelirtian atau pada ilmu itu sendiri.
Tidak demikian halnya dengan
sebuah karya ilmiah popular. Tulisan jenis ini mencoba mengail minat pembaca
dari sejak awal tulisan. Siapa peduli dengan problematika penelitian dan Stand
terakhir penelitian. Yang penting pembaca mengetahui apa pentingnya tulisan inibaginya.
Oleh karena itu,leading (pembukaan) sebuah karya ilmiah popular harus
merangsang motifasi pembaca. Leading memuat informasi singkat apa isi
tulisan,tapi bukan rangkuman yang mengurai semuanya. Setelah membaca leading
seharusnya masih tersisa sejumlah pertanyaan yang memotivasi pembaca mengetahui
jawabanya dalam tubuh tulisan.
Ø
Pemaparan informasi
Pemaparan informasi dalam tubuh
tulisan harus fokus,sesuai dengan tema yang disitir dalam leading. Buat alur
yang menarik,sehingga pembaca mau mengikuti paragraph demi paragraf sampai
selesai.
3. Haruskah alur berbentuk piramida
terbalik?
Alur piramida terbalik berarti
dimulai dari informasi yang terpenting sampai kedetil yang kurang penting.
Keuntungannya,pembaca vepat mendapat informasi utama. Biasanya model ini
dipakai untuk penulisan hardnews (berita singkat). Namun untuk tuliasan karya
ilmiah yang kompleks dan panjang belum tentu model ini bias dipakai. Sebab
terkesan membosankan. Hal yang terpenting sudahdiketahui diawal,pembaca sudah
merasa cukup dengan paragraph-paragraf awal. Tidak ada unsure menggelitik rasa
ingin tahu lebih lanjut
·
Alur kronologis
Artinya
alur cerita mengikuti satuan waktu: jam,hari,bulan atau tahunan. Disini patokan
waktu explicit tercantum.
Contohnya
karya ilmiah popular tentang pertumbuhan tanaman selama empat musim. Informasi
disini akan terstruktur sesuai dengan kronologis mesin.
·
Alur proses
Mirip
dengan alur kronologis. Disini alur mengikuti proses-proses yang berurutan.
Contiohnya: tutorial software.
·
Deduksi
Penulisan
ilmiah popular yang berdasar pada deduksi,memulai alur penjelasan dari hal yang
umum menuju hal yang khusus. Contohnya: kebijakan pemerintah dalam masalah
anggaran penelitian dan dampaknya bagi resep bidang teknologi kimia.
·
Induksi
Induksi
kebalikan dari deduksi: dimulai dari informasi atau fakta-fakta khusus untuk
menentukan kesimpulan yang berlaku umum.
C. Contoh
1.1 Contoh Penulisan Karya Ilmiah Sederhana
Kerangka karya tulis
ilmiah sederhana terdiri atas tiga bagian yaitu pendahuluan,isi dan penutup.
a.
Pendahuluan,mengutarakan perumusan dan penjelassan
masalah. Yang penting dalam bagian ini yaitu latar belakang masalah,perumusan
masalah,tujuan dan sistematika penulisan.
b.
Isi ,merupakan
badan karangan yang disebut penguraian. Bab ini memuat segala penjelasan
mengenai tiap segi secara rinci.
c.
Penutup
terdiri dari kesimpulan dan saran. Simpulan memuat hal-hal yang telah diuraikan
pada bab isi dan saran berisi sesuatu yang hendak disampaikan kepada
pihak-pihak tertentu berkenaan dengan materi pembahasan.
Sebagai contoh perhatikanlah sebagian karya
tulis Agustin Prihati yang merupakan
hasil studi pistaka berikut!
Perbandingan
Puisi Asmaradana Karya Goenawan Mohamad
Dan
Cerita Rakyat Darmawulan
1.
Pendahuluan
“Setiap teks merupakan perpaduan kutipan-kutipan dan merupakan
penyerapan serta perubahan bentuk teks-teks lain.”
Terkait dengan pernyataan diatas,Goenawan Mohamad sebagai salah seorang
deretan penyair Indonesia
telah memberi warna cukup kuat dalam perpuisian di Indonesia dengan beberapa hasil
karyanya. Sebagai contoh yaitu puisi “ Asmaradana “. Penyair ini menciptakan
puisi tersebut berdasarkan mitos yang telah ada (Darmawulan) dengan tema yang
masih cukup relevan dengan tujuan menghindarkan kebosanan pembaca.
Berdasarkan pada kenyataaan
itu,maka masalah yang muncul dalam karya tulis ini adalah “Dimana letak persamaan maupun perbedaan
antara isi puisi Asmaradana dan isi cerita rakyat Damarwulan”. Dengan demikian
jelaslah tujuan karya tulis ini adalah mendiskripsikan persamaan dan perbedaan
isi puisi Asmaradana dan Damarwulan yang berupa cerita rakyat.
Puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran
dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan
semua kekuatan bahasa yakni dengan mengkonsentrasikan fisik dan struktur batin
(Herman J. Waluyo:1991).
Menurut
Z.F Zulfahnur (1996:81) puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa)
penyair mengenai kehidupan manusia,alam, dan tuhan melalui media bahasa yang
estesis secara terpadu dan untuk dipadatkan kata-katanya dalam bentuk teks.
Adapun cerita rakyat menurut KBBI adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup
dikalangan rakyat dan diwariskan secara lisan.
2.Pembahasan
Berikut
ini adalah hasil interprestasi puisi Asmaradana karya Goenawan mohamad.
Asmaradana
Ia
dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun karena angina pada
kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih
kembali menampakkan bimasakti yang jauh.
Tapi diantar mereka berdua tidak ada yang berkata-kata.
Lalu ia ucapkan perpisahan itu,kematian itu. Ia melihat peta nasib,
perjalanan, dan sebuah perperangan yang tidak semuanya disebutkan.
Lalu ia tahu, perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada
rumput halaman ada tapak yang menjauh keutara, ia takkan mencatat yang telah
lewat dan yang akan tiba karena ia tak akan berani lagi.
Anjasmara, adikku,tinggallah seperti dulu, bulan pun lamban dalam
angina, abai dalam waktu. Lewatremang dan kunang-kunang kulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.
(sumber:
Buku Apresiasi puisi untuk pelajar dan mahasisiwa, 2002)
Setelah membaca hasil
interprestasi puisi Asmaradana tersebut, terbukti bahwa antar Asmaradana karya
Goenawan Mohamad dan cerita rakyat Darmawulan memiliki persamaan. Hal itu dapat
dilihat adanya gagasan Goenawan mohamad dalam puisi tersebut yang dapat di
runut (di telusuri) kembali dalam kisah Damarwulan.
Persamaan kedua bentuk sastra tersebut terletak pada tokoh dan peristiwa
yang diceritakan. Tokoh Anjasmara dengan peristiwa yang dialaminya merupalkan
transformasi dari cerita Damarwulan.
Bait pertama pada puisi tersebut merupakan bagian cerita yang
mengisahkan suasana diawal menjelang perpisahan Damarwulan dengan Anjasmara.
Pada bait ini, Goenawan Mohamad
menggambarkan suasana menjelang pagi yang diliputi kesedihan.
Bait kedua berisi saat tiba perpisahan itu ,terbayanglah oleh Damarwulan
garis nasibnya yang tak menentu karena menghadapi medan perang
Bait ketiga dan keempat Goenawan Mohamad bercerita bahwa dalam
perpisahan itu Anjasmara hanya dapat pasrah dalam kebimbangan. Bila kekasihnya
kalah tentu mati dan ia akan merasa sangat kehilangan. Jika memang ia pun harus
rela kekasihnya dijadikan suami dan diangkat menjadi raja baru mendampingi
pemerintahan Ratu Kenya Kencana Wungu di Majapahit.
Disamping persamaan-persamaan itu, dua bentuk karya sastra itu juga
memilki perbedaan yaitu puisi Asmaradana berbicara satu peristiwa yakni
perpisahan tokoh Anjasmara dengan Damarwulan. Dengan kata lain,Asmaradana
merupakan bagian dari kisah. Sementara itu, cerita rakyat Damarwulan merupakan
cerita utuh yaitu dimulai sejak terancamnya
Pemerintahan Majapahit oleh Menakjingga Raja Blambangan hingga
Damarwulan berhasil menyelamatkan Majapahit dan diangkat sebagai raja
pendamping Ratu Kenya Kencana Wungu.
3.
Penutup
Berdasarkan
paparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a.
Puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan cerita rakyat
Damarwulan sama-sama menceritakan tokoh Damarwulan dan Anjasmara;
b.
Isi Asmaradana merupakan bagian dari kisah Damarwulan;
c.
Puisi Asmaradana sekedar menceritakan kembali kisah
Damarwulan tanpa ada unsure tambahan dari penulis yang bersifat memperkaya cerita;
d.
Perbedaan bentuk dua karya tersebut hanya pada
kapasitas penceritaannya yaitu puisi Asmaradana hanya menceritakan peristiwa
perpisahan Damarwulan dengan Anjasmara, sedangkan cerita rakyat Damarwulan
merupakan cerita utuh; dan
e.
Goenawan Mohamad dalam menulis puisi Asmaradana
menggunakan cerita rakyat Damarwulan sebagai penimbul ide atau induk cerita.
Daftar
Pustaka
Herman
J. Waluyo.1991. Teori dan Apresiasi puisi.
Jakarta:
Erlangga.
. 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Z.F.Zulfahnur.1996.
Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.
. 1996. Sastra Bandingan. Jakarta: Depdikbud.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar