Minggu, 30 September 2012

Materi Menulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................    i
DAFTAR ISI...................................................................................................    ii
BAB I    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................    1
B.     Tujuan Penulisan..........................................................................    2
BAB II   PEMBAHASAN
A.    Pemakaian Huruf.........................................................................    3
1.      Huruf Abjad..........................................................................    3
2.      Huruf  Vokal..........................................................................    4
3.      Huruf Konsonan....................................................................   4
4.      Huruf Diftong........................................................................    5
5.      Gabungan Huruf Konsonan...................................................    6
6.      Huruf Kapital.........................................................................    6
7.      Huruf Miring..........................................................................    11
8.      Huruf Tebal............................................................................    11
9.      Huruf Tebal Tidak Dipakai dalam Cetakan Kamus...............    12
10.  Huruf Tebal dalam Cetakan Kamus......................................    12       
B.     Penulisan Kata.............................................................................    13
1.   Kata Dasar.............................................................................    13
2.   Kata Turunan.........................................................................    13
3.   Bentuk Ulang.........................................................................    14
4.   Gabungan Kata......................................................................    14
5.   Suku Kata..............................................................................    15
6.   Kata Depan di, ke, dan dari...................................................    16
7.   Partikel...................................................................................    16
8.   Singkatan dan Akronim.........................................................    16
9.  Angka dan Bilangan...............................................................   18
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Batasan Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tersirat dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (bahasa nasional), bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebangsaan nasional, (2) lambang jati diri (identitas) nasional, (3) alat persatuan berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya antar daerah.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi (bahasa negara), bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengatar resmi lembaga-lembaga pendidikan, dan (3) bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan bahasa persatuan, sebagai bangsa kita sudah semestinya menggunakan  bahasa Indonesia secara baik dan benar. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik adalah penggunaan yang disesuaikan dengan lingkungan keadaan yang dihadapinya. Berdasarkan lingkungan dan pemakaian bahasa, diperoleh ragam bahasa, baik lisan maupun tulis. Jika kita berkomunikasi secara lisan, kita menggunakan ragam lisan, penggunaan bahasa Indonesia yang baik adalah penggunaan yang disesuaikan dengan lingkungan keadaan yang dihadapinya. Berdasarkan lingkungan dan pemakaian bahasa, diperoleh ragam bahasa, baik lisan maupun tulis. Jika kita berkomunikasi secara lisan, kita menggunakan ragam lisan. Jika kita berkomunikasi secara lisan, kita menggunakan ragam lisan tulis. Dengan kata lain, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik adalah penggunaan ragam-ragam berbahasa Indonesia sesuai dengan keadaan atau lingkungan komunikasi.
Bahasa Indonesia dalam komunikasi resmi, terutama pada situasi formal, kedinasan, ilmiah, atau pendidikan, adalah bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku adalah suatu ragam bahasa, baik lisan maupun tulis. Jika kita berkomunikasi secara lisan, kita menggunakan ragam lisan. Jika kita berkomunikasi secara tertulis, kita menggunakan ragam tulis. Dengan kata lain, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik adalah penggunaan ragam-ragam bahasa berbahasa Indonesia sesuai dengan keadaan atau lingkungan berkomunikasi.
Bahasa Indonesia dalam komunikasi resmi, terutama pada situasi formal, kedinasan, ilmiah, atau pendidikan, adalah bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku adalah suatu ragam bahasa yang dilembagakan yang mempunyai kaidah yang mantap yang oleh masyarakat pemakaian bahasa dipakai sebagai acuan dalam penggunaannya.
Penggunaan bahasa Indonesia yang benar adalah penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan kaidah bahasa bahasa Indonesia. Dalam ragam tulis. Kaidah itu tertera pada buku.
  1. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
  2. Pedoman Umum Pembentukan Istilah, dan
  3. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta sesuai kaidah, akan turut berperan dalam pelestarian bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi bangsa Indonesia.
B.     Tujuan Penulisan
Dengan adanya tulisan ini, penulis berharap agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dengan lebih baik.                  

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pemakaian Huruf
1.      Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan Bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf
Nama
Kapital
Kecil
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
  
2.      Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam Bahasa Indonesia vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.     
Huruf
Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi
Awal
Posisi
Tengah
Posisi
Akhir
a
e*

i
o
u
api
enak
emas
itu
oleh
ulang
padi
petak
kena
simpan
kota
bumi
lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu
Keterangan:
Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ‘ ) dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (teras)
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
3.      Huruf  Konsonan
Terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi
Awal
Posisi
Tengah
Posisi
Akhir
b
c
d
f
g
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
adab
-
abad
maaf
gudeg

Huruf
Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi
Awal
Posisi
Tengah
Posisi
Akhir
h
j
k
l
m
n
p
q**
r
s
t
u
v
w
x**
y
z 
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
qur’an
raih
sampai
tali
varia
wanita
xerox
yakin
zeni 
saham
manja
paksa
rakyat
alas
kami
tanah
apa
status-quo
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim  
tuah
mikraj
politik
bapak
akal
diam
daun
siap
taufiq
putar
tangkas
rapat
-
-
sinar –x
-
juz  

Keterangan:
*    Huruf k melambangkan bunyi hamzah
** Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar-x).
4.      Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.


Huruf
Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
ai
au
oi
ain
aula
-
malaikat
saudara
boikot
pandai
harimau
amboi

5.      Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi tengah
Posisi akhir
Kh
Ng
Ny
Sy
Khusus
Ngilu
Nyata
Syarat
Akhir
Bangun
Banyak
Isyarat
Tarikh
Senang
-
Arasy

Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
6.      Huruf Kapital
a.       Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

b.      Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasehati anaknya, “Berhati-hati, nak!”
Kemarin engkau terlambat,” katanya.
Besok pagi,” kata ibu, “Dia akan berangkat”
c.       Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam                      Quran
Kristen                   Alkitab
Hindu                    Weda
d.      1) Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di ikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
2)      Huruf kapital tidak di pakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan ke agamaan yang tidak diikuti nama orang.
      Misalnya:
Dia baru saja di angkat menjadi sultan.
3)      a)   Huruf   kapital   di   pakai   sebagai   huruf pertama unsur nama jabatan yang di ikuti nama orang, nama instansi.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
b)      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh presiden republik Indonesia.
c)      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya :
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
4)      Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir hamzah
5)      a)   Huruf  kapital  di  pakai  sebagai  huruf  pertama  nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
Bangsa Eskimo
b)      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bangsa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya :
Pengindonesiaan kata asing.
6)      a)   Huruf    kapital    di   pakai   sebagai    huruf     pertama    nama   tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
Tahun Hijriah
b)      Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya: Perang Dunia I
c)      Huruf kapital tidak di pakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
7)      a).  Huruf kapital di pakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara
b)      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama di geografi.
Misalnya:
Gunung Semeru
c)      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
Ukiran Jepara
d)     Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi
Misalnya:
Berlayar ke teluk
e)      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda 
8)      a)   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegeraan, badan, dan nama dokumen resmi, lembaga ketatanegara, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.     
Misalnya:
Departemen keuangan      
b)      Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegara, badan, dan nama dokumen resmi.
Beberapa badan hukum
Catatan:
- Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.  
   Misalnya:
   Perserikatan Bangsa-Bangsa
-  Huruf   kapital   dipakai   sebagai   huruf   pertama   semua    kata  (termasuk  semua  unsur  kata  ulang  sempurna)  di  dalam  judul buku,  majalah,  surat  kabar,  dan  makalah,   kecuali  kata   tugas seperti  di,  ke,  dari, dan  untuk   yang  tidak  terletak pada posisi awal.
   Misalnya: Saya telah membaca buku dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma.      
- Huruf   kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  unsur  singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
   Misalnya:
   Dr. doktor
9)      a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan  
Misalnya:
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
b)      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga    
10)  Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkan Anda tahu?
11)  Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
7.      Huruf Miring
a.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca.  
b.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a 
c.       1)   Huruf  miring  dalam  cetakan  dipakai  untuk menuliskan kata atau  ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.  
2)      Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.       
8.      Huruf Tebal
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar isi, daftar table, daftar lambing, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:
Judul         : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab            : BAB I   PENDAHULUAN
Bagian bab: 1.1  Latar Belakang
                    1.2  Tujuan 
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN  
9.      Huruf Tebal Tidak Dipakai dalam Cetakan Kamus
Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan kamus untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
Misalnya:
Akhiran-i tidak dipenggal pada ujung bari.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.    
10.  Huruf Tebal dalam Cetakan Kamus
Huruf Tebal dalam Cetakan Kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:
kalah v  1 tidak menang… 2  kehilangan atau merugi… : 3  tidak lulus… : 4  tidak menyamai.

B.     Penulisan Kata
1.      Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik    
2.      Kata Turunan  
a.  Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya
Misalnya:
dipermainkan 
b.      Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada  bentuk singkatan
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upygrade
me-recall
c.       Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5).
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
d.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur, gabungan kata itu ditulis serangkai.
e.       Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:
Adipati
Aerodinamika
Dwiwarna
Ekawarna
Paripurna
Poligami
3.      Bentuk Ulang
a.       Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubungan di antata unsur-unsur lainya.
Misalnya:
Anak-anak
Menulis-nulis
b.      Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:
Melambai-lambaikan
4.      Gabungan Kata
a.       Unsur-unsur yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah
Misalnya:
Kambing hitam
b.      Gabungan kata yang menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung diantara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsure yang bersangkutan
Misalnya:
Ibu-Bapak kami                 Ibu Bapak-kami
c.       Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
         Misalnya:
         Akhirulkalam
   Dukacita
                  Saptamarga
5.      Suku Kata
a.       Pemengalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1) Jika ditengah kata ada huruf vokal yng berurutan, pemenggalan dilakukan diantara huruf vocal itu.
Misalnya:
Ma-in
2)   Huruf Diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal
Misalnya:
Au-la
b.      Jika ditengah kata dasar ada huruf diantara dua buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
La-wan
c.       Jika ditengah kata dasar ada duahuruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Makh-luk
d.      Jika di tengah kata asar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
Ben-trok
e.       Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan diantara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu
Misalnya:
Mem-bantu
f.       Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dilakukan di antara unsur-unsur itu.

Misalnya:
Bio-data                Bi-o-da-ta
g.      Nama orang, badan hokum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsure atau lebih dipenggal pada khir baris di antara unsur-unsurnya. Unsur nama yang berupa singkatan tidak dapat dipisahkan.
6.      Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kara yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu disimpan di dalam lemari
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
7.      Partikel
a.       Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahului
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam urat itu?
b.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya
Misalnya:
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
c.       Partikel per yang berarti ‘demi’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
8.      Singkatan dan Akronim
a.       Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1)      Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan, atau pagkat diikuti dengan tanda itik di belakang tiap-tiap singkatan itu.

Misalnya:
W.R. Supratman         Wage Rudolf Supratman
M.Hum.                       Magister Humaniora
2)      Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegraan, badan resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
WHO              World Health Organization
b.      1)  Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
Tgl.                  Tanggal
dl.                                        Dalam
2)   Singkaran  gabungan   kata   yang  terdiri  atas  tiga  huruf  diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya:
Sda                  sama dengan diatas
Yth                  yang terhormat
c.       Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf masing masing diikuti oleh tanda titik.
Misalkan:
u.b.                        Untuk Beliau
d.      Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
Misalnya:
kVA                      Kilovolt-ampere
e.       Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlukan sebagai sebuah kata.
f.       Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:
PASI                     Persatuan Atletik Seluruh Indonesia   
a.       Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan awal kapital.
Misalnya:
Iwapi               Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia    
b.      Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
rapim               rapat pimpinan   
9.      Angka dan Bilangan
Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab                    : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi          : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)   
a.       Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali
b.      Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunaan kalimat I ubah agar bilangan yang tidak dapat di tulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.
c.       Angka yang menunjukan bilangan utuh besar dapat di eja sebagaian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan Rp. 250 Juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
d.      Angka yang digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi ; (b) satuan waktu ; (c) nilai uang ; dan (d) jumlah.
Misalnya :
4 meter persegi
1 jam 20 menit
e.       Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Wijaya No. 14
f.       Angka digunakan untuk monomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya :
Surah Yasin : 9
g.      Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1)      Bilangan utuh
Misalnya:
Tiga puluh
2)      Bilangan pecahan.
Misalnya:
Seperenam belas.
h.      Penulisan belangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
a.       Pada awal abad XX (angka romawi kapital) dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka arab) pada awal abad kedua puluh (huruf)
b.      Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut.
Misalnya:
Lima lembar uang 1.000-an
i.        Bilangan tidak perlu di tulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).

Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
j.        Jika bilangan di lambangkan dengan angka dan huruf penulisannya harus tepat.
10.  Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya.
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku ,-mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku itu boleh kau baca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
11.  Kata si dan sang
Kata Si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
C.    Pemakaian Tanda Baca
1.      Tanda Titik (.)
a.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Biarlah mereka duduk disana.  
b.      Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagn, iktisar, atau daftar.
Misalnya:
c.       Departemen Pendidikan Nasional
1)      Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
2)      Direktorat Jendral Pendidikan Dasar da Menengah.
3)      Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
d.      1.   Patokan Umum.
1.1  Isi karangan.
1.2  Ilustrasi  
e.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1,35 menit, 20 detik).  
f.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
g.      Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka diantara nama penulis, judul penulisan yang tidak berakhir dengan tanda tnya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapotiwa, dan Anton Siregar, Merari 1920.
h.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.         
2.      Tanda Koma (,)
a.       Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
b.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.     
Misalnya:
Ini bukan saya, melainkan buku ayah saya.
c.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimatnya.
Misalnya:
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.  
d.      Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun
e.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu?
f.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “Saya gembira sekali”.
g.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru
Misalnya:
“Masuk ke kelas sekarang!” perintahnya.
h.      Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
i.        Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional, Jakarta: Restu Agung.
j.        Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia(Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.    
k.      Tanda koma dipakai diantara nama orang dari gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga.
Misalnya:
Ny. Khadijah, M.A
l.        Tanda koma dipakai dimuka angka decimal atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
Rp. 500,00
1)      Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.  
2)      Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/ salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
  
3)      Tanda Titik Koma (;)
4)      Tanda titik komadipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalmiat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku-buku yang harus dibeli ayahnya.
m.    Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
Syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
1)      Berkewarganegaraan Indonesia;
2)      Berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;  
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisahkan oleh tanda-tanda baca dan kata hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.    
3.      Tanda Titik Dua (:) 
a.       Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemberian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
b.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Misalnya:
Ketua              : Ahmad Wijaya
Sekretaris        : Siti Aryani
Bendahara       : Aulia Arimbi  
c.       Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu             : “Bawa kopor ini, Nak!”
Amir          : “Baik, Bu”.
d.      Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan hamalan, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/ 2008: 8
Surah Yassin: 9    
4.      Tanda Hubung (-)
a.       Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga cara baru
b.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.  
c.       Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Berulang-ulang
d.      Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
8 – 4 – 2008
p-a-n-i-t-i-a
e.       Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
f.       Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
1)      se-dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
2)      ke-dengan angka
3)      Angka dengan –an
4)      Kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital
5)      Kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
6)      Gabungan kata yang merupakan kesatuan
Misalnya:
se-Indonesia
Tahun 1950-an   
g.      Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.   
Misalnya:
di-mark-up
5.      Tanda Pisah (-)
a.       Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan itu-hak segala bangsa-harus dipertahankan.
b.      Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c.       Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai ke’.
Misalnya:
Tahun 1928-2008
Tanggal 5-10 April 2008
6.      Tanda Tanya (?)
a.       Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b.      Tanya tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?)
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang  
7.      Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
a.       Tanda Elipsis (…)
1)      Tanda ellipsis dipakai kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu…, marilah kita laksanakan.
2)      Tanda ellipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan… akan diteliti lebih lanjut.
b.      Tanda Petik (“ “)
1)      Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”.
2)      Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yng dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Pahlawanku” terdapat paa halaman 5 buku
3)      Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.   
c.       Tanda Petik Tunggal (‘ ‘) 
1)      Tanda petik tungal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ dan tadi?”
2)      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:
Terpandai                    ‘paling’ pandai
3)      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
feed-back                     ‘balikan’   
d.      Tanda Kurung (( ))
1)      Tanda kurung dipakai untu mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu Tanda Penduduk).
2)      Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) di tulis pada tahun 1962.
3)      Tanda kurung dipakai untu mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).
4)      Tanda kurung dipakai dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci ururtan keterangan.
Misalnya;
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.      
e.       Tanda Kurung Siku ([ ])
1)      Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemersik.
2)      Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35 Y 38]) perlu dibentangkan di sini.    
f.       Tanda Garis Miring (/)
1)      Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor surat,  nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
No. 7/ PK/ 2008
Jalan Kramat III/ 10
2)      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap dan ataupun.   
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/ laut.  
g.      Tanda Penyingkat atau Aposotrof (‘)    
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Dia ‘kan sudah kusurati, (‘kan: bukan)
D.    Penulisan Unsur Serapan
Kaidah ejaan yang berlaku berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut:
a (ain Arab dengan a) menjadi ‘a
‘asr                                          asar
sa’ah                                        saat
manfa’ah                                 manfaat  
(ain Arab) di akhir suku kata menjadi k
ra’yah                                      rakyat
ma’na                                      makna
ruku’                                        rukuk
aa (Belanda) menjadi a
paal                                         pal
baal                                         bal
octaaf                                      oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe                                     aerob
aerodynamics                          aerodinamika
ae jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin                           hemoglobin
haematite                                 hematit
ai tetap ai
trailer                                       trailer
caisson                                     kaison
au tetap au
audiogram                               audiogram
autotroph                                 autotrof
tautomer                                  tautomer
hydraulic                                 hidraulik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel                                    kalomel
construction                            konstruksi
cubic                                        kubik
coup                                        kup
classification                           klasifikasi
crystal                                      kristal
c di muka e, I, oe, dan y menjadi s
central                                                 sentral
cent                                         sen
cybernetics                              sibernetika
circulation                               sirkulasi
cylinder                                   silinder
coelum                                     selom
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accommodation                       akomodasi
acculturation                           akulturasi
acclimazination                       aklimatisasi
accumulation                           akumulasi
acclamation                             aklamasi
cc di muka e dan i menjadi ks
accent                                      aksen
accessory                                 aksesori
vaccine                                    vaksin
cc dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin                                 sakarin
charisma                                  karisma
cholera                                     kolera  
chromosome                            kromosom
tekchnique                               teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon                                    eselon
machine                                   mesin  
ch yang lafalnya c menjadi c menjadi c
chip                                         cip
voucher                                   vocer
China                                       Cina
ck menjadi k
check                                       cek
ticket                                       tiket
c (Sanskerta) menjadi s
cabda                                       sabda
castra                                       sastra
d (Arab) menjadi d
darurat                                     darurat
fardu                                        fardu
hadir                                        hadir
e tetap e
effect                                       efek
description                              deskripsi
synteshis                                  sintesis   
ea tetap ea
idealist                                    idealis
habeas                                     habeas

ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer                               stratosfer
systeem                                   sistem   
ei tetap ei
eicosane                                   eikosan
eidetic                                     eidetik
einsteinium                              einsteinium
eo tetap eo
stereo                                       stereo
geometry                                 geometri
zeolite                                      zeolit   
eu tetap eu
neutron                                    neutron                       
eugenol                                    eugenol
europium                                 europium
f (Arab) menjadi f
fakir                                         fakir
mafhum                                   mafhum                      
saf                                            saf
s (Arab) menjdi s
subuh                                       subuh                                      
musibah                                   musibah
khusus                                     khusus

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium                                 skandium
scotopia                                   skotopia
scutella                                    skutela
sclerosis                                   sklerosis
scriptie                                     skripsi
sc di muka e, I, dan y menjadi s
scenography                            senografi
scintillation                              sintilasi
scyphistoma                            sifistoma

sch di muka menjadi sk
schema                                                skema
schizophrenia                          skizofrenia
scholasticism                           skolastisisme
t di muka i menjadi s jiak lafalnya s
ratio                                         rasio
actie                                         aksi
patient                                     pasien
t (Arab) menjadi t
ta’ah                                        taat
mutlaq                                     mutlak
lut                                            lut
th menjadi t
theocracy                                 teokrasi
orthography                            ortografi
thiopental                                tiopental
thrombosis                               trombosis
methode (Belanda)                  metode
u tetap u
unit                                          unit
nucleolus                                 nukloelus
structure                                  struktur
institute                                    institut
ua tetap ua
dualisme                                  dualisme
aquarium                                 akuarium
ue tetap ue
suede                                       sued
duet                                         duet
ui tetap ui
euinox                                      ekuinoks
conduite                                   konduite
uo tetap uo
fluorescein                               fluoresein
quorum                                    kuorum
quota                                       kuota
uu tetap uu
prenmatuur                             prematur
vacuum                                    vacum
u tetap u
vitamin                                                vitamin
television                                 televisi
cavalry                                                kavaleri
w (Arab) tetap w
jadwal                                     jadwal
marwal                                    marwal
tagwa                                      tagwa
x pada awal kata tetap x
xanthate                                   xantat
xenon                                       xenon
xylophone                                xilofon
x pada posisi lain menjadi x
executive                                  eksekutif
taxi                                          taksi
exudation                                 eksudasi
latex                                         lateks
xc di muka e dan i menjadi ks
excetion                                   eksepsi
excess                                      ekses
excision                                   eksisi
excitation                                 eksitasi
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation                               ekskavasi
excommunication                    ekskommunikasi         
excursive                                 ekskursif
exclusive                                  eksklusif
y tetap y jika lafanya y
yakitori                                    yakitori
yangonin                                 yangonin
yen                                           yen
yuan                                        yuan
y menjadi i jika lafanya i
yttrium                                     itrium
dynamo                                   dinamo
propyl                                      propil
psychology                              psikologi
z tetap z
zenith                                       zenit
zirconium                                zirkonium
zodiac                                      zodiak
zygote                                      zigot
z (Arab) menjadi z
zalim                                        zalim
hafiz                                         hafiz

Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
Gabbro                                                gabro
Accu                                        aki
Effect                                      efek
Commision                              komisi
Ferrum                                     ferum
Salfeggio                                 salfegio
Ummat                                                umat
Tammat                                   tamat
Tetapi;
Mass                                        massa
E.     Pedoman Pemenggalan kata
Pemenggalan kata jadian (kata kompleks) dilakukan dengan berpegangan pada prinsip gramatika:
1.      Awalan dan Akhiran Diperlakukan Sebagai Satuan Terpisah
Contoh:
be-a.sas
pel-a.jar
hi-tung-an

Perhatikan:
ber-u.ang
be-ru.ang
meng-u.kur
me-ngu.kur
2.      Bentuk Gabungan Dipenggal Lebih Dahulu Atas Satuan-Satunya
Contoh:
ba.gai-ma.na
ha.lai-bi-ha.lal
ser.ba-gu.na
au.di.o-vi.su.al
bi.o-gra.fi
in.fra-struk.tur
eks.tra-ku.ri.ku.ler
fo.to-gra.fi
ho.mo-ge.ni.tas
kon.tra-dik.si
mo.no-te.is.me
pa.ra-me.dis
Pemenggalan kata dasar, baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan berpegang pada prinsip ortografis.
a.       Perinciannya adalah sebagai berikut:
      Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vocal yang berurutan di tengahnya dlakukan di antara kedua huruf vocal itu.
Contoh:
Bu.ah
Ma.in
Sa.at
I.de.al
Ne.on
Ka.ul
Zo.o.lo.gi
A.or.ta
Du.et
Ku.o.ta
i.on
b.      Bagian kata yang terdiri atat satu hruf vocal (temasuk akhiran - i) pemenggalannya dilakukan sebagai berikut.
A.da
I.ni
I.tu
Di.a
Du.a
Tu.a
Me.nu.lis.i
Me.nung.gang.i
Me.lu.ka.i
c.       Struktur yang mengandung gugus vocal au, ae, ci, eu, dan ui, baik dalam kata-kata Indonesia maupun dalam kat-kata serapan, diperlakukan sebagai satu suku.
Contoh:
Au.la
Pu.lai
San.tai
Am.boi
Bai.tul.ha.ram.
Sur.vei
Ae.ro.bik
Eu.fe.mis.me
Ka.sui

Bandingkan dengan
Ka.in
La.uk
Da.ur
Da.un
Akan tetapi, kata seperti mei, prei, dai, dan sai, dipenggal menjadi. 
Me.i
Pre.i
Da.i
Sa.i
d.      Pemenggalan kat yang mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan sebelum hruf konsonan.
Contoh:
Ba.pak
ka.bar
la.wan
so.pan
ta.han
wa.jar
e.       Pemenggalan kata yang mengandung dua hruf knsonan berurutan yang tidak mewakili satu fonem dilakukan di antara kedua huruf knsonan itu.
Contoh:
ap.ril
cap.lok
jan.ji
mam.bang
pin.dah
put.ri
run.ding
swas.ta
tan.cap
was.was
f.       Pemanggalan kata yang di tengahnya terdapat digraph atau gabungan huruf konsonan yang mewakili fonem tunggal dilakukan dengan tetap mempertahankan kesatuan di graf itu.
Contoh:
akh.lak
bang.sa
bu.nyi
ikh.las
mu.ta.khir
nya.nyi.an
pang.gung
tang.kas
g.      Pemenggalan kata yang mengandung tigas atau empat huruf konsonan berurutan di tengahnya dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan huruf konsonan kedua. (Namun perhatikan butir (6) di atas)
contoh :
ben.trok
in.fra
ul.tra
perhatikan :
bang.krut
makh.luk
takh.ta
h.      Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans dilakukan seperti di bawah ini.
1)      Jika trans diikuti bentuk bebas, pemenggalannya dilakukan dengan memisahkan trans sebagai bentuk utuh dan bagian lainnya di penggal kata dasar.

Contoh:
Trans.mig.ra.si
Trans.fu.si
Trans.ak.si
2)      Jika trans diikuti oleh bentuk terikat, pemenggalan seluruh kata dilakukan dengan mengikuti pola pemenggalan kata dasar.
Contoh:
Tran.sen.den
Tran.sit
Tran.spi.rasi
Catatan :
Transkrip dan Transkripsi dipenggal menjadi
Tran.skrip dan tran.skrip.si
i.        Pemenggalan kata yang mengadung bentuk eks-dilakukan sperti di bawah ini.
1)      jika unsur ek-ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan yang mengadung unsure in- atau –im, pemenggalan dilakukan antara eks dan unsure berikut nya.
Contoh:
eks.tra              (bandingkan dengan intra)
eks.por             (bandingkan dengan impor)
eks.pli.sit         (bandingkan dengan implicit)
eks.ter.nal        (bandingkan dengan internal)
eks.klu.sif        (bandingkan dengan inklusif)
2)      Bentuk lain yang mengandung unsur eks- dipenggal sebagai utuh. Pemenggalan eks dilakukan di antara k dan s.
Contoh:
ek.ses
ek.stream
ek.sis.ten,si
ek.so.dus
ek.so.ga.mi
  1. Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari satu ubsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, dilakukan di antara unsure-unsurnya. Ketentuan ini sama dengan ketentuan 1.2 di atas.
Contoh:
endoskop         endo-skop       en.do.skop
teleskop           tele-skop          te.le.skop
telegraf            tele-graf           te.le.graf         
bioskop            bio-skop          bi.o.skop
biografi            bio-grafi          bi.o.gra.fi
biologi bio-logi            bi.o.lo.gi
demokrasi        demo-krasi      de.mo.kra.si
plutokrasi        pluto-krasi       plu.to.kra.si
teokrasi            teo-krasi          te.o.krasi         
atmosfer          atmo-sfer         at.mo.sfer
biosfer             bio-sfer            bi.o.sfer
ionosfer           iono-sfer          i.o.no.sfer
kecuali :
en.dos.ko.pi
te.le.gra.fis
at.mo.sferis
k.      1)  Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir-isme dan -isme itu didahului oleh huruf vokal, dilakukan setelah huruf vokal
Contoh:
egoisme                 e.go.is.me
hinduisme              hin.du.is.me    
heroisme                he.ro.is.me
2)  Pemenggalan unsure serapan asing yang berakhir-isme dan –isme itu didahului oleh sebuah huruf konsonan, dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Contoh:
absolutisme                       ab.so.lu.tis.me
humanisme                        hu.ma.nis.me
jurnalisme                         jur.na.lis.me
patriotisme                                    pat.ri.o.tis.me
animisme                           a.ni.mis.me
komunisme                        ko.mu.nis.me
fanatisme                           fa.na.tis.me
  1. Pemenggalan unsur serapan asing yang yang berakhir –anda, -asi, -ida, -ika –ikel, dan –tas dilakukan sebagai berikut:
1)  propaganda                        pro.pa.gan.da
     ayahanda                            a.yah.an.da
2)  dedikasi                             de.di.ka.si
     interogasi                            in.te.ro.ga.si
3)  klorida                                klo.ri.da
     oksida                                 ok.si.da  
  1. Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir –ak, -al, -ans, -at, -if ,- ik,
-is, or, dan –ur dilakukan sebagai berikut:
a.    amoniak                a.mo.ni.ak
 kardiak                 kar.di.ak
b.    proposal               proposal
       nasional                na.si.o.nal
c.    ambulans              ambu.lans
 konkordans          kon.kor.dans
d.    ekspansif              ek.span.sif
 relatif                    re.la.tif
e.    balistik                  ba.lis.tik
 atomik                  a.to.mik
f.     ekstremis              ek.stre.mis
 jurnalis                  jur.na.lis
g.    aktor                     ak.tor
             donor                   do.nor
h.    kultur                               kul.tur
            prosedur                            pro.se.dur   
n.      Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhiran –i dan –iah dilakukan sebagai berikut:
monarki                             mo.nar.ki
deputi                                de.pu.ti
badani                               ba.da.ni
insani                                 in.sa.ni
fotografi                            fo.to.gra.fi
kamariah                           ka.ma.ri.ah

ii
 
10. Kata Ganti ku-, -kau, -mu, dan –nya.....................................    20
11. Kata si dan sang....................................................................    20
C.     Pemakaian Tanda Banca..............................................................    20
1.   Tanda Titik.............................................................................    20
2.   Tanda Koma (,)......................................................................    21
3.   Tanda Titik Koma (;).............................................................    24
4.   Tanda Hubung (-)..................................................................    25
5.   Tanda Pisah (-).......................................................................    26
6.   Tanda Tanya (?).....................................................................    27
7.   Tanda Seru (!)........................................................................    27
D.    Penulisan Unsur Serapan.............................................................    30
E.     Pedoman Pemenggalan Kata.......................................................    37
1.   Awalan dan Akhiran Diperlakukan Sebagai Satuan Terpisah   37
2.   Bentuk Gabungan Dipenggal................................................    38 




DAFTAR PUSTAKA

DEPDIKBUD. 1994. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Jakarta: 

2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Yogyakarta
DEPDIKNAS. 2010. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Bandung: Yrama Widya. 


DAFTAR ISI

HALAMAN
 JUDUL  .....................................................................................................   i
KATAPENGANTAR  ...................................................................................................  ii
DAFTAR ISI                ......................................................................................................iii
BAB   I     PENDAHULUAN
          A. Latar Belakang Masalah  ......................................................................................1
          B.  Rumusan Masalah ………………………………………………………………1
          C. Tujuan Masalah     …………………………………………………………….....1          
BAB   II     PEMBAHASAN    ...........................................................................................2
               A. Diksi………………………………………………………………………….2
                  1. Syarat-syarat dari ketepatan pilihan kata…………………………………..3
                  2. Syarat dari kesesuaian diksi…………………………………………………3
              B. Gaya Bahasa………………………………………………………………….4
                  1. Gaya bahasa atau Style……………………………………………………………..4
                  2. Gaya bahasa yang baik………………………………………………………4
                  3. Jenis-jenis gaya bahasa………………………………………………………5
                     a. Segi bahasa………………………………………………………………...5
                     b. non bahasa………………………………………………….......................21
BAB   III     PENUTUP………………………………………………………………….22
                 1. Kesimpulan………………………………………………………………….22
                 2.  Saran………………………………………………………………………..22
DAFTAR KEPUSTAKAAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam pelajaran bahasa indonesia kita telah mengetahui  tentang adanya diksi dan gaya bahasa ,maka dari itu penulis akan mencoba membahas tentang diksi dan gaya bahasa .Untuk lebih jelasnya tentang diksi dan gaya bahasa ini akan penuis jabarkan pada bab II.
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat kita rumuskan masalah nya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan diksi dan gaya bahasa dalam bahasa indonesia.
2. Apa saja yang termasuk ke dalam diksi dan gaya bahasa dan apa saja contoh – contohnya.



C.Tujuan dan Kegunaan Pembahasan
Tujuan:
 Untuk menerangkan diksi dan gaya bahasa.
Kegunaan:
Untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan tugas menulis.




BAB II
DIKSI DAN GAYA BAHASA

Pengertian Diksi dan Gaya Bahasa
 A. Diksi
Diksi disebut juga pilihan kata, tetapi pengertian diksi jauh lebih luas dari apa yang di pantulkan oleh jalinan kata-kata itu.Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk  menyatakan kata-kata mana yang  di pakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Jadi dapat disimpulkan bahwa  pengertian diksi  itu ada 3 yaitu:
a. Diksi atau pilihan kata adalah kata-kata mana yang di pakai untuk menyampaikan suatu gagasan.
b .Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat makna dari gagasan yang ingin di sampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang di miliki kelompok masyarakat pendengar.
c. Pilihan kata atau diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah pebendaharaan kata atau kosa kata.
Dalam diksi dikenal dengan pendayagunaan kata, pendayagunaan ini  pada dasarnya berkisar pada 2 Persoalan pokok yaitu:
\

1.      Ketepatan pilihan kata atau diksi
Yaitu mempersoalkan tentang  kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti:apa yang di pikirkan atau di rasakan oleh penulis atau pembicara. Sebab itu persoalan masalah ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan syarat -syarat dari ketepatan pilihan kata.
Syarat- syarat ketepatan diksi
a. Membedakan secara tepat denotasi dan konotasi
b. Membedakan dengan tepat kata-kata yang hampir bersinonim
c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
d. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri
e. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah di kenal.
f. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
2.  Kesesuaian pilihan kata
Secara singkat kesesuaian pilihan kata mempunyai  perbedaan antara persoalan ketepatan dan kesesuaian adalah: dalam persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan kata yang di pakai sudah tepat, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan antara pembicara dan pendengar,atau antara penulis dan pembaca, sedangkan dalam persoalan kesesuaian kita mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang di gunakan tidak merusak suasana.
             Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah:
a. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi yang formal
b. Gunakanlak kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja
c. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum
d. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.
e. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan


B. Gaya bahasa
Gaya bahasa di kenal dalam retorika dengan istilah style, gaya bahasa berasal dari 2 kata yaitu gaya dan bahasa, gaya yaitu cara pengarang menggunakan bahasa untuk menyajikan perasaan dan pikiran nya dalam karya-karyanya, sedangkan bahasa adalah ucapan atau tutur kata.jadi gaya bahasa adalah pemakaian kata kiasan oleh pengarang untuk menghaluskan kata yang yang di gunakan dalam karangannya. Tetapi di buku lain juga ada yang mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai gaya bahasa).
            1. Gaya bahasa atau style mempunyai 2 aliran yaitu:
#. Aliran platonik, menganggap style atau gaya bahasa adalah kualitas suatu ungkapan.
#. Aliran Aristoteles, menganggap gaya bahasa adalah suatu kualitas yang inheren yang ada dalam tiap ungkapan.
            2.  Sebuah gaya bahasa yang baik mengandung 3 unsur yaitu:
a. Kejujuran,adalah suatu pengorbanan, tetapi dalam gaya bahasa berarti kita mengikuti aturan, kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa.
b. Sopan santun ,adalah menghormati orang yang di ajak bicara khususnya pendengar atau pembaca.
c. Menarik,sebuah gaya bahasa yang menarik dapat di ukur melalui beberapa komponen berikut:
- Variasi, penggunaan variasi akan menghindari monoton dalam struktur, dan pilihan kata.
- Humor yang sehat berarti gaya bahasa yang mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira.
- Vitalitas dan daya khayal adalahpembawaan  yang berangsur-angsur di kembangkan melalui pendidikan, latiahan, dan pengalaman




            3.  Jenis - jenis gaya bahasa
a.      Segi Bahasa
Gaya bahasa dapat di bedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang di pergunakan yaitu:
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
- Gaya bahasa resmi
Adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, yang di gunakan dalam kesempatan resmi, misalnya amanat kepresidenan, cerita negara, khotbah mimbar, sebab gaya bahasanya yang pertama adalah bahasa dengan gaya tulisan dalam tingkat tinggi walaupun di gunakan dalam pidato umum yang bersifat seremonial contohnya: ” Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan di dorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas”.
-  Gaya bahasa tidak resmi
Adalah gaya bahasa yang di gunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan yang tidak formal, bentuknya konsekuatif, contohnya:”Sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 adalah peristiwa nasional yang mengandung benih nasionalisme”.
Dari kutipan di atas terlihatlah bahwa gaya bahasa tidak resmi lebih santai dan pilihan kata - katanya lebih sederhana.
-          Gaya bahasa percakapan
Dalam gaya bahasa ini pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan,namun di sini di tambahkan segi-segi morfologis dan sintaksisnya,gaya bahasa percakapan ini dapat di umpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport,berikut contoh diskusi gaya bahasa percakapan yang di rekam dengan alat perekam dalam seminar bahasa indonesia tahun 1966 di jakarta,”pertanyaan pertama ,di sini memang sengaja saya tidak membedakan antara istilah jenis kata atau part of speech.Jadi ketiganya saya artikan sama di sini.Maksud saya ialah kelas –kelas kata,jadi penggolongan kata dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat dan dasar apa yang kita pakai untuk menggolongkannya”.
Bahasa kutipan di atas adalah bahasa standar,tetapi berbeda dengan kutipan sebelumnya.Dalam bahasa percakapan terdapat banyak konstruksi yang di pergunakan oleh orang-orang terpelajar,tetapi  tetapi tidak pernah di gunakan bila harus menulis sesuatu.
2. Gaya bahasa berdasarkan nada
-  Gaya sederhana
Gaya ini biasanya ccocok untuk memberi intruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya. Gaya ini dapat memenuhi keinginan dan keperluan penulis, tanpa bantuan dari kedua gaya lainnya.
-          Gaya mulia dan bertenaga
Gaya ini di gunakan untuk menggerakkan sesuatu tidak saja dengan mempergunakan tenaga dan vitalis pembicara, tetapi juga dapat mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan.
-  Gaya menengah
Adalah gaya yang di arahkan kepada usaha untuk menimbulkan usaha senang dan damai, tujuannya adalah menciptakan suasana senang dan damai, maka nadanya bersifat lemah lembut,mengandung humor yang sehat seperti: pesta, pertemuan, rekreasi.
3.  Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Sifat-sifat gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah:
a. Bersifat periodik, yaitu bagian terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan di tempatkan pada akhir kalimat.
b. Bersifat kendur, yaitu bila bagian kalimat yang mendapat enekanan di tempatkan pada aal kalimat.
c. Bersifat berimbang,yaitu kalimat yang mengandung dua kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat.
Berdasarkan sifat-sifat  gaya bahasa di atas maka dapat di peroleh gaya-gaya bahasa sebagai berikut:


1.      Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan - urutan pikiran yang setiap  kali semakin meningkat kepentingan nya dari gagasan – gagasan sebelumnya.contoh: ”Kami mendoakan  agar pada suatu waktu kapan saja waktunya mereka dapat berdiri sendiri, bukan mereka tidak bisa tunduk di bawah pengaruh kita, mengabdi dan berbakti kepada kita, tetapi karena justru itulah keadilan sosual yang kita perjuangkan.
2.      Antiklimaks
Adalah suatu acuan yang gagasan-gagasannya di urutkan dari yang terpenting berturut - turut ke gagasan yang kurang penting.
Antiklimaks ini kurang efektif karena gagasan yang penting di letakkan pada awal kalimat, sehingga pembagian atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.misalnya: ”Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya, pendiam dan tidak terkenal namanya”.
3.      Paralelisme
Adalah semacam gaya bahasa yang mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatial yang sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat yang berimbang,seperti: ”Sangatlah ironis kedengaran bahwa ia menderita kelaparan dalam sebuah daerah yang subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam sebuah negeri yang sudah ratusan tahun hidup dalam ketentraman dan kedamaian”.
4.      Antitesi
Adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan yang bertentangan, dengan menggunakan kata - kata dan kelompok kata yang berlawanan,Contoh:”Kaya- miskin,tua-muda, semuanya mempunyai kewajiban terhadap bangsa dan negara”.


5. Repetisi
Adalah perulangan bunyi,suku kata,kata atau bagian kalimat yang di anggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai,misalnya “atau maukah kau pergi bersama serangga - serangga tanah, pergi bersama-sama kecoak, pergi bersama mereka yang menyusupi tanah ,menyusupi alam,?
4.      Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
 Gaya bahasa berdasarkan makna di ukur dari langsung tidaknya,yaitu apakah acuan yang  dipakai  masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. tetapi bila sudah ada perubahan makna ,maka acuan itu di anggap sudah memiliki  gaya sebagai yang di maksudkan.
Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya di sebut sebagai trope atau figure of speech, dalam uraian ini gaya bahasa yang di sebut sebagai trope atau figure of speech di bagi atas dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris yang merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna, contoh: Satu kilometer terdiri dari 1.000 meter, rumah itu terletak 300 meter dari jalan raya.
Contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa bahasa  yang di pergunakan adalah bahasa biasa,bersifat polos, bahasa yang mengandung unsur-unsur kelangsungan makna, dengan konstruksi yang umum dalam bahasa indonesia.
Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna di bagi atas 2,yaitu:

1.      Gaya bahasa retoris
Macam-macam gaya bahasa retoris adalah:
a.      Aliterasi
Adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama.biasanya alitrasi ini di gunakan dalam puisi, kadang - kadang dalam prosauntuk perhiasan atau untuk penekanan. Misalnya Takut titik lalu tumpah
Keras-keras kerak kena air lembut juga

b. Asonasi
Adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama,biasanya ini di gunakan dalam puisi, kadang - kadang  prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekadar keindahan. Misalnya ini muka penuh luka siapa punya.
c. Anastrof
Adalah semacam gaya retoris  yang di peroleh dengan gaya pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat, misalnya pergilah ia meninggalkan kami,keheranan kami melihat perangainya.
d. Apofisis atau disebut juga preterisio
Adalah sebuah gaya dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu,tetapi tampaknya menyangkal. Misalnya “ jika saya tidak menyadari reputasimu,maka sebenarnya saya ingin mengatakan bahwa  anda pasti membiarkan anda menipu diri anda sendiri.
e. Apostrof
Adalah gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari pada hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir, cara ini biasanya di pergunakan oleh orator klasik. Misalnya “hai kaum dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini.
f. Asindenton
Adalah gaya yang berupa acuan ,bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk - bentuk ii biasanya dipisahkan saja dengan koma, seperti ucapan terkenal dari Julius Caesar: Veni, vidi, vici, ” saya datang, saya lihat, saya menang, contohnya: ” Dan kesesakan ,kepedihan, kesaktian, seribu derita detik-detik penghabisan orang meleaskan nyawa.
g. Polisindenton
Adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton, misalnya dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak tak menyerah ada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya?
h.Kiasmus
Adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa ,yang sifatnya berimbang,dan di pertentangkan satu sama lain, tetapi susun frasa atau klausa lainnya. Misalnya semua kesabaran  kami  sudah hilang,lenyap sudah ketekunan kami melanjutkan usaha itu.   
i.Elipsis
Adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat di isi atau ditafsir sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi memenuhi pola yang berlaku.
Misal: “ Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat tetapi psikis.
Bila bagian yang dihilangkan itu berada di tengah - tengah kalimat di sebut anakuloton,misalnya: ”jika anda gagal melaksanakan tugasmu ... tetapi baiklah kita tidak membicarakan hal itu”.
Bila pemutusan di tengah-tengah kalimat itu di maksudkan untuk menyatakan secara tak langsung suatu peringatan atau karena suatu emosi yang kuat, maka disebut aposiopesis.
j. Eufemismus
Eufemisme berasal dari bahasa yunani euphemizein yang berarti “ mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik”. Jadi yang di katakan dengan eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan - ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang,atau ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin di rasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Contoh : Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka (=mati )
               Pikiran sehatnya semakin merosot saja akhir-akhir ini (=gila )
k. Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu  dengan tujuan merendahkan diri. Misalnya “ kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali”.

l. Histeron porteron
Adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan sesuatu yang wajar,misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa yang di sebut hiperbaton. Misalnya “ kereta melaju d engan cepat di depan kuda yang menariknya. Bila ia sudah berhasil mendaki  karang terjal  itu,sampailah ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas dengan pasinya yang putih”.
m. Pleonasme dan Tautalogi
Adalah acuan yang mempergunakan kata-kata yang lebih banyak dari pada  yang di perlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Acuan yang di sebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu di hilangkan, sedangkan acuan yang di sebut tautalogi bila kata yang berlebih itu merupakan perulangan kata. Contoh dari pleonasme adalah “ saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri”.
Karena semua acuan iti tetap utuh dengan makna yang sama,walaupun  di hilangkan kata-kata:dengan telinga saya, dengan mata kepala saya dan yang merah itu. Sedangkan contoh tautalogi adalah “ ia tiba jam 20.00 malam waktu setempat”. Ini di sebabkan karena kata berlebihan itu sebenarnya mengulang kembali gagasan yang sudah di sebut sebelumnya, yaitu malam sudah tercakup dalam jam 20.00.
n. Perifrasis
Adalah gaya  yang mirip dengan pleonasme ,yaitu mempergunakan kata yang lebih banyak dari yang di perlukan. Perbedaannya terletak dalam hal bahwa kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat di ganti dengan satu kata saja. Misalnya “ ia telah beristirahat dengan damai ( mati,atau meninggal).
o. Prolepsis atau antisipasi
Adalah semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata - kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi, contoh kalimat yang mengandung gaya prolepsis atau antisipasi itu: ”Almarhum Pardi pada waktu itu menyatakan bahwa ia tidak mengenal orang itu”.
p. Erotesis atau pertanyaan retoris
Adalah semacam pertanyaan yang di pergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban . Misalnya “Rakyatkah yang harus menanggung akibat semua korupsi dan manipulasi di negara ini”,?
q. Silepsis dan zeugmaa
Adalah gaya di mana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Dalam silepsis, konstruksi yang di pergunakan itu secara gramatikal benar, tetapi secara semantik tidak benar. Misalnya “ ia sudah kehilangan topi dan semangatnya”. Kalau dalam zeugma kata yang di pakai untuk membawahi kedua kata berikutnya,hanya cocok untuk salah satu dari adanya, misalnya ” Dengan membelalakkan mata dan telinganya ia mengusir orang itu”.
r. Koreksio atau epanortosis
Adalah suatu gaya yang berwujud ,mula-mula menegaskan sesuatu,tetapi kemudian memperbaikinya,misalnya “sudah emat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali”.
s. Hiperbol
Adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar - besarkan suatu hal. Misalnya “jika kau terlambat sedikit saja pasti kau tidak akan di terima lagi”.
t. Paradoks
Adalah  semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata  dengan fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya. Misalnya ” musuh sering merupakan kawan yang akrab “.
u. Oksimoron
Adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga di katakan oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, sebab sifatnya lebih padat dari pada paradoks. Misalnya ” untuk menjadi manis seseorang harus menjadi kasar”.   
2.      Gaya bahasa kiasan
Gaya bahasa kiasan di bentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan.
Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian ,yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang langsung dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Contoh gaya bahasa langsung adalah “dia sama pintar dengan kakaknya”, dan “kerbau iti sama kuatnya dengan sapi”. Sedangkan contoh gaya bahasa kiasan adalah ” matanya seperti bintang timur”, dan bibirnya seperti delima merekah”.
Perbedaan dari kedua perbandingan di atas adalah dalam hal kelasnya. Perbandingan biasa mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan perbandingan yang ke dua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal yang termasuk dalam kelas yang berlainan. Sebab itu,untuk menetapkan apakah suatu perbandingan itu merupakan bahasa kiasan atau tidak.
Pada mulanya, bahasa kiasan berkembang dari analogi, analogi ini di pakai dengan pengertian proposisi, sebab itu, analogi hanya menyatakan hubungan kuantitatif. Misalnya hubungan antara 3 dan 4 di nyatakan sebagai analog dengan 9 dan 12. Secara umum dapat di katakan bahwa hubungan antara x dan y sebagai analog dengan hubungan antara nx dan ny. Dapat di simpulkan bahwa nilai dar suatu kuantitas yang tidak di ketahui dapat di tetapkan bila di berikan relasinya dengan sebuah kuantitas yang di ketahui.
Perbandingan dengan analogi ini kemudian muncul  dalam berbagai macam-macam gaya bahasa  kiasan, seperti yang di uraikan di bawah ini,
a.      Persamaan  atau smile
Adalah perbandingan yang bersifat explisit, maksudnya ialah ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Contohnya adalah”  kikirnya seperti kepiting batu”, kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebutkan obyek pertama yang mau di bandingkan, seperti: ”seperti menating minyak penuh”.
Persamaan di bedakan menjadi 2 yaitu:
-  Persamaan tertutup
Adalah persamaan yang mengandung perincian mengenai sifat persamaan, contohnya “saat menantikan hasil ujian terasa tegang seperti mengikuti pertandingan bulu tangkis pada set terakhir dengan kedudukan 14 - 14”.
-  Persamaan terbuka
Adalah persamaan yang tidak mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu,pembaca atau pendengar  diharapkan
c.Alegori, parabel dan fabel
Alegori adalah suatu cerita yang mengandung kiasan.Makna kiasan ini harus di tarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori ,nama-nama pelakunya adalah sifat-sifatnya yang abstrak, serta tujuannya yang selalu jelas tersurat. Contohnya seperti cerita si pincang  dan si keras menangis terisak - isak karena  kedua orang tuanya tertabrak mobil tadi pagi.
Parabel (parabola) adalah suatu kisah singkat  dengan tokoh -  tokoh biasanya manusia,yang selalu mengandung tema moral. Contohnya seperti cerita-cerita Abunawas, kisah nabi khaidir dan sebagainya.
Fabel adalah gaya bahasa yang di gunakan pengarang dengan menggunakan alam hewan sebagai pelakunya. Contoh”kancil yang cerdik itu berhasil menipu buaya”.
d.      Personifikasi
Adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan, seperti angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.
e.       Alusi
Adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat atau peristiwa. Biasanya alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit atau  implisit kepada peristiwa, tokoh atau tempat dalam kehidupan nyata ,mitologi,atau dalam karya sastra yang terkenal. Misalnya dulu sering di katakan bahwa Bandung adalah paris jawa.
Hal-hal yang harus di perhatikan untuk membuat alusi yang baik, yaitu:
1. Harus ada keyakinan bahwa hal yang di jadikan alusi di kenal juga oleh pembaca.
2. Penulis harus yakin bahwa alusi itu membuat tulisannya menjadi lebih jelas.
3. Bila alusi itu menggunakan acuan sudah umum,maka usahakan untuk menghindari acuan semacam itu.
            f. Eponim
Adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering di hubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama ini menyatakan sifat itu. Contohnya “ kecantikannya bagai cleopatra”.
g. Epitet
Adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang  atau sesuatu hal. Misalnya “lonceng pagi”untuk ayam jantan
                                                “puteri malam untuk bulan”
                                                “Raja rimba untuk siaga”

h. Sinekdo
Adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal  untuk menyatakan keseluruhan atau keseluruhan untuk sebagian, misalnya”setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp.1.000,-.
i.        Mitonimi
Adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Contoh : Ia membeli sebuah chevrolet.
               Saya minum satu gelas, ia dua gelas.
j.        Anatonomasia
Adalah sebuah bentuk khusus dari sinekdok yang berwujud penggunaan sebuah epitete untuk menggantikan nama diri atau gelar resmi atau jabatan untuk menggantikan nama sendiri.Misalnya :”Yang mulia tak dapat menghadiri pertemuan hari ini”.
k.      Hipalase
Adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah gaya bahasa tertentu di gunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya di kenakan pada sebuah kata yang lain.Misalnya : ”Ia terbaring di atas sebuah bantal yang gelisah ( yang gelisah adalah manusia bukan bantalnya).
l.        Ironi, Sinisme dan Sarakasme
Ironi di sebut juga dengan sindiran yaitu suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna dan maksud yang berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.
Contoh “Saya tahu anda adalah seorang gadis yang paling cantikdi dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat”.
Sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Contohnya “Tidak di ragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan akan lenyap bersamamu”!
Sarkasme adalah suatu acuan yang lebih kasar dari iarono yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir dan sarkasme ini kata-katanya kurang enak di dengar. Contohnya “Mulut kau harimau kau”.
m.    Satire
Adalah ungkapan yang mentertawakan atau menolak sesuatu. Satire ini mengandung kritik tentang kelemahan manusia, tujuannya adalah agar di adakan perbaikan secara etis maupun estetis.
n.      Inuend
Adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Misalnya : “Setiap kali ada pesta,pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan minum”.
o.      Antifrasis
Adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya,yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri atau kata-kata yang di pakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat dan sebagainya. Misalnya Lihatlah  sang raksasa telah tiba ( maksudnya si cebol ).
P. Pun atau paranomasia
Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.Ia merupakan permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya. Misalnya “Engkau orang kaya !”  “ya, kaya monyet!”.
b.      Segi non bahasa
Pengikut Aristoteles menerima style sebagai hasil dari bermacam-macam unsur, pada dasarnya style itu di bagi atas 7 pokok :
a.       Berdasarkan pengarang
Pengarang yang kuat dapat mempengaruhi  orang-orang sejamannya atau pengikutnya sehingga dapat membentuk sebuah aliran, seperti kita bisa mengenal  gaya chiril, gaya takdir,dsb.
b.      Berdasarkan masa
Yaitu gaya bahasa yang di dasarkan pada masa berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu, misalnya adanya gaya lama dan gaya klasik
c.       Berdasarkan medium
Yaitu bahasa dalam arti alat komunikasi  tiap bahasa ,karena struktur dan situasi sosial pemakainya, dapat memiliki corak tersendiri, misalnya; karya yang di tulis dalam bahasa jerman akan memiliki gaya berlainan bila di tulis dalam bahasa indonesia, perancis, dan jepang.
d.      Berdasarkan subyek
Yaitu subyek menjadi poko pembicaraan dalam sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa sebuah karangan.
e.       Berdasarkan tempat
Yaitu gaya ini mendapat namanya  dari lokasi geografis ,karena ciri - ciri kedaerahan mempengaruhi ungkapan.
f.       Berdasarkan hadirin
Yaitu para hadirin juga mempengaruhi gaya yang di pergunakan seorang pengarang,seperti gaya populer yang cocok untuk rakyat banyak, ada gaya sopan yang cocok untuk untuk lingkungan istana dan ada pula gaya intim yang cocok untuk lingkungan keluarga.



PENUTUP


A.    Kesimpulan
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang di miliki kelompok masyarakat pendengar.Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis ( pemakai gaya bahasa).
B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.


Daftar Kepustakaan

Drs.Rani Abdul SupratmanInti sari Sastra Indonesia.Bandung: Pustaka setia,2008.
Keraf Gorys,Diksi dan Gaya Bahasa.jakarta:PT Gramedia,1984.
Powerwadarminta,W.J.S.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka,1976








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..............................ii
BAB    1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….1
            A. Latar Belakang…………………………………..............................................1
            B. Pokok Permasalahan……………………………………………………………………..1
            C. Contoh……………………………………………………………………………………….…2
BAB    2. TATA KALIMAT DAN PARAGRAF……………………………………………………….3
            A. Paragraf………………………………………………………………..........................3       
            B. Kegunaan Paragraf………………………………………………………………………..3
            C. Jenis – jenis Paragraf…………………………………………………....................4
1.      Berdasarkan kelengkapannya……………………………………………..4
2.      Berdasarkan fungsi dan karangan……………………………………….6
3.     Berdasarkan teknik pemaparannya…………………………............8

D. Syarat – syarat pembentukan paragraf…………………………………………10
1.      Kesatuan………………………………………………………………………….10
2.      Koherensi…………………………………………………………………………10
3.      Perkembangan paragraf……………………………………………………11

            E. Struktur Paragraf…………………………………………………………………………12
F. Kerangka Paragraf……………………………………………………………………….13
G. Teknik Pengembangan Paragraf………………………………………………….14
BAB    3. PENUTUP……………………………………………………………………………………15
Daftar pustaka ……………………………………………………………………………………………17













BAB 1
PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
Pembahasan tentang penyusunan paragraf akan dilakukan dengan menelaah lebih jauh tentang paragraf, kegunaan paragraf,jenis paragraf,persyaratan paragraf yang baik, struktur paragraf, dan teknik pengembangan paragraf.
Untuk memudahkan anda memahami uraian materi ada baiknya dikemukakan beberapa tujuan yang hendak dicapai. Pertama, pembaca dapat menjelaskan tentang paragraf. Kedua, pembaca dapat menjelaskan kegunaan paragraf. Ketiga, pembaca dapat menjelaskan jenis paragraf. Keempat, pembaca dapat menjelaskan persyaratan paragraf yang baik. Kelima, pembaca dapat menjelaskan struktur paragraf. Keenam, pembaca juga dapat menjelaskan teknik pengembangan paragraf.  
B.       POKOK PERMASALAHAN
Dalam penulisan makalah ini, banyak hal-hal yang menjadi landasan masalah tetapi disini penulis mengambil beberapa permasalahan yang mungkin sering  kita alami yang bertujuan memudahkan penulis dalam menguraikan isi dalam penyusunan makalah.
Adapun beberapa permasalahan yang ada sebagai berikut :
a.    Apakah pembaca dapat menjelaskan kegunaan,jenis dan persyaratan sebuah paragraf yang baik?
1
b.    Bagaimana cara pembaca dapat mengembangkan kegunaan,jenis dan persyaratan sebuah paragraf yang baik?

C.  CONTOH
            Contoh sebuah paragraf :
Contoh (1)
“Semua suara diatas 85 dB dapat menyakibatkan kehilangan pendengaran. Kehilangan pendengaran ini tergantung pada kekuatan dan lama suara. Misalnya, selama 8 jam mendengar suara berkekuatan 90 dB dapat menyebabkan kerusakan. Semua ledakan yang suaranya dengan segera menyebabakan kerusakan. Kamu akan mendengarkan susra berkekuatan 85 dB jika kamu harus meninggikan suaramu terdengar oleh orang lain.”

Contoh (2)
         “Peredam senjata bekerja dengan prinsip – prinsip yang sederhana untuk membuat senjata tidak bersuara bayangkan sebuah balon. Apabila kamu menusuk balon dengan peniti akan menimbulkan suara yang keras. Akan tetapi jika kamu  membuka balon dan membiarkan udaranya keluar perlahan,suara akan sangat pelan. Proses ini lah menjadi ide dasar dibalik peredam senjata.”



BAB  II
TATA KALIMAT DAN PARAGRAF
A. PARAGRAF
      Paragraph adalah himpunan / kumpulan yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah ide.
Paragraf menurut para ahli :
1.      Arifin dan tasai mengemukakan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
2.      Kridalaksana menjelaskan paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung suatu tema.
3.      Tim penyusunan kamus  besar bahasa Indonesia,menjelaskan paragraf adalah bagian dalam suatu karangan yang biasanya mengandung suatu ide pokok dan penulisnya dimulai dengan garis baru dan di sebut juga dengan alinea.
4.      Akhadiah mengemukakan paragraf adalah merupakan ini penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan yang di dukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut.
5.      Widjono mengemukakan paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara lengkap runtut dan padu.
6.      Semi mengemukakan paragraf adalah kalimat atau perangkat kalimat mengacu pada satu topik.

B. KEGUNAAN PARAGRAF
      Keberadaan suatu paragraf dalam suatu tulisan sangat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Bagi penulis,paragraf berguna untuk beberapa hal berikut ini :
1.      Memudahkan pengekspresian gagasan,pikiran,perasaan dalam rangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.
3
2.      Memudahkan penataan topik-topik (paragraf) sebagai kesatuan rangkaian dalam suatu karangan.
3.      Memudahkan pengembangan topik karangan menjadi topik-topik sederhana.
4.      Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema lainnya.
5.      Memisahkan dan menegaskan pergantian suatu topik dengan topik lainnya secara formal.

C. JENIS – JENIS PARAGRAF
      Jenis paragraph dapat di lihat dari beberapa aspek yakni :
  1. Berdasarkan kelengkapannya
Paragraf dibedakan atas 2 (dua) jenis :
    1. Paragraf sederhana
Paragraf sederhana adalah paragraf yang hanya terdiri dari satu atau dua kalimat. Paragraf sederhana ini yang berisi pengantar suatu topic bahasan,penutup topic,bahasan peralihan topic bahasan didalam buku atau karangan ilmiah lainnya.
Paragraf sederhana yang berupa paragraf suatu topic bahasan terdapat pada penutup sub bab atau penutup bab.
Contohnya.
“Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata-kata yang dibentuk melalui proses onomatope ini ada yang di daftarkan sebagai lema (entri) tetapi banyak juga yang tidak didaftarkan”
Paragraf yang berupa paragraf penghubung atau peralihan topic bahasan umumnya terdapat pada penutup sub bab atau penutup bab.

4
Contohnya.
“Dalam berbagai bidang-bidang kosa kata ini,berikut ini akan dikemukakan bidang-bidang kosa kata itu menurut beberapa dasar pembidangan”
Paragraf sederhana dapat di temukan dalam berita jurnalistik di media masa.seperti surat kabar,majalah dan tabloid.
Contohnya.
“Sejumlah SMA dikota padang telah menyiapkan siswanya melengkapai ujian nasional atau (UN) 20 april,tak hanya memperdalam penyajian materi yang akan di uji sebagian kepala SMA atau SMK juga memperlihatkan sisi psikologis siswa yang cendung setres sebelum dan sesudah ujian”
    1. paragraf sempurana
paragraf sempurna adalah paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat satu atau dua kalimat menyatakan topic bahasan paragraf,sedang beberapa kalimat lainnya menjelaskan topic bahasan paragraf itu,paragraf sempurna ini berisi suatu topic bahasan paragraf.Paragraf sempurna ini adalah paragraf yang berupa paragraf pokok / pengembang.Paragraf sempurna inilah yang paling banyak ditemukan pada umumnya topic bahasan karangan disajikan dengan paragrf sempurna ini berbeda dengan itu dalam suatu karangan,paragraf sederhana,pada dasarnya di gunakan untuk memperlancar penyajian topic bahasan karangan.
Contohnya.
“Peredam senjata bekerja dengan prinsip yang sederhana untuk membuat senjata tidak bersuara,bayangkan sebuah balon,apabila kamu menusuk balon dengan peniti akan menimbulkan suara yang keras.”
5
  1. Berdasarkan Fungsinya dalam Karangan
Berdasarkan aspek fungsi paragraf dalam karangan paragraf dibedakan atas 4(empat) jenis yaitu:
    1. Paragraf pengantar/pembuka
Paragraf pengantar /pembuka adalah paragraf yang terdapat diawal suatu karangan.paragraf pengantar merupakan paragraf yang berisi pengantar untuk masuk kesuatu topic bahasan subbab,bab atau karangan.Paragraf pengantar ini tidak selalu ada di awal topic bahasan subbab,bab atau karangan.
Contohnya.
“Untuk keperluan bahasan ini,dikutip salah suatu definisi yang sederhana yaitu,bahasa ialah system lambing bunyi yang arbitrer yang di pergunakkan oleh anggota kelompok social untuk bekerja sama,berkomunikasi,dan mengidentifikasi diri”
    1. Paragraf penghubung/peralihan
Paragraf penghubung/peralihan adalah paragraf yang terdapat didalam suatu karangan yang lazim digunakan untuk memperlancarkan peralihan suatu topic bahasan sebelumnya.Paragraf ini adalah paragraf yang digunakan untuk menghubungkan suatu dua topic bahasan yang berbeda.Paragraf penghubung ini mempelancar penyajian dri satu topic bahasan ke topic bahasan lainnya.Disebut paragraf peralihan karma paragraf ini adalah paragraf yang memperlancar peralihan dri satu topic bahasan ketopik bahasan lainnya dalam suatu karangan.
Contohnya.
“Pada uraian diatas telah dijelaskan hakikat pemerolehan bahasa.Sekarang perlu di ketahui ragam atau jenis-jenis pemerolehan bahasa”
6
    1. Paragraf penutup
paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat diakhir suatu karangan bab dan sub bab.Paragraf penutup ini lazim berisi suatu penyimpulan topic bahasan,penegasan topic bahasan,pengharapan kepada pembaca berkaitan dengan topic bahasan itu.
Contohnya.
“Sebagai akhir dari bab ini,bias dikatakan banyak sekali masalah yang akan muncul dalam tahap-tahap kerja penyusunan kamus,baek kamus ekabahasa,maupun kamus dwibahasa”
    1. Paragraf pokok/pengembang
Paragraf pokok /pengembang adalah paragraf yang terdapat di dalam suatu karangan yang berisi topic-topik bahasan yang mendukung penjelasan topic bahasan karangan.Kesatuan beberapa paragraf pokok atau pengembang ini lah yang menunjang pengembangan topic bahasan karangan.Paragraf ini adalah paragraf inti yang berisi satu topic bahasan paragraf yang secara bersama-sama dengan paragraf pokok yang lain menjelaskan topic bahasan karangan.
Contohnya.
“Sayang,bagi kita bangsa Indonesia,sastra dan kesenian nyatanya semakin terpinggirkan dari kehidupan berbangsa.padahal,kita adalah bangsa yang berbudaya.Dalam dunia pendidikan sastra dianggap hafalan belaka.Siswa mengenal novel-novel sastra seperti Sengsara Membawa Nikmat.Di Bawah Lindungan Ka’bah,dan sebagainya hanya karena mereka”terpaksa”atau mungkin”dipaksa”menghafal beberapa synopsis dari beberapa karya yang benar-benar singkat yang ada dalam buku pelajaran,yang mereka khawatirkn muncul ketika ujian.”
7
  1. Berdasarkan Teknik Pemaparannya
Berdasarkan teknik pemaparannya,paragraf dibedakan atas lima jenis :
    1. Paragraf deskripsi
paragraf deskripsi adalah paragraf yang berisi gambaran(deskripsi) tentang suatu objek seperti benda,manusia,binatang,alam,dan sebagainya.Paragraf yang mendeskripsikan atau menggambarkan objek tersebut adalah paragraf deskripsi.Artinya, paragraf deskirpsi selalu berisi gambaran atau objek.Penyusunan paragraf deskripsi menggunakan logika ruang.Artinya,untuk pendeskripsian  suatu objek,dijelaskan bagian-bagian objek itu dengan teratur menggunakan kalimat-kalimat.Penataan paragraf deskripsi dengan logika ruang itu dapat di pilih sesuai urutan atas - bawah,kiri-kanan,utara-selatan,timur-barat,bagian besar - bagian kecil,bagian kecil – bagian besar,dan sebagainya.Contohnya.
“Di dalamnya hanya ada sebuah ruangan. Dan ruangan itu berfungsi serba guna. Diruangan yang sebuah itu ada balai-balai kayu. Balai-balai itu menyita hampir sebagian besar ruangan. Beralaskan tikar usang, tanpa kasur. Disanalah kini Eka anak lelakinya tidur”.
b.   Paragraf narasi
Paragraf  narasi adalah paragraf yang berisi cerita ( narasi) tentang suatu kejadian yang dialami tokoh baik orang maupun binatang dalam suatu kehidupan. Paragraf yang menceritakan peristiwa kehidupan tokoh ini adalah paragraf narasi. Paragraf narasi selalu berisi peristiwa kehidupan yang di alami oleh tokoh yang diceritakan. Jadi, disebut paragraf narasi hanya karena dibuat untuk menceritakan peristiwa kehidupan suatu tokoh dengan media bahasa. Penyusunan paragraf narasi ini menggunakan logika urutan waktu. Untuk penceritaan suatu peristiwa, dikemukakan penggalan-penggalan kejadian dengan teratur sesuai urutan waktu kejadian.
8
Contohnya.
“Dengan hanya celana dalam lelaki itu memburu istrinya yang berlari cepat. Perempuan itu memegangi handuk yang menutup bikini di pinggang dan mendesak – desak gerombolan manusia yang merubung mobil ambulans. Beberapa kali ia mengelilingi kendaraan itu, tapi tak seorang anaknya tampak.”
c.    Paragraf eksposisi
paragraf eksposisi adalah paragraf yang berisi penjelasan informasi ( ekspos ) tentang suatu persoalan, gagasan, pemikiran, temuan kepada orang lain. Penyusunan paragraf eksposisi ini menggunakan logika ilmiah(pemikiran). Artinya,untuk penjelassan suatu topic bahasan digunakan logika ilmiah seperti umum - khusus(deduktif),khusus - umum(induktif),penjelasan(definisi),sebab -  akibat,pemberian contoh,pengelompokkan(klasifikasi).Contohnya.
“Banyak tokoh besar membuat penemuan pada abad ini.para tokoh besar yang muncul pada abad ke-20 ini juga ada yang membuat mesin yang bisa terbang,seperti dilakukan Wright bersaudara. Selain itu ada pula penemuan molekul pembentuk basis kehidupan(DNA) oleh Watson dan crick,atau yang membuat dunia gemetar dengan seruan”Heil!”oleh Hitler.Temuan lain adalah mengubah alam semesta dengan sebuah persamaan seperti dilakukan oleh Einstein”.
d.   Paragraf argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi penjelasan untuk meyakinkan pembaca tentang suatu gagasan,pemikiran,temuan,atau keyakinan dengan pemberian alasan,data,atau fakta.Penyusunan paragraf argumentasi ini juga menggunakan logika ilmiah(pemikiran).

9
e.  Paragraf persuasi
paragraf persuasi adalah paragraf yang isinya berupa usaha untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain tentang suatu hal.Paragraf ini persuasi ini sering ditemukan dalam karangan-karangan yang berwujud iklan,promosi.Penyusunan paragraf persuasi ini lazim menggunakan logika yang disertai daya persuasive terhadap pembaca.Artinya, untuk penjelasan suatu topikbahasan digunakan penjelasan-penjelasan yang bisa mendesak pembaca untuk mengikuti sesuatu yang diinginkan penulis.
Contohnya:
“Serat” keragenan”adalah serat larut air yang terkandung dalam kapsul rambut laut Jao-Nori. Serat ini memiliki kemamapuan yang luar biasa untuk menekan kadar lemak dan kolesterol, dengan mengikat lemak kemudian dikeluarkan bersama feses(kotoran)”.
D. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
  1. Kesatuan
Paragraf harus memperlihatkan suatu maksud atau tema dengan jelas maksud atau tema itu biasanya didukung oleh sebuah kalimat topic atau kalimat pokok.
  1. Koherensi
Didalam paragraf harus terlihat keeratan hubungan antar kalimat,paragraf yang dibentuk dengan tidak memperhatikan faktor koherensi akan menghadapkan pembaca pada loncatan –loncatan pikiran yang membingungkan,urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau penyimpagan dari tema kalimat pokok.


10
  1. Perkembangan paragraf
Ide pokok dalam kalimat harus dijelaskan dengan contoh-contoh dan perincian,kegagalan pengembangan paragraf menghasilkan fragmen-fragmen yang pendek.
Kebulatan paragraf
Kebulatan paragraf dapat dibentuk dengan menggunakan beberapa cara :
1.      Transisi
Hubungan antar kalimat dan pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau frase transisi.
2.      Repetisi
Koherensi dari perkembangan paragraf dapat dipelihara dengan mengulang kata-kata kunci.
3.      Klimaks
Ide-ide bawahan disusun sedemikian rupa sehingga ide-ide berikutnya lebih tinggi kepentinganya dari pada ide sebelumnya, atau perhatian penulis terhadap ide yang berikutnya selalu lebih besar dari pada ide sebelumnya.
4.      Perbandingan dan pertentangan
Perbandingan dan pertentangan merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk menunjukkan  ketidaksamaan atau perbedaan antara dua orang,objek atau ide dengan mempergunakan dasar tertntu.
5.      Analogi
Analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi kedua hal itu.

11
6.      Contoh
Contoh digunakan untuk lebih menjelaskan sebuah ide yang sulit atau ide yang abstrak.
7.      Proses
Sebuah paragraf yang melukiskan proses harus memperlihatkan urutan kejadian secara kronologis penahapan dalam sebuah proses diurutkan menurut kejadian yang sebenarnya.
8.      Sebab akibat
Perkembangan dan koherensi sebuah paragraf dapat dinyatakan juga dengan penjelasan mengenai sebab atau akibat ide pokok.
9.      Defenisi
Defenisi merupakan usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti sebuah istilah atau hal. Defenisi kadang-kadang tidak dapat dijelaskan dalam satu kalimat saja,tetapi dalam satu rangkaian kalimat yang membentuk paragraf.
E. STRUKTUR PARAGRAF
Sebuah paragraf selalu memiliki satu topic bahasan dan beberapa penjelasan tentang topic.dilihat dari keberadaan kalimat topic,paragraf dapat dipilih menjadi dua macam :
1.      Paragraf yang memiliki kalimat topic
Paragraf yang memiliki kalimat topic umumnya berbentuk paragraf eksposisi,paragraf argumentasi,atau paragraf persuasi.
Letak kalimat topic dalam paragraf jenis ini adalah :
a.       Kalimat topic di awal (paragraf deduktif)
Paragraf yang memiliki kalimat topic diawal kalimat paragraf ini disebut juga dengan paragraf deduktif,paragraf ini dimulai dengan sebuah kalimat topic dan diikuti dengan beberapa kalimat penjelas.
12
b.      Kalimat topic di awal dan di akhir
Kalimat topic sebuah paragraf dapat pula diawal dan diakhir paragraf.artinya,dalam sebuah paragraf terdapat dua kalimat topic yang berbeda cara pengungkapannya tetapi tetap menyajikan suatu topic bahasan (paragraf).Paragraf yang memiliki kalimat topic diawal dan di akhir ini di sebut juga dengan paragraf campuran.
2.      Paragraf yang tidak memiliki kalimat topic
Paragraf yang tidak memiliki kalimat topic umumnya berbentuk deskripsi dan paragraf narasi.Paragraf jenis ini tetap memiliki topic bahasan namun tidak diungkapan dalam sebuah kalimat topic.Topik bahasan di ungkapan oleh keseluruhan kalimat penjelasan yang berarti pula topic paragraf tersirat dalam paragraf yang tidak memiliki kalimat topic tersebut dapat dilihat dalam paragraf narasi dan deskripsi. 

F. KERANGAKA PARAGRAF
Sebuah paragraf mempunyai rangka.rangka sebuah paragraf tersusun atas sebuah kalimat topic dan sejumlah kalimat penjelasan/pendukung.Sesuai dengan namanya,kalimat pendukung didayagunakan untuk memperjelas isi kalimat topic.Dalam sebuah paragraf,seorang pengarang biasanya meletakkan inti maksudnya pada sebuah kalimat topic.Dalam kalimat itulah pengarang meletakkan topic yang di bicarakannya.Kalimat topic berfungsi memberitahukan kepada pembaca apa yang di bincangkan dalam paragraf itu.Bagi pengarang kalimat topic berperan sebagai pengontrol terhadap ap yang mau di uraikannya.
Kebanyakan,pengarang meletakkan kalimat topicnya pada atau dekat bagian permula sebuah paragraf.Dengan meletakkan kalimat topic pada atau dekat bagian permualaannya,maka pembaca cepat menemukan pikiran utama yang ada dalam sebuah kalimat,dengan demikian memudahkan komunikasib pengarang-pembaca.Kalimat-kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang berisi gagasan penunjang,yakni sebagai penjabaran dari gagasan pokok.
13
      Kalimat – kalimat penunjang inilah yang membuat paragraf itu benar-benar berbicara kepada pembaca.Apa yang dimaksud dengan kalimat topic diuraikan nya dengan jelas.Pembaca di tuntun untuk dapat sepenuhnya memahami maksud kalimat topic.Tugasnya tentu saja membuat kalimat topic lebih jelas dan lebih terang maksudnya.
G. TEKNIK PENGEMBAGAN PARAGRAF
Pengembangan paragraf merupakan cara menyajikan topic bahasan paragraf dalam bentuk kalimat topiki dan kalimat-kalimat penjelas.Khusus dalam paragraf yang baik memiliki kalimat topic,pengembangan paragraf merupakan cara menyajikan topic bahasan paragraf dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas.Pengembangan paragraf ini dapat pula dijelaskan dalam dua suburaian berikut ini :
1.      Pengembangan Paragraf yang memiliki Kalimat Topik
           
      Pengembangan paragraf yang memiliki kalimat topic ini berarti berbicara tentang pengembangan paragraf eksposisi,argumentasi,dan persuasi. Berasarkan uraian pengembangan paragraf yang dikemukakan widjono dan suriamiharja,dapat dikemukakan beberapa teknik pengembangan paragraf berikut ini :
a. Teknik Penguraian Gagasan        
            Pengembangan paragraf dengan teknik penguraian gagasan digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic itu adalah berupa definisi konsep,penjelasan ide,pikiran,pandapat.Kalimat topic seperti ini perlu dijelaskan atau diuraikan dengan lebih rinci.Penjelasan dan penguraian itu diwujudkan dalam beberapa kalimat penjelas.Kalimat-kalimat penjelas itu dimunculkan sepanjang masih bermanfaat untuk menjelaskan topic bahasan paragraf itu.

b. Teknik Perbandingan/Pertentangan
            Pengembangan paragraf dengan teknik perbandingan/pertentangan digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic itu adalah berupa perbandingan/pertentangan dua hal. Hal ini lazim di gunakan unutk menjelaskan suatu hal harus diperbandingan atau dipertentangan dengan hal yang lain. Berbagai aspek perbandingan atau pertentangan itu diwujudkan dalam beberapa kalimat penjelas.kalimat-kalimat penjelas yang mengemukakan berbagai perbandingan atau pertentangan itu di munculkan untuk menjelaskan topic bahasan paragraf itu.
c. Teknik Pemberian Contoh
            Pengembangan paragraf dengan teknik pemberian contoh di gunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic itu dirasakan akan lebih jelas dengan cara mengemukakan contohnya.Teknik pemberian contoh ini lazim digunakan untuk mengkongkretkan suatu topic bahasan (paragraf).Agar topic bahasan itu menjadi nyata,pemberian contoh sangat perlu digunakan.Kalimat-kalimat penjelas itu mengemukakan contoh atau penjelas contoh untuk menjelaskan topic bahasan paragraf itu.
d. Teknik Pemberian Argumentasi
            Pengembangan paragraf dengan teknik pemberian argumentasi(alasan) digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic itu berupa pendapat,gagasan ,atau keyakinan agar diterima orang lain. Teknik pemberian alasan ini lazim digunakan untuk meyakinkan orang lain terhadap pendapat,gagasan atau keyakinan penulis. Agar topic bahasan itu diterima orang lain,pemberian alasan sangat perlu digunakan. Artinya,kalimat-kalimat penjelas itu adalah berupa alasan-alasan atas kebenaran pendapat,gagasan,atau keyakinan yang telah dikemukan dalam kalimat topic paragraf itu.
e. Teknik Perincian Sebab
            Pengembangan paragraf dengan teknik perincian sebab digunakan jika topic bahasan  paragraf dalam kalimat topic itu berupa persoalan yang di sebabkan oleh hal yang lain.Rincian seba itu sangat perlu menjelaskan topic bahasan yang berupa akibat itu. kalimat-kalimat penjelas itu adalah rincia sebab-sebab terjadi nya hal yang di kemukakan dalam kalimat topic.Kalimat penjelas yang berupa sebab-sebab terjadi persoalan itu di munculkan sepanjang dapat menjelaskan topic bahasan(paragraf) tersebut.
f. Teknik Perincian Akibat
            Pengembangan paragraf dengan teknik perincian akibat digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic itu berupa persoalan yang diakibat oleh hal yang lain. Rincian akibat itu sangat perlu untuk menjelaskan topic bahasan yang berupa sebab itu. Kalimat-kalimat penjelas itu adalah rincian akibat-akibat dari persoalan yang dikemukakan dalam kalimat topic. Artinya pula kalimat penjelas yang berisi akibat-akibat itu di munculkan sepanjang dapat menjelaskan topic bahasan(paragraf)tersebut.
h.      Teknik Pengklasifikasian 
            Pengembangan paragraf dengan teknik pengklisifikasian ini digunakan jika topic bahasan paragraf dalam kalimat topic itu berupa pengklasifikasikan atau suatu hal. Keseluruhan hasil klasifikasikan itu perlu dikemukakan untuk menjelaskan topic bahasan yang berupa pengklasifikasian atau pengelompokkan itu. Kalimat-kalimat penjelas itu adalah penjelasan klasifikasi dari persoalan yang di kemukakan dalam kalimat topic. Semua hasil klasifikasi itu harus muncul atau terdapat di dalam kalimat-kalimat penjelas.
2.      Pengembangan Paragraf yang tidak memiliki Kalimat Topic
            Pengembangan paragraf yang tidak memiliki kalimat topic ini berarti berbicara tentang pengembangan paragraf deskripsi dan narasi.pengembangan paragraf deskripsi menggunaka teknik urutan ruang.Sedangkan paragraf narasi menggunakan teknik urutan waktu.kedua teknik pengembangan paragraf  tersebut dijelaskan berikut ini :
a.      Teknik Urutan Ruang
            Teknik urutan ruang ini digunakan untuk mengembangkan paragraf deskripsi. Artinya, pengembangan paragraf dengan teknik urutan ruang ini digunakan jika topic bahasan paragraf adalah berupa objek yang harus dideskripsikan.Untuk itu,kalimat-kalimat penjelas adalah bagian-bagian dari suatu objek yang diungkapan satu demi satu secara teratur. Keteraturan pengungkapan bagian-bagian objek itu akan memudahkan pembaca mengganbarkan objek itu dalam pikirannya.
b.      Teknik Urutan Waktu
            Teknik urutan waktu ini digunakan pula untuk mengembangkan paragraf narasi. Artinya, pengembangan paragraf dengan teknik urutan waktu ini digunakan jika topic bahasan paragraf adalah berupa bagain-bagian peristiwa,perbuatan,tindakan,kejadian yang harus di ceritakan. Untuk itu pula,kalimat-kalimat penjelas adalah urutan terjadinya peristiwa kehidupan yang di ungkapankan satu demi satu secara teratur.Keteraturan pengungkapakan urutan terjadinya peristiwa kehidupan itu akan memudahkan pembaca memahaminya. 
 BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Paragraf adalah himpunan atau kumpulan yang bertalian dalam suatu rangakain untuk membentuk sebuah ide. Paragraf ini terdiri dari satu atau dua kalimat  yang berisi pengantar suatu topik bahasan,penutup topik bahasan.peralihan topik bahasan didalam buku karangan ilmiah lainnya.


SARAN
Semoga dengan adanya penulisan makalah yang berisikan bagaimana pengertian tata kalimat dan paragraf,dan bagaimana cara membedakan tata kalimat dan paragraf.



DAFTAR PUSTAKA

1.               Ermanto dan Emidar.2009.Bahasa Indonesia Pengenbangan Kepribadian di             Perguruan Tinggi. Padang: universitas negeri padang press.
2.               Zulfamih,Drs.2007. Aplikasi Bahasa Indonesia.Padang: IAIN Press
3.               Hasjim,nafron dan tasai,amran.1992.komposisi dalam bahasa  indonesia . jakarta:depertemen pendidikan dan kebudayaan.
 













DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                                                                  I
Daftar isi                                                                                                            II
BAB  I            Pendahuluan                                                                                         III
A.     Latar Belakang                                                                               III
B.     Tujuan                                                                                           III

BAB II            Pembahasan                                                                                           1
A.     Pembukaan                                                                                                   1
a.       Pengertian Karangan Narasi                                                        1      
b.      Pengertian Paragraph / Karangan Argumentasi                            1
B.     Isi                                                                                                     1
a.       Karangan Narasi                                                                         2
b.      Karangan Argumentasi                                                                           3      
c.       Ciri – ciri Argumentasi                                                                4
d.      Contoh Argumentasi                                                                   5                                                                                 
BAB III Penutup                                                                                              11
A.     Kesimpulan                                                                                               11

DAFTAR PUSTAKA                                                                                       12






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dari segi tujuan dan cara pemaparannya, jenis-jenis karangan atau karya tulis dapat dibedakan lima macam, salah satunya Narasi dan Argumentasi merupakan hal yang terpenting yang harus diketahui dalam jenis karangan dan karya tulis.

B.     Tujuan
Berdasarkan penilaian penyusun tentang karangan Narasi dan Argumentasi, penyusun bertujuan untuk mengetahui bagaimana karangan Narasi dan Argumentasi itu.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pembukaan
1.      Pengertian Karangan Narasi
Karangan Narasi adalah :
a.       Berasal  dari Narration = bercerita
Suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, merangkaikan tindak tanduk pembuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu.
b.      Suatu bentuk  wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pambaca tentang suatu  peristiwa yang telah terjadi.

2.      Pengertian Karangan Argumentasi
Karangan Argumentasi adalah :
a.       Karangan merupakan suatu bentuk keterampilan yang efektif, yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sebagai mana yang diinginkan oleh penulis.
b.      Merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan, melalui argumentasi, dunia ilmu menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat  tentang suatu hal.
B.     ISI
I . Karangan Narasi dan Argumentasi
A. NARASI
Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh.
Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
.
Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Langkah menyusun narasi (fiksi):
Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan

1.Karangan Narasi memiliki dua macam sifat :
a.      Narasi Ekspositoris / Narasi Faktual
Adalah Peragraf yang berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara infomatif. Sehingga pembaca mengetahui peristiwa btersebut secara cepat.
Contoh :
-          Kisah Perjalanan
-          Otobiografi
-          Kisah Perampokan
b.      Narasi Sugestif/ Narasi berplot
Adalah Pragraf yang berisi rangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal pembaca tentang peristiwa rersebut.
Contoh :
-          Novel
-          Cerpen

B. Paragraf Argumentatif (Argumentasi)

Paragraf argumentasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi) atau paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu. Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.

I. Tujuan dan Syarat Karangan / Paragraph Argumentasi :
a.       Tujuan Utama
·         Merupakan pembaca agar meneima atau mengambil suatu dokrim, sikap, dan tingkah laku tertentu.
b.      Syarat Utama

·         Menulis karangan argumentasi adalah penulisannya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.
II. Ciri-ciri Karangan Argumentasi :
·         Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
·         Mengusahakan pemecahan suatu masalah.
·         Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.
Contoh Karangan Argumentasi
Seperti : Nol Tak Berararti Tidak Ada. 
Langkah menyusun argumentasi:
  1. Menentukan topik/tema
  2. Menetapkan tujuan
  3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
  4. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
  5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi
Contoh tema/topik yang tepat untuk argumentasi:
  • Disiplin kunci sukses berwirausaha,
  • Teknologi komunikasi harus segera dikuasai,
  • Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.
Contoh karangan argumentasi pada umumnya:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.
1.      (What) Apa yang akan diceritakan,
2.      (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3.      (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4.      (Who) Siapa pelaku ceritanya,
5.      (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6.      (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
Contoh :
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitumenyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.
Kesimpulan dari paragraf tersebut ialah memilih SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran.
Contoh 1 :
Contoh kalimat pertama (1) di atas adalah pernyataan/pendapat dan kalimat kedua adalah pendukung. Di samping itu, penulis pun menjelaskan hubungan antara pernyataan/pendapat dengan fakta/ data pendukung, agar pembaca mempunyai gambaran yang jelas tentang hal yang disampaikan. Lebih-lebih bila tulisan itu disertai data empiris yang dapat dipercaya kebenarannya.
Dalam berargumentasi, unsur-unsur yang ada harus diatur secara logis dengan bentuk penalaran tertentu. Bentuk penalaran yang ada adalah penalaran induksi dan penalaran deduksi. Penalaran induksi adalah bentuk penalaran yang bertolak dari pernyataan khusus kemudian menarik kesimpulan secara lebih umum. Penalaran induktif tidak boleh membuat kesimpulan yang melebihi kelayakan fakta sebagai pendukung. Penalaran deduksi adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan umum yang dipakai untuk mengamati pernyataan khusus sebagai dasar mengambil kesimpulan.
Contoh 2 :
Akhir-akhir ini tempe sudah tidak lagi menjadi makanan orang-orang pinggiran atau kampung. Betapa tidak, seiring menjamurnya makanan-makanan instan dan modern yang mengandung berbagai bahan pengawet, tempe tetap menjadi makanan tradisional kebanggaan bangsa Indonesia. Terdapat banyak kandungan protein nabati yang tinggi di dalam tempe.Bahkan di Jakarta terdapat rumah makan yang menggunakan menu tempe untuk disajikan dalam berbagai makanan yang lezat. Karena kandungan gizi yang tinggi dan alamiah itulah tempe sudah mulai merambah pasar internasional. Tempe sudah menjadi makanan lokal yang mengglobal di tengah makanan yang hanya nikmat di lidah saja.
   Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis. “

Dilihat dari struktur informasinya, dalam paragraf argumentasi akan ditemukan:
1.  Pendahuluan, bertujuan untuk menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen yang akan disampaikan, atau menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi dikemukakan.
2.  Tubuh argumen, bertujuan untuk membuktikan kebenaran yang akan disampaikan dalam paragraf argumentasi sehingga kesimpulan yang akan dicapai juga benar. Kebenaran yang disampaikan dalam tubuh argument harus dianalisis, disusun, dan dikemukakan dengan mengadakan observasi, eksperimen, penyusun fakta, dan jalan pikiran yang logis.
3.  Kesimpulan atau ringkasan, bertujuan untuk membuktikan kepada pembaca bahwa kebenaran yang ingin disampaikan melalui proses penalaran memang dapat diterima sebagai sesuatu yang logis.
Karangan argumentasi bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar pembaca mau mengubah pandangan dan keyakinannya kemu-dian mengikuti pandangan dan keyakinan penulis. Keberhasilan sebuah karangan argumentasi ditentukan oleh adanya pernyataan/pendapat penulis, keseluruhan data, fakta, atau alasanalasan yang secara langsung dapat mendukung pendapat penulis.
Keberadaan data, fakta, dan alasan sangat mutlak dalam karangan argumentasi. Bukti-bukti ini dapat berupa benda-benda konkret, angka statistik, dan rasionalisasi penalaran penulis.

Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.

Contoh kalimat pertama (1) di atas adalah pernyataan/pendapat dan kalimat kedua adalah pendukung. Di samping itu, penulis pun menjelaskan hubungan antara pernyataan/pendapat dengan fakta/ data pendukung, agar pembaca mempunyai gambaran yang jelas tentang hal yang disampaikan. Lebih-lebih bila tulisan itu disertai data empiris yang dapat dipercaya kebenarannya.

Dalam berargumentasi, unsur-unsur yang ada harus diatur secara logis dengan bentuk penalaran tertentu. Bentuk penalaran yang ada adalah penalaran induksi dan penalaran deduksi. Penalaran induksi adalah bentuk penalaran yang bertolak dari pernyataan khusus kemudian menarik kesimpulan secara lebih umum. Penalaran induktif tidak boleh membuat kesimpulan yang melebihi kelayakan fakta sebagai pendukung. Penalaran deduksi adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan umum yang dipakai untuk mengamati pernyataan khusus sebagai dasar mengambil kesimpulan.

Berikut ini struktur penulisan argumentasi :
1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang masalah dan permasalahan.
2. Isi
Isi karangan adalah keseluruhan uraian yang berusaha menjawab permasahan yang dikemukakan dalam pendahuluan. Uraian isi karangan berupa pernyataan, data, fakta, contoh, atau ilustrasi yang diambil dari pernyataan, pendapat umum, pendapat para ahli, hasil penelitian, kesimpulan yang dapat mengukuhkan bahwa
pemecahan permasalahan itu harus demikian.
3. Penutup
Penutup berupa ikhtisar atau kesimpulan. Adapun langkah-langkah dalam menulis argumentasi adalah sebagai berikut:
1. memilih topik karangan,
2. mengumpulkan bahan,
3. menyusun kerangka karangan,
4. mengembangkan pendahuluan,
5. mengembangkan isi karangan,
6. membuat penutup karangan.
Demikian artikel ini saya susun, semoga Paragraf Argumentatif ini dapat berguna bagi saudara saudara semua

III. Paragraf Argumentatif (Argumentasi)

Paragraf Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu :
1. Paragraf (alinea)
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang
tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang
memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan
kepada pembaca secara efektif
2. Paragraf Argumentasi
    Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi
pendapat mengenai suatu hal yang disertai alasan-alasan
yang logis dan sistematis serta penyajian bukti-bukti dengan
tujuan memengaruhi pembaca untuk meyakini atau
menyetujui pendapat tersebut
Ciri-ciri paragraf argumentasi:
- Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
- Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
- Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
- Penutup berisi kesimpulan.

Contoh paragraf argumentasi:
Menurut Iskandar, sudah saatnya masyarakat mengubah paradigma agar lulusan SMP tidak latah masuk SMA. Kalau memang lebih berbakat pada jalur profesi sebaiknya memilih SMK. Dia mengingatkan sejumlah risiko bagi lulusan SMP yang sembarangan melanjutkan sekolah. Misalnya, lulusan SMP yang tidak mempunyai potensi bakat-minat ke jalur akademik sampai perguruan tinggi, tetapi memaksakan diri masuk SMA, dia tidak akan lulus UAN karena sulit mengikuti pelajaran di SMA. Tanpa lulus UAN mustahil bisa sampai perguruan tinggi. Pada akhirnya mereka akan menjadi pengangguran karena pelajaran di SMA tidak memberi bekal untuk bekerja.
Sumber : Cerdas Berpikir Bahasa dan Sastra Indonesia

Kesimpulan dari paragraf tersebut ialah memilih SMA tanpa pertimbangan yang matang hanya akan menambah pengangguran.

Dalam paragraf argumentasi, biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenali. Ciri- ciri tersebut misalnya :
(1) ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya;
(2) alasan, data, atau fakta yang mendukung;
(3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan.

Pada akhir paragraf atau karangan, perlu disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini yang membedakan argumentasi dari eksposisi.

Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.

Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan cara menjaga kesuburannya, dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.

Tujuan yang ingin dicapai melalui pemaparan argumentasi ini, antara lain :

-->melontarkan pandangan / pendirian
-->mendorong atau mencegah suatu tindakan
-->mengubah tingkah laku pembaca
-->menarik simpati

Contoh 1:
 laporan penelitian ilmiah, karya tulis
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Melalui argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam ilmu pengetahuan, argumentasi tidak lain adalah usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.Sementara narasi berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?” Suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi \
sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan sebagai berikut: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Ditulis oleh ahli bahasa terkemuka di Indonesia, Dr. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi sangat bermanfaat, terutama bagi mahasiswa. Buku ini membantu mahasiswa dalam penyusunan paper, maupun skripsi, serta memberikan dasar-dasar mengemukakan pendapat dan pikiran secara argumentatif, sistematis, logis, dan kritis, baik lisan maupun tulisan.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
·         Sebuah narasi bukanl merupakan rangkaian perbuatan semata-mata, tetapi juga merupakan rangkaian perbuatan yang mempunyai makna secara keseluruhan.
·         Selain untuk mempengaruhi sikap dan keyakinan pembaca, sebuah karya argumentative juga sering digunakan untuk mengemukakan  jalan pikiran penulis dalam usahanya menolak pendapat  orang lain.
·         Sebuah narasi tidak pernah menyajikan semua peristiwa secara tuntas. Narasi bersifat selektif artinya ia hanya memilih bagian-bagian yang hendak dicapai.








DAFTAR PUSTAKA


Samsuri dan Yus Rusyana.1976. Pedoman Penyusun Tata Bahasa Indonesia .  Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud
Soemanto, Bakdi . 1992 . Cerita Rakyat dari Yogyakarta.  Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama


DAFTAR ISI
                                                                                               
BAB I PENDAHULUAN      
           a.Latar belakang                                                                                                           
           b.Rumusan masalah                                                                                         
           c.Tujuan                                                                                                                       
           d.Metode pembahasan                                                                                     
           e.Sistematik penulisan                                                                                                 
  BAB II  PEMBAHASAN TENTANG PARAGRAF DESKRIPSI DAN PARAGRAF EKSPOSI
SI    
           - PARAGRAF DESKRIPSI                                             7
             MENULIS DALAM BENTUK DESKRIPSI                   7
             CIRI-CIRI PARAGRAF DESKRIPSI                            8
             CONTOH PARAGRAF DESKRIPSI                             9        
 - PARAGRAF EKSPOSISI                                                10              
    CIRI-CIRI PARAGRAF EKSPOSISI                              11
             CONTOH-CONTOH PARAGRAF EKSPOSISI                11
BAB  III  PENUTUP           
             KESIMPULAN                                                             13
             SARAN                                                                         13
             KEPUSTAKAAN                                                         14





PARAGRAF DESKRIPSI dan PARAGRAF EKSPOSISI

     I.PARAGRAF DESKRIPSI

        Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau mendiskripsikan suatu objek,benda atau alam.Objek tersebut digambarkan dengan menggunakan kata-kata berdasarkan aspek ruang dan kebendaan.Dalam paragraf ini,penulis berusaha memunculkan kesan yang kuat kepada pembaca dengan cara meransang seluruh indra pembaca,sehingga pembaca merasa betul-betul menyaksikan objek,benda atau alam tersebut.Melalui karangan deskripsi ini,penulis menggambarkan suatu objek dengan beberapa paragraf deskripsi.
       Karangan deskripsi disusun dengan menggunakan sejumlah paragraf deskripsi.Dapat pula dikatakn bahwa karangan deskripsi.Artinya,beberapa paragraf deskripsi  yang saling berkaitan menggambarkan objek yang ditampilkan itu.Namun demikian,di dalam karangan deskripsi ini dimungkinkan pula terdapat sebagian kecil  jenis paragraf lain.
       A.MENULIS OBSERVASI DALAM BENTUK DESKRIPSI

       Sebuah paragaf dapat dilambangkan dengan berbagai pola.Diantaranya pada pengembangan paragraf deskripsi.Dalam pola  pengembangan ini,suatu hal atau peristiwa diuraikan atas bagian-bagiannya secara mendetail,kemudian disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah paragraf yang  koheren,logis dan sistematis.

Secara umum,paragraf deskripsi dibedakan atas dua macam yaitu :
1.Paragraf deskripsi spesial : paragraf yang melukiskan ruang atau tempat berlangsungnya  suatu peristiwa                          
      Contoh : Malam gelap gulita di hulu sungai  ke tahun......sebentar-sebentar hirup-pikuk yang tiada berketentuan itu menjadi suatu dengan gagap gempita yang mendasyatkan dan mengecilkan hati,pertanda seorang raja rimba alam jatuh ke tanah untuk selama-lamanya.
2.Paragraf deskripsi ojektif : Paragrafyang menggambarkan suatu hal atau orang dengan mengungkapkan identitasnya secara apa adanya sehingga pembaca dapat membayangkan keadaannya.
Objek perincian dalam paragraf deskripsi adalah sesuatu yang berkaitan dengan

alam,binatang,tetumbuhan dan peristiwa-peristiwa alam.
          Tujuan penulisan deskripsi  juga  berada dengan tujuan penulisan eksposisi,karena bentuk deskripsi tidak mungkin diterapkan untuk mendiskripsikan suatu proses,maka tujuannya lebih diarahkan agar sipembaca secara imajinatif mampu mendapatkan gambaran suatu objek seolah objek tersebut benar-benar hadir  di depan pembaca.Maka,dalam pencapaian tujuan yang sifatnya imajinatif bahasa dalam wacana deskripsi juga lebih bersifat konotatif.
   
     CIRI-CIRI PARAGRAF DESKRIPSI :
a. Pemerincian objek ditampilkan hingga detil
b. Ditujukan untuk menimbulkan dan mengembangkan sensitifitas pembaca terhadap objek yang diperinci dalam paragraf.
c.  Pilihan kata bersifat konotatif dan persuasif
d. Objek yang ditampilkan dan diperinci berupa objek alam yang bukan memperlihatkan suatu proses atau aktifitas.
e. Disajikan dengan pola susunan ruang

      B.CONTOH PARAGRAF DESKRIPSI.
a.Dalam karya sastra (disebut dengan deskripsi artistik )deskripsi sering diselikan pada bagian
    bagian tertentu,misalnya mendeskripsikan latar atau setting.
b.Dalam karya ilmiah (disebut deskripsi ekspositorik )wacana deskripsi dapat  dipergunakan untuk memerinci suatu uraian ,misalnya deskripsi suatu unsur  senyawa,deskripsi atau pameran daerah,bahasa dan sebagainya
       Penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi memerlukan kecermatan dan ketelitian.Hasil pengamatan itu kemudian dituangkan oleh penulis dengan menggunakan kata-kata yang kaya akan nuansa dan bentuk.dengan kata lain,penulis harus sanggup mengembangkan suatu objek melalui rangkaian kata-kata yang penuh arti dan kekuatan  sehingga pembaca dapat menerimanya seolah-olah melihat,mendengar,merasakan menikmati sendiri objek itu.
       Supaya karangan sesuai dengan penulisnya,diperlukan suatu pendekatan-pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat sesuatu yang akan dituliskan.Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatu objek yang ditulis.Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis,yaitu :
a.Pendekatan Realistis :
    Dalam pendekatan realistis penulis dituntut memotret hal atau benda subjektif,mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya.
b.Pendekatan Impresionistis :
    Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif.Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas dan memberi pandangan atau interpretasi  terhadap bagian bagian yang dilihat,dirasakan atau dinikmatinya.

  II.PARAGRAF EKSPOSISI.
       Paragraf eksposisi dalah paragraf yang memaparkan permasalahan yang dibahas dengan cara menguraikan bagian-bagian atau unsur-unsurnya secara detail.Paragraf eksposisi ini menjelaskan suatu persoalan sehingga pembaca akan memahami persoalan yang dikemukakan tersebut dengan baik.Paragraf eksposisi ini adalah seperti buku,artikel ,populer dan media masa.
        Kata eksposisi yang dipungut dari kata bahasa inggris eksposition sebenarnya berasal dari kata bahasa latin yang berarti 0 membuka atau memulai 0.Memang paragraf atau karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi  tahu,mengupas,menguraikan dan menerangkan sesuatu,
        Dalam paragraf atau karangan eksposisi,masalah yang dikomunikasikasikan terutama adalah pemberithuan atau informasi.Hasil karangan eksposisi yang berupa informasi dapat kita baca sehari-hari di dalam media masa.Melalui media masa berita di ekspos atau dipaparkan dengan tujuan memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca.Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis,tetapi setiap pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian.Karena jenis karangannya bersifat memaparkan sesuatu,eksposisi juag dapat disebut karangan paparan.
        Paragraf eksposisi juga dapat dikatakan dengan  paragraf yang digunakan untuk mengiraikan (mengekspos) suatu informasi tanpa ada kecenderungan untuk mempengaruhai pembacanya sehubungan dengan isi informasi tersebut.
        Bentuk eksposisi memiliki persamaan dengan bentuk narasi terutama narasi ekspositorik.Persamaan tersebut adalah terletak pada bentuk pengungkapan yang bersifat informatif.Seorang penulis eksposisi.
berusaha mengekspos kenyataan sejelas-jelasnya seolah-olah menghadirkan fotocopy suatu keadaan kepada pembaca.
        Ciri-ciri wacana eksposisi :
a. Bertujuan untuk memberikan informasi baik berupa pengertian maupun pengetahuan
b. Digunakan untuk menjawab pertanyaan apa,mengapa,bilamana,dan bagaimana.
c. Disampaikan dangan bahasa yang luas dan cenderung bersifat denotatif.
d. Menggunakan pola susunan (alur berfikir) logis.
e. Tidak mengandung subyektifitas.
Contoh – contoh  wacana eksposisi :    
a.       Buku –buku manual  atau buku petunjuk , termasuk buku – buku resep
b.      Buku – buku teks yang berisikan teori – teori
c.       Laporan – laporan
d.      Artikel – artikel yang berisikan pemaparan suatu peristiwa
e.      Kamus
f.        Menulis Gagasan dalam bentuk paragraf Eksposisi
          Paragraf Eksposisi juga dapat juga diartikan sebagai paragraf yang berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca. Paragraf ini bertujuan menyampaikan fakta – fakta secara teratur , logis dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan suatu ide, istilah, masalah, proses , unsur – unsur tertentu, hubungan sebab – akibat dan sebagainya.
        Ada 2 macam paragraf eksposisi :
-          Paragraf eksposisi dengan pengembangan proses
-          Paragraf eksposisi dengan pola pengembangan ilustrasi
 

 -) Paragraf Eksposisi dengan pola pengembangan Proses :
Paragraf ini memberikan penjelasan terhadap bagaimana sesuatu itu terjadi atau bekerja. Agar    pemaparan ini disampaikan secara sistematis, penulis diharapkan :
a.       Menganalisis suatu hal atau persoalan bagian perbagian.
b.      Bagian – bagian tersebut diuraikan tahap demi tahap sehingga pada akhirnya pembaca mempunyai pengetahuan tenrang proses tersebut secara keseluruhan.
    -) Paragraf Eksposisi dengan pola pengembangan Ilustrasi :
         Paragraf Ilustrasi dengan pola pengembangan ilustrasi berusaha memberikan pemaparan dengan menggunakan ilustrasi, ilustrasi dengan contoh berfungsi memberikan gambaran penjelasan yang kongkret tentang sesuatu konsep atau prinsip umum, oleh karena itu ilustrasi haruslah bersifat langsung, artinya berhubungan langsung dengan konsep atau prinsip tersebut.

BAB    II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN PUISI
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter  menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
(4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.


B.     UNSUR-UNSUR PUISI
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)  Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2)  Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3)  Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4)  Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)  Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4)  Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya, dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
C.    RAGAM DAN JENIS PUISI
1)      Berdasarkan Zaman
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
 PUISI LAMA
Ciri-ciri puisi lama:
  • Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
  • Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
  • Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
  • Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
  • Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
  • Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
  • Seloka adalah pantun berkait.
  • Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
  • Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
  • Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
  • Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
  • Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
  • Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
  • Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
  • Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
  • Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
  • Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
2)      Berdasarkan Sudut Pandang Penulis
Ada bermacam-macam jenis puisi yang ditulis para penyair Indonesia. Karya sastra tidak bersifat otonom. Dalam memahami makna karya sastra, kita mengacu pada beberapa hal yang erat hubungannya dengan puisi tersebut. Dalam pemahaman puisi, hal yang dipandang erat hubungannya adalah jenis puisi itu sendiri dan sudut pandang penyair. Sebenarnya ada banyak sekali macam-macam puisi, dan bagaimana penyair dalam menyampaikan inspirasinya, serta bagaimana menafsirkan makna puisi dengan mudah. Sehingga mudah mengklasifikasikan, termasuk jenis puisi apakah yang kita ciptakan.
W.H Hudson menyatakan adanya puisi sebyektif dan puisi obyektif. Cleanth Brooks menyebut adanya puisi naratif dan puisi deskriptif. David Daiches menyebut adanya puisi fisik, platonic, dan metafisik. X.J. Kennedy menyebut adanya puisi konkret dan balada. Dalam kumpulan puisi Rendra, kita mengenal judul-judul: balada, romansa, stanza, serenada, dan sebagainya. Ada juga parable atau alegori. Sedangkan istilah ode, himne, puisi kamar, dan puisi auditorium juga sering kita jumpai.
1.      Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan.
a.       Puisi Narataif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi-puisi naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.
Balada adalah puisi yang bercerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Rendra banyak sekali menulis balada tentang orang-orang tersisih, yang oleh penyairnya disebut "Orang-orang Tercinta". Kumpulan baladanya yaitu, Balada Orang-orang Tercinta dan Blues Untuk Bonnie.
Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantic berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih mempesonakan. Rendra juga banyak menulis romansa. Salah satu bagian dalam "Empat Kumpulan Sajak"nya berjudul "Romansa" dan berisi jenis puisi romansa, yakni kisah percintaan sebelum Rendra menikah. Kirdjomuljo menulis romansa yang berisi kisah petualangan dengan judul “Romance Perjalanan". Kisah cinta ini dapat huga berarti cinta tanah kelahiran seperti puisi-puisi Ramadhan K.H. Priangan “Si Jelita”. Priode 1953-1961 banyak ditulis jenis romansa ini.
b.      Puisi Lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnya: elegi, ode, dan serenada.
Elegi adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya "Elegi Jakarta" karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di kota Jakarta.
Serenada adalah Sajak percintaan yang bisa dinyanyikan. Kata serenada berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak menciptakan serenada dalam 'Empat Kumpulan Sajak'. Misalnya Serenada hitam, Serenada Biru, serenade Merah Jambu, serenade ungu, Serenada Kelabu, dan sebagainya. Warna-warna dibelakang serenada itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, kecewa, dan seterusnya.
Ode adalah Puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, sesuatu keadaan. Yang banyak ditulis adalah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang dikagumi. “Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro” Chairil Anwar, dan “Ode Buat Proklamator” Leon Agusta merupakan contoh ode yang bagus.
c.       Puisi Deskriptif.
Didepan telah dinyatakan bahwa dalam puisi deskriptif, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan / peristiwa, benda, atau suasana dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat diklasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire, kritik sosial, dan puisi-puisi impresionitik.
Satire adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya.
Kritik Sosial adalah Puisi yang juga menyatakan ketidak senangan terhadap keadaan tau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidak beresan keadaan / orang tersebut.
Impresionistik adalah Puisi yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.
2.      Puisi Kamar dan Puisi Auditorium
Istilah puisi kamar dan puisi auditorium juga kita jumpai dalam buku kumpulan puisi ‘Hukla’ karya Leon Agusta. Puisi-puisi auditorium disebut juga puisi Hukla (puisi yang mementingkan suara atau serangakaian suara).
Puisi Kamar ialah Puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar.
Puisi Auditorium adalah Puisi yang cocok dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang.
Sajak-sajak Leon Agusta banyak yang dimaksudkan untuk sajak auditorium. Puisi-puisi Rendra kebanyakan adalah puisi auditorium yang baru memperlihatkan keindahannya setelah suaranya terdengar lewat pembacaan yang keras. Puisi auditorium disebut juga puisi oral karena cocok untuk dioralkan.
3.      Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal
Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sifat dari isi yang dikemukakan dalam puisi itu.
Puisi Fisikal adalah Puisi bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan merupakan obyek ciptaannya. Puisi-puisi naratif, balada, impresionistis, juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal.
Puisi Platonik adalah Puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah 'Cinta Platonis' yang berarti cinta tanpa nafsu jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-cita, religius, ungkapan cinta luhur seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi platonik.
Puisi Metafisikal adalah Puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius disatu pihak dapat dinyatakan puisi platonic (menggambarkan ide atau gagasan penyair), dilain pihak dapat disebut sebagai puisi metafisik (menagjak pembaca merenungkan hidup, kehidupan, dan Tuhan), karya-karya mistik Hamzah Fansuri seperti Syair Dagang, Syair Perahu, dan Syair Si Burung Pingai dapat dipandang sebagai puisi metafisikal. Kasidah-kasidah “Al-Barzanji” karya Ja'far Al-Barzanji dan tasawuf karya Jalaludin Rumi dapat diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal.
4.      Puisi Subyektif dan Puisi Obyektif
Puisi Subyektif disebut juga Puisi Personal, yakni puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi-puisi yang ditulis kaum ekspresionis dapat diklasifikasikan sebagai puisi subyektif, karena mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Demikian pula puisi lirik dimana aku lirik bicara kepada pembaca.
Puisi Obyektif berarti Puisi yang mengungkapkan hal-hal diluar diri penyair itu sendiri. Puisi obyektif disebut juga puisi impersonal. Puisi naratif dan deskriptif kebanyakan adalah puisi obyektif, meskipun juga ada beberapa yang subyektif.
5.      Puisi Konkret
Puisi konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak tahun 1770-an. X.J.Kennedy memberikan nama jenis puisi tertentu dengan nama puisi konkret, yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut pandang (poem for the eye). Kita mengenal adanya bentuk grafis dari puisi, kaligrafi, ideogramatik, atau puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan pengimajian lewat bentuk grafis. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf sangat potensial membentuk gambar. Gambar wujud fisik yang 'kasat mata' lebih dipentingkan dari pada makna yang ingin disampaikan.
6.      Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis.
Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan sangat muda dihayati maknanya. Puisi-puisi anak-anak atau puisi karya mereka yang baru belajar menulis puisi dapat diklasifikasikan puisi diafan. Mereka belum mampu mengharmoniskan bentuk fisik untuk mengungkapkan makna. Dengan demikian penyair tersebut tidak memiliki kepekaan yang tepat dalam takarannya untuk lambang, kiasan, majas, dan sebagainya. Jika puisi terlalu banyak majas, maka puisi itu menjadi gelap dan sukar ditafsirkan. Sebaliknya jika puisi itu kering akan majas dan versifikasi, maka itu akan menjadi puisi yang bersifat prosaic dan terlalu cerlang sehingga diklasifikasikan sebagai puisi diafan.
Dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu. Namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada bermacam-macam makna yang muncul karena memang bahasa puisi bersifat multi interpretable. Puisi prismatis kaya akan makna, namun tidak gelap. Makna yang aneka ragam itu dapat ditelusuri pembaca. Jika pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan tentang penyair dan kenyataan sejarah, maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan makna puisi tersebut.
Penyair-penyair seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar dapat menciptakan puisi-puisi prismatis. Namun belum tentu semua puisi yang dihasilkan bersifat prismatis. Hanya dalam suasana mood seorang penyair besar mampu menciptakan puisi prismatis. Jika puisi itu diciptakan tanpa kekuatan pengucapan, maka niscaya tidak akan dapat dihasilkan puisi prismatis. Puisi-puisi dari orang yang baru belajar menjadi penyair biasanya adalah puisi diafan. Namun kadang-kadang juga kita jumpai puisi gelap.
7.      Puisi Pernasian, dan Puisi Inspirati.
Pernasian adalah sekelompok penyair Prancis pada pertengahan akhir abad 19 yang menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi pernasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi-puisi yang ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan mampu menulis puisi, kebanyakan adalah puisi pernasian. Puisi-puisi Rendra dalam “Potret Pembangunan” dalam puisi yang banyak berlatar belakang teori ekonomi dan sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi pernasian. Demikian juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat dengan pertimbangan keilmuan.
Puisi Inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat kedalam puisi itu. Dengan mood, puisi yang diciptakan akan memiliki tenaga gaib, sekali baca habis. Pembaca memerlukan waktu cukup untuk menafsirkan puisi prosaic seperti karya penyair-penyair tahun 1970-an.


\
\
\
\
\
\


Stansa
Jenis puisi yang bernama stanza kita jumpai dalam Empat Kumpulan Sajak karya Rendra. Stanza artinya puisi yang tediri atas 8 baris. Stanza berbeda dengan oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24 baris. Aturan pembarisan dalam oktaf adalah 8 baris untuk tiap bait, sedangkan dalam setanza seluruh puisi itu hanya terdiri atas 8 baris.
8.      Puisi Demonstrasi dan Pamflet
Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan mereka yang oleh Jassin disebut angkatan 66. puisi ini melukiskan dan merupakan hasil refleksi demonstrasi para maha siswa dan pelajar sekitar tahun 1966. Menurut subagio Sastrowardoyo, puisi-puisi demonstrasi 1966 bersifat ke-kita-an, artinya melukiskan perasaan kelompok, bukan perasaan individu. Puisi-puisi mereka adalah endapan dari pengalaman fisik, mental, dan emosional selama penyair terlibat dalam demonstrasi 1966. gaya paradoks dan ironi banyak kita jumpai. Sementara itu, kata-kata yang membakar semangat kelompok banyak dipergunakan, seperti kebenaran, kamanusiaan, tirani, kebatilan, dan sebagainya.
Seperti halnya puisi pamflet, puisi-puisi demonstrasi merupakan ungkapan sepihak, sehingga kebenaran sulit ditrima secara obyektif. Pihak yang dibela diberikan tempat dan kedudukan yang terhormat dan serba benar, sedang pihak yang dikritik dilukiskan berada dalam posisi yang kurang simpatik.
Puisi pamflet juga mengungkapkan protes social. Disebut puisi pamflet karena bahasanya adalah bahasa pamflet. Kata-katanya mengungkapkan rasa tidak puaas kepada keadaan. Munculnya kata-kata yang berisi protes secara spontan tanpa proses pemikiran atau perenungan yang mendalam. Istilah-istilah gagah membela kelompoknya disertai dengan istilah tidak simpatik yang memojokkan pihak yang dikritik. Seperti halnya puisi demonstrasi, bahasa pusi pamflet juga bersifat prosaic.
Rendra adalah tokoh puisi pamflet. Didepan telah diberikan salah satu contoh puisi pamflet Rendra yang berjudul "Sajak Burung Kondor". Kata-kata cukong, dan kondom dinyatakan bersam dengan kata-kata penderitaan, kelaparan, dan kesengsaraan rakyat kecil yang dibela. Dalam pusi-puisi pamflet banyak kita jumpai kata-kata tabu yang diungkapkan penyair untuk menunjukkan kedongkolan hati penyair kepada pihak yang dikritik atau terhadap keadaan yang tidak memuaskan dirinya.
Puisi pamflet Rendra kehilangan makna konotatif, suatu kehebatan Rendra dalam menciptakan puisi pada tahun 50-an. Kata-kata kasar, ungkapan-ungkapan langsung ke sasaran, dan hiperbola yang bertujuan memojokkan pihak yang dikritik banyak kita jumpai dalam puisi-puisi pamflet Rendra. Puisi-puisi pamflet Rendra ini mengingatkan kita akan puisi-puisi Jerman pada awal industrialisasi di sana. Puisi-puisi pamflet Rendra kebetulan merupakan reaksi terhadap industrialisasi yang berkembang pesat sekitar tahun 1974 (seperti halnya puisi pamflet Jerman
9.      Alegori
Puisi sering-sering mengungkapakan cerita yang isinya dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis alegori yang terkenal adalah parable yang juga disebut dongeng perumpamaan. Dalam kitab suci banyak kita jumpai dongeng-dongeng perumpamaan yang maknanya dapat kita cari dibalik yang tersurat. Puisi "Teratai" karya Sanusi Pane boleh dikatakn sebagai puisi alegori, karena kisah bunga teratai itu digunakan untuk mengisahkan tokoh pendidikan. Kisah tokoh pendidikan yang dilukiskan sebagai teratai itu digunakan untuk memberi nasihat kepada generasi muda agar mencontoh teladan 'teratai' itu. Cerita berbingkai seperti Panca Tantra, 1001 Malam, Bayan Budiman dan Hikayat Bachtiar juga dapat diklasifikasikan sebagai parable.
D.    Teknik Pembuatan Puisi
Sampai saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik yang dipublikasikan di buku, di koran, di internet, maupun yang masih tetap mengendap di tangan penulis atau bahkan sudah hilang, entah ke mana rimbanya.
Berbagai ragam tema bahasan juga pernah diungkapkan lewat puisi, mulai dari kehidupan sehari-hari, budaya, sains, politik dan tentu saja tentang cinta yang banyak sekali ditemukan, khususnya puisi yang dituliskan oleh kaum remaja.
Tentu, puisi-puisi ini dilahirkan dari berbagai macam proses kelahiran. Sebenarnya, jika dicermati, menurut pengalaman, puisi itu merupakan ungkapan kata bermakna yang dihasilkan dari berbagai macam proses kelahiran masing-masing.
Proses kelahiran ini ada beberapa tahap, antara lain :
1.      TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA DIRI
Puisi pada tahap ini, biasanya lahir berdasarkan observasi pada sekitar diri sendiri, terutama pada faktor fisik. Misalnya pada saat berkaca.
2.      TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA DIRI
Pada tahap ini akan lahir puisi yang mampu mengungkapkan rasa atau perasaan diri sendiri atas obyek yang bersinggungan atau berinteraksi. Perasaan yang terungkap bisa berupa sedih, senang, benci, cinta, patah hati, dan lain-lain, misalnya tatkala melihat meja, akan bisa lahir sebuah puisi
3.      TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA OBYEK LAIN
Pada tahap ini puisi dilahirkan berdasarkan fakta-fakta di luar diri dan dituliskan begitu saja apa adanya, tanpa tambahan kata bersayap atau metafora, misalnya tatkala melihat meja, kemudian muncul gagasan untuk menulis puisi.
4.      TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA OBYEK LAIN
Pada tahap ini penulis puisi mencoba berusaha mengungkapkan perasaan suatu obyek, baik perasaan orang lain maupun benda-benda di sekitarnya yang seolah-olah menjelma menjadi manusia. Misalnya tatkala melihat orang muda bersandar di bawah pohon rindang, dapat sebuah terlahir puisi.
5.      TAHAP MENGUNGKAPKAN KEHADIRAN YANG BELUM HADIR
Pada tahap ini puisi sudah merupakan hasil kristalisasi yang sangat mendalam atas segala fakta, rasa dan analisa menuju jangkauan yang bersifat lintas ruang dan waktu, menuju kejadian di masa depan. Mengungkapkan Kehadiran yang belum hadir artinya melalui media puisi, puisi dipandang mampu untuk menyampaikan gagasan dalam menghadirkan yang belum hadir, yaitu sesuatu hal yang pengungkapannya hanya bisa melalui puisi, tidak dengan yang lain. Misalnya cita-cita anak manusia, budaya dan gaya hidup masyarakat di masa depan, dan lain-lain. Salah satu contoh yang menarik adalah lahirnya puisi paling tegas dari para pemuda Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta, atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), dalam Sumpah Pemuda.
Saat Sumpah pemuda yang berbentuk puisi ini diikrarkan, bangsa Indonesia masih tersekat-sekat dalam kebanggaan masing-masing suku, ras dan bahasa serta masih dijajah oleh kolonial Belanda. Melalui Puisi Sumpah Pemuda, lambat laun terjadi pencerahan pada seluruh komponen bangsa akan pentingnya persatuan, sehingga jiwa persatuan itu sanggup dihadirkan di dalam setiap individu bangsa Indonesia, meskipun kemerdekaan dan persatuan belum terwujud. Dan menunggu sampai dengan di raihnya kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
E.     Teknik Pembacaan Puisi
Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran/tujuan makna dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair? Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain:

Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
Dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata yang tersurat.
Vocal
Artikulasi
Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
Diksi
Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
Tempo
Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
Dinamika
Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
Modulasi
Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
Intonasi
Tekanan dan laju kalimat.
Jeda
Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
Pernafasan.
Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.
Penampilan
Salah satu factor keberhasilan seseorang membaca puisi adalah kepribadian atau performance diatas pentas. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa dan meyakinkan (tidak demam panggung).
Gerak
Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
Komunikasi
Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
Ekspresi
Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
Konsentrasi
Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.

BAB    III
PENUTUP

A.    Kesimpulan.
-          Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta.
-          Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.
-          Teknik Pembacaan Puisi.
  • Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
  • Vocal
  • Diksi
  • Tempo
  • Dinamika
  • Modulasi
  • Intonasi
  • Jeda
  • Pernafasan.
  • Penampilan
  • Gerak
  • Komunikasi
  • Ekspresi
  • Konsentrasi

B.  Saran
·         Hendaknya pihak sekolah memberikan bimbingan (kurikulum) kepada siswa yang memiliki potensial di bidang fisika instrument.
·         Hendaknya pihak sekolah mengadakan lomba karya tulis ilmih, agar para penuis puisi akan lebih kompetitif.


A.   LAPORAN

Menulis Laporan Hasil Kegiatan
            Melaporkan suatu kegiatan pada dasarnya memberik dan peran informasi mengenai hal-hal yang dilapori. Oleh karena itu, laporan kegiatan mempunyai fungsi informatif dan pertanggungjawaban. Laporan kegiatan selain berfungsi sebagai bahan informasi pihak lain,juga merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
Diskusi kelompok yang telah kamu laksanakan dapat dijadikan pedoman atau bahan informasi pihak lain. Agar bahan tersebut terdokumentasi dan tidak terlupakan, hasil sebuah diskusi sebaiknya dilaporkan dalam bentuk tertulis. Tentu saja bentuk laporan tertulius berbeda dengan laporan secara lisan.
Agar tampil baik, laporan tersebut harus disusun dengan memperhatikan sistematika penulisan laporan kegiatan pada umumnya, antara lain seperti sistematika berikut.
a.    Judul laporan
b.   Kata Pengantar
c.    Daftar isi
d.   Isi laporan
e. Penutup
Menulis Laporan Hasil Rapat
Seperti halnya diskusi, dalam rapat juga terdapat ketua, sekretaris/notulis, peserta, dan pembawa acara. Masalah dalam diskusi merupakan masalah yang menyangkut kepentingan sehari-hari yang berdasarkan literature. Dalam rapat, kita hendaknya kita dapat menentukan kebijaksanaan untuk melakukan tindakan.
Tugas notulis dalam rapat ialah mencatatpertanyaan dan saran dari peserta. Selain itu, ia bertugas mencatat jalanya rapar dari pembukaan sampai penutupdan tidak kalah pentingnya adalah mencatat keputusan rapat.
Contoh format notula:
RAPAT
Hari                :................................................................................
Tanggal          :................................................................................
  Tempat          :................................................................................
Jumlah Peserta:................................................................................
Acara
1.      Pembukaan
2.      Sambutan
3.      Inti/Penjelasan
4.      Tanggapan
5.      Keputusan
6.      Lain-lain
7.      Penutup

Jalanya rapat
I.                   Pembukaan..........................................................................
II.                Sambutan.............................................................................
III.             Inti/Penjelasan
1...........................................................................................
2...........................................................................................
3...........................................................................................
IV. Tanggapan
            1.........................................................................................
            2.........................................................................................
            3.........................................................................................
IV. Keputusan
            1.......................................................................................
            2.......................................................................................
            3........................................................................................
VI. Lain-lain
VII. Penutup
Menyusun Laporan Hasil Seminar
Dalam melaporkan hasil seminar, kamu juga diminya untuk mendokumentasikan jalanya seminar secara lengkap. Bedanya, Laporan hasil seminar berisi pandangan yang berkaitan dengan masalah yang dibicarakan. Rangkuman pendapat atau kesimpulan yang dicapai.
Secara umum kerangka laporan seminar dapat disusun sebagai berikut:
LAPORAN SEMINAR
TANGGUNG JAWAB KITA SEBAGAI PELAJAR TERHADAP LINGKUNGAN
1.      Pelaksanaan
Hari/Tanggal                     : ......................................................
Tempat                              :.......................................................
Waktu                               : ......................................................
Jumlah Peserta                  : ......................................................
2.      Pembicara/Pemakalah       : ......................................................
3.      Judul Makalah                   : ......................................................
4.      Moderator                         : ......................................................
5.      Notulis                              : ......................................................
6.      Jalanya Seminar
a.       Pembukaan
b.      Pembacaan makalah
c.       Tanya jawab
a)      .................................................................................
b)      .................................................................................
d.      Tangapan balik atau jawaban
a)      .................................................................................
b)      .................................................................................
7.      Penutup
Kesimpulan seminar
a.................................................................................................
b.................................................................................................
c.................................................................................................
8. Lampiran
a.       Makalah
b.      Daftar
Menyusun Laporan Hasil Seminar dengan Melampirkan Ringkasan Makalah, Notula, Acara, dan Daftar Hadir Peserta

          Agar laporan seminar dapat tersusun dengan baik, bahan yang diperlukan adalah catatan penulis atau penambat seminar yang digabungan dengan catatan maderator. Oleh karena itu dalam pelaksanaan seminar diperlukan moderator dan penambat / no tulis. Penambat tentu saja bertugas merekam proses berlangsungnya seminar dan kesimpulan yang di dapat selama seminar.
            Susunan laporan seminar pada dasarnya sama dengan susunan laporan rapat. Untuk lebih jelasnya di bawah ini bisa di sajikan contoh kerangka laporan seminar
Laporan Seminar Sehari Penggajaran bahasa dan Sastra Indonesia
                               I.      Pendahuluan
1.         Latar Belakang
2.         Tujuan Seminar
3.         Topik yang Dibahas
4.         Pelaksana
5.         Tempat dan Waktu
6.         Sasaran
                            II.      Materi Seminar
1.      Topik Pertama
a.       Pembicara.............................................................
b.      Topik....................................................................
c.       Jalannya Seminar
1)   Penyampaian Makalah
2)   Tanggapan/Pertanyaan
a)   Nama......................................................
    Pertanyaan..............................................
    Tanggapan..............................................
b)   Nama......................................................
    Pertanyaan..............................................
    Tanggapan..............................................
2.      Topik Kedua
a.    Pembicaraan.......................................................
b.   Topik..................................................................
c.    Jalannya Seminar
1)   Penyampaian Makalah
2)   Tanggapan/Pertanyaan
a)   Nama.......................................................
    Pertanyaan...............................................
    Tanggapan...............................................
b)   Nama.......................................................
    Pertanyaan...............................................
    Tanggapan...............................................
                         III.      Penutup
1.     Kesimpulan
2.     Saran-saran
Lampiran-lampiran
a.     Daftar Hadir Peserta
b.      Makalah Seminar
Membuat Laporan
Laporan adalah semacam dokumen yang menyampaikan informasi hasil pengamatan, penelitian, pelaksanaan suatu kegiatan, ataupun fakta-fakta lainnya.
Untuk dapat membuat laporan dengan baik, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
A.    Dasar Laporan
Sebuah laporan bertolak dari beberapa dasar: pembuatan laporan, penerimaan laporan dan tujuan laporan. Pembuat laporan dapat dilakukan oleh perseorangan atau badan. Begitu pula penerimaan laporan, dapat perseorangan atau badan. Tujuan laporan biasanya untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan, mengetahui keputusan dan kemajuan masalah, mengadakan pengawasan dan perbaikan, untuk menemukan teknik-teknik baru, dan sebagainya.
B.     Syarat Laporan
Agar dapat meyakinkan orang atau badan yang menerima laporan, pembuat laporan harus mampu menyusun laporan dengan baik. Oleh sebab itu, pembuat laporan harus bena-benar memperhatikan syarat sebuah laporan yang baik. Laporan yang baik harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya laporan harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan baik, isinya harus diurutkan sehingga masuk akal dan fakta-fakta yang disajikan harus menimbulkan kepercayaan penerima laporan.
C.     Macam-macam Laporan
Laporan dapat dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bentuk laporan ini dapat berupa formulir isian, surat, memorandun dan laporan berbentuk deskripsi. Setiap bentuk laporan tersebut digunakan sesuai dengan pokok permasalahannya.
D.    Stuktur Laporan
Untuk memperoleh sebuah laporan yang baik, stuktur laporan harus mendapat perhatian yang lebih sebab dari stukturlah penerima laporan dapat menilai apakah laporan dibuat dengan sistematika yang baik atau tidak. Stuktur laporan yang berbentuk deskripsi tidak berbeda dengan sebuah karangan. Oleh sebab itu, stuktur  Pendahuluan dalam sebuah laporan terdiri atas latar belakang, masalah dan tujuan. Isi terdiri atas uraian yang berkenaan dengan pokok masalah. Penutup berisi simpulan saran.
            Sistematika laporan populer biasanya disesuaikan dengan wartawan/medianya dan pembacanya.
            Akhirnya, untuk dapat membuat laporan yang baik perlu diperhatikan pertanyaan pemandu berikut ini.
1.      Laporan jenis apa yang akan dibuat?
2.      Untuk siapa laporan itu dibuat?
3.      Untuk apa laporan dibuat?
4.      Dalam bentuk apa laporan dibuat?
5.      Apakah bahasanya jelas dan menarik?
6.      Apakah data-data yang disajikan terpercaya?
7.      Apakah laporan ini tersusun secara sistematika?
8.      Lengkapkah isi pendahuluannya?
9.      Jelaskan pemecah permasalahnya?
10.  Adakah simpulan dan sarannya

A.  RESENSI
Menyusun Resensi
Resensi adalah penilaian mengenai kualitas buku, baik isi maupun perwajahannya dengan disertai alasan dan bukti. Resensi biasanya muncul dalam berbagai surat kabar/majalah dengan nama yang berbeda, misalnya bedah buku dan pertimbangan buku. Meskipun namanya berbeda, isinya sama saja. Isi yang disajikan berupa pertimbangan baik buruk isi buku yang di resensi. Penyajiannya, selain memuat isi resensi, juga meliputi judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, jenis huruf, halaman sampul, dan harga buku.
Buku yang di resensi biasanya buku terbitan baru sehingga dengan munculnya resensi di media cetak para pembaca dapat mengetahui dan memutuskan perlu tidaknya membaca buku tersebut. Dengan demikian, resensi dapat berfungsi sebagai pemberi informasi, alat reklame dan tulisan ilmiah.
Fungsi pemberi informasi dimaksudkan member informasi tentang adanya buku baru. Fungsi alat reklame dimaksudkan sebagai promosi adanya buku baru yang telah terbit. Fungsi karya ilmiah dimaksudkan resensi sebagai salah satu jenis karya ilmiah karena didalamnya disajikan pembahasan tentang isi buku dengan disertai alasan dan bukti.
mereka.
Mengungkapkan Prinsip-Prinsip Penulisan Resensi Sistematika resensi biasanya mengikuti pola berikut ini.
1.      Judul Resensi
2.      Perwajahan Meliputi:
a.       Judul buku
b.      Nama pengarang/penulis
c.       Nama penerbit dan tahun terbit
d.      Jumlah halaman
e.       Jenis huruf
f.       Halaman sampul
g.      Harga buku.
3.      Pembuka Meliputi:
a.       Uraian yang menjelaskan isi buku secara umum.
b.      Kaitan dengan hal di luar isi buku.
4.      Pembahasan Meliputi:
a.       Analisis terhadap isi buku dengan disertai alasan dan bukti yang ada dalam isi buku.
b.      Analisis berupa kekuatan atau kelemahan isi buku yang di resensi.
5.      Penutup meliputi penilaian penulis resensi mengenai perlu tidaknya pembaca resensi membaca atau memiliki buku tersebut.



Mengungkapkan tujuan dan fungsi penulisan resensi
Resensi berasal dari bahasa belanda resentie: atau bahasa latin recensie yang berarti memeriksa kembali.  
Resensi berisi ulasan, tanggapan,penilaian, dan apresiasi seseorang terhadap suatu karya cipta. Dilihat dari isinya, tampak sekali bahwa resensi merupakan opini individual yang bersifat subjektif.
ada awalnya, resensi dibuat hanya untuk karya cetakan. Khususnya yang berupa buku. Berbagai istilah digunakan untuk menyebut resensi buku tersebut, seperti timbangan buku dan tinjauan buku.Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat, objek resensi berkembang tidak hanya pada buku saja, tetapi juga pada album buku.
Pada dasarnya resensi dibuat dengan tujuan melindungi masyarakat atau konsumen dari propaganda atau promosi yang kadang berlebihan, mengingat tujuan tersebut, presensi hendaknya bisa berdiri di tengah-tengah untuk untuk menjadi mediator yang jujur dan adil antara pihak produsen dan konsumen. Dia harus bersikap bebas dari tekanan dan kepentingan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, namun akibatnya banyak  resensi di jadikan sebagai bahan promosi. Resensi itu dibuat oleh penerbit atas sponsor penerbitsehingga isinya diarahkan untuk kepentingan
Berikut adalah beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menulis resensi.
1.      Memilih objek resensi
Pada dasarnya, semua produk karya cipta yang sudah beredar di masyarakat dapat diresensi, baik yang sudah lama beredar maupun yang masih baru, namun resensi akan mendapat perhatian jika karya tersebut masih baru.
2.      Mengenal dan menguasai objek resensi
Peresensi harus mengenal, memahami, dan menguasai karya yang dipresensi serta persoalan/tema yang diangkatnya. Oleh karena itu, presensi harus membaca, menonton, mendengarkan sendiri buku, film, atau music yang diresensinya.
3.      Mengulas dan menimbangobjek resensi
Presensi harus mampu melihat semua persoalan dalam objek yang diresensi secara komporehensif atau menyeluruh. Dia harus mampu mendeskripsikan bagian yang menarik untuk dilihat. Dengan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki presensi mampu meneropong tema yang diangkat dari berbagai dimensi dan mengulasnya secara cerdas.
4.      Menulishasil resensi
Resensi bukan karya tulis ilmiah, tetapi juga bukan puisi yang dapat ditulis dengan mengabaikan tatanan bernahasa. Resensi merupakan karya tulis populer untuk di publikasikan di media massa. Oleh karena itu, resensi tidak harus di tulis dengan bahasa yang formal dan baku, tetapi lebih penting dengan bahasa yang komonikatif dan menarik. Ragam bahasa yang digunakan diselaraskan dengan calon pembacanya. Penulisan ejaan tetap harus di perhatikan. Untuk itu, resensi harus diedit terlebih dahulu sebelum di publikasikan kepada masyarakat.
Mengidentifikasi bagian-bagian pokok  dan sistematika resensi
        Meskipun tidak selalu persis sama, dalam setiap resensi buku terdapat bagia-bagian pokok yang hampir selalu ada. Secara umum, bagian itu dibagi 2, yaitu sebagai berikut:
1.      Bagian kepala, meliputi hal-hal berikut
·         Judul resensi( tidak selalu sama dengan judul buku)u dat
·         Identitas kepengarangan atau data publikasi buku yang terdiri dari atas ; judul buku,pengarang, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, terkadang di tambah juga informasi ukuran buku, harga n=buku dan nomor ISBN.
·         Gambar dari sampil muka atau sampuyl buku.
2.      Bagian tubuh dibagi menjadi 3 bagian.
§  Pendahuluan: tinjauan umum permasalahan actual yang berhubungan dengan topic buku.
§  Inti: garis besar atau pokok-pokok isi buku, kelebiuhan dan kekurangan buku, manfaat atau keuntungan yang bisa diperoleh.
§  Penutup; kesimpulan dan saran atu timbangan kepada calon pembaca.
Langkah-langkah menulis resensi
Ø Memilih judul buku yang layak dan laku untuk diresensi
Ø Membaca secara intensif untuk menikmati, mendakami dan memahami isi buku.
Ø Meringkas untuk menemukan garis besar isi dan pokok-pokok penting atau menarik.
Ø Membaca ulang sambil meneliti isi buku untuk dapat mengidentifikasa sisi-sisi kelebihan, kekeurangan dan manfaat.
Ø Menimbanmg bobot kelebihan dan kekuranganya, manfaat dan kelemahan isi buku.
Ø Menarik kesimpulan untuk memberi saran untuk dipertimbangkan.
RINGKASAN
Menulis rangkuman/ ringkasan isi buku
Menulis rangkuman atau ringkasan merupakan salah satu bentuk reproduksi, reproduksi adalah penulisan kembali berdasarkan karangan yang sudah di susun sebelumnya
Langkah- langkah menulis rangkuman sebagai berikut:
Ø   Yang akan di rangkum dengan seksama
Ø   Menandai kata-kata penting yang terdapat pada buku
Ø   Mencatat butir- butir pokok isi buku
Ø   Merangkaikan butir-butir pokok isi tersebut dalam kalimat yang   kita susun
Ø   Penyusunan kalimat hendaknya menggunakan kata-kata yang mudah di pahami
Ø   Penyusunan rangkuman dalam bentuk paragraph
Ø   Agar kepaduan kalimat dalam paragraph rangkuman yang kita susun terjaga kita dapat mengunakan kata-kata penghubung
Ø  hasil
                                                                                 



Daftar Pustaka

Suryanto, Alex, 1968. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Esis. Haryanto, Agun. 1968. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Esis Balai Akbar. 1994, Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakrta: Yudistira.Sastromiharjo,Andoyo, M. Pd. 2002. Laras Berbahasa



DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
  2. Pokok Masalah
1.1  Defenisi Karya Ilmiah
1.2   Jenis Karya Ilmiah
1.3  Karakteristik karya Ilmiah
1.4  Syarat Menulis Karya Ilmiah
1.5   Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah
1.6  Tahap Penulisan Karya Ilmiah Sederhana
1.7  Tips Menulis Karya Ilmiah

  1. Contoh
1.1  Contoh penulisan karya ilmiah sederhana
1.2  Contoh penulisan karya ilmiah sempurna

D. Daftar Pustaka

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Karya tulis akademik dan ilmiah menuntut kecermatan bahasa karena karya tersebut harus disebarluaskan kepada pihak yang tidak secara langsung berhadapan dengan penulis baik pada saat tulisan diterbitkan atau beberapa tahun sesudah itu. Kecermatan bahasa menjamin bahwa makna yang ingin disampaikan penulis akan sama persis seperti makna yang ditangkap pembaca tanpa terikat oleh waktu. Kesamaan interprestasi terhadap makna akan tercapai kalau penulis dan pembaca mempunyai pemahaman yang sama terhdap kaidah kebahasaan yang digunakan. Lebih dari itu, komunikasi ilmiah juga akan menjadi lebih efektif kalau kedua pihak mempunyai kekayaan yang sama dalam hal kosa kata teknis leksikon. Ciri bahasa keilmuan adalah kemampuan bahasa tersebut untuk mengungkapkan gagasan dan pikiran yang kompleks dan abstrak secara cermat. Kecermatan gagasan dan buah fikiran hanya dapat dilakukan kalau struktur bahasa ( termasuk kaidah pembentukan istilah ) sudah canggih dan mantap.

Kemampuan bahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah, sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, dimana kejelasan kosakata dan logika  tata bahasa merupakan persyaratan utama. Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan perasaan,sikap,dan pikiran. Aspek pikiran dan penalaran merupakan aspek yang membedakan bahasa manusia deng makhluk lainya. Selanjutnya disimpilkan bahwa aspek penalaran bahasa Indonesia belum berkembang sepesat aspek cultural. Demikian juga, kemampuan berbahaasa untuk komunikasi ilmiah dirasakan  sangat kurang apalagi dalam komunikasi tulisan. Hal ini disebabkan oleh proses pendidikan yang kurang  memperlihatkan aspek penalaran dalam pengajaran bahasa. Dua masalah kebahasaan yaitu masalah strategis  kebahasaan nasional dan peran perguruan tinggi sebagai agen pengembangan dan perubahan bahasa untuk tujuan keilmuan. Masalah pertama berkaitan dengan kebijakan penegasan kedudukan bahsa keilmuan dan masalah kedua  menyangkut peran perguruan tinggi dalam mengembangkan bahasa keilmuan. Bahasa keilmuan merupakan salah satu ragam bahasa yang harus dikuasai oleh mereka yang  berkecimpung dalam dunia keilmuan dan akademik. Ragam bahasa keilmuan pada dasarnya merupakan ragam bahasa yang memenuhi kaidah kebahasaaan. Tulisan ini menunjukan sebagian kaidah bahasa Indonesia yang seharusnya digunakan dalam dunia akademik demi penyebaran dan pemahaman ilmu. Dalam makalah ini akan dijelaskan cara menulis karya ilmiah dan cirri-cirinya.

B. Pokok Masalah

1.1  Defenisi Karya Ilmiah

Karangan ilmiah menurut Broto Wijoyo dalam Arifin (1985:8-9) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.

Pengertian karya ilmiah menurut kamus pelajar SLTP
Karya adalah hasil perbuatan, ilmiah adalah secara ilmu pengetahuan sesuai dengan syarat atau hokum ilmu pengetahuan, jadi karya ilmiah adlah hasil perbuatan yang dilakukan secara ilmu pengetahuan sesuai dengan syarat atau hokum ilmu pengetahuan.
Pengertian karya tulis adalah karangan ilmiah yang biasanya disusun oleh siswa dan mahasiswa. Karya tulis tersebut dapat disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat menyelesaikan jenjang sekolah atau mata kuliah, atau untuk membahas suatu masalah walaupun tidak secara mendalam dan biasanya berupa kajian pustaka.

1.2  Jenis Karya Ilmiah

Jenis-jenis karya ilmiah dapat dibedakan sebagai berikut :
  1. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan pembahasannya berdasarkan data dilapangan atau kepustakaan yang bersifat enpiris dan objektif.

  1. Kertas kerja
Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam dari pada makalah dengan menyajikan data dilapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Makalah sering ditulis untuk disajikan dalam kegiatan penelitian dan tidak untuk didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam seminar atau lokalkarya.
  1. Laporan praktik kerja
Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan dilapangan atau instansi perusahaan tempat kita berkerja. Jenis karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang Diploma III ( D III ).

  1. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain ( karya ilmiah SI ). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana.

Skripsi
·         Langsung (observasi lapangan)
·         Tidak langsung (studi kepustakaan)

  1. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah SII). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar Magister.

  1. Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil mbaru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah SIII). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar Doktor.
Perbedaan antara makalah,kertas kerja dengan skripsi,tesis dan disertasi dapat dilihat dari hal-hal berikut :
  1. Kegunaannya
  2. Tebal halaman
  3. Waktu pengerjaan
  4. Gelar akademik
1.3  Karakteristik Karya Ilmiah
  1. Mengacu kepada tiori
Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai landasan berfikir/ kerangka pemikiran/acuan dalam pembahasan masalah.
Fungsi teori :
  1. Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan.
  2. Dijadikan data sekunder/data penunjang ( data utama;fakta )
  3. Digunakan untuk menjelaskan,menerangkan,mengespos dan mendeskripsikan suatu gejala.
  4. Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.

  1. Berdasarkan fakta
Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya,sebenarnya dan kongkret.

  1. Logis
Artinya setiap keterangan dalam kerangka ilmiah selalu dapy ditelusuri,diselidiki dan diusut alasan-alasannya,rasional dan dapat diterima akal.

  1. Objektif
Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan tidak pernah subjektif,senantiasa factual dan apa adanya,serta tidak di interfensi oleh kepentingan baik pribadi maupun golongan.

  1. Sistematis
Baik penulisan/penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah disajikan secara rutin,teratur,kronologis,sesuai dengan prosedur dan system yang berlaku,terurut dan tertib.


  1. Valid
Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah syah dan benar menurut aturan ilmiah yang berlaku.

  1. Jelas
Artinya setiap informasi dalam karanga ilmiah diungkapkan sejernih-jernihnya, gamblang,dan sejelas-jelasnya sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan keragu-raguan dalam benak pembaca.

  1. Seksama
Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan secara cermat,teliti dan penuh kehati-hatian agar tidak mengandung kesalahan betapapun kecilny.
  1. Tuntas
Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai keakar-akarnya. Jadi supaya karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu luas.

  1. Bahasanya baku
Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai dengan bahasa yang dijadikan tolak ukur/standar bagi betul tidaknya penggunaan bahasa.

  1. Penulisan sesuai dengan aturan standar ( nasional atau internasional )
Akan tetapi,tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku dilembaga tempat penulis bernaung tetap harus diperhatikan.







1.4  Syarat Menulis Karya Ilmiah

1. Mengandung suatu masalah objektif,sesuai kenyataan beserta pemecahnya.
2.Masalah yang dikemukakan objektif,sesuai dengan kenyataan bukan hasil imajinasi.
3.Karangan disusun menurut metode tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
4.Karangan harus lengkap,semua yang berhubungan dengan masalah harus dikemukakan dan dilengkapi dengan kajian teori dari beberapa buku atau sumber lain.
5. Karangan dikemukakan dengan nalar yang sehat.
6.Karangan disusun menurut system tertentu,mudah dimengerti dan berkesinambungan.
7.Bahasa yang digunakan tidak menimbulkan penafsiran ganda,harus jelas dan mudah dipahami.

1.5        Tata Cara Penulisan karya Ilmiah

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah,yaitu :
1.       Istilah asing dicetak miring dan ditulis dengan benar
Missal: base station
…cell sites       cell site
dowlinknya     downlink-nya

2.       Penggunaan kata ‘ dimana ‘
       missal : ..teknik dimana digunakan..(salah)
      ..teknik yang digunakan..(benar)

Pada persamaan:
X=y + z
Dimana:      keterangan: (sebaiknya kata ‘dimana’ diganti dengan ‘keterangan’) y= nilai asumsi z= nilai hitungan

3.      Sebaiknya tidak menggunakan kata ‘kita’,’saya’ (kata ganti orang) dalam karya ilmiah. Missal : .. dapat kita asumsikan …(salah) ..dapat diasumsikan …(benar).

4.       Menggunakan kalmiat pasif. (seperti contoh no.3 diatas)

5.       Persamaan diberi nomor sesuai bab dan urutan serta tidak dicetak tebal. Missal :   c=a*b(2.3)

6.   Gambar,table,persamaan dan peryataan/kutipan diberi sumber acuannya.

7.       Kekonsistenan dalam penulisan. Misal:… perkembangan selular …(kalimat ke2)…  seluler… (kalimat ke 10)

8.       Tulislah kata dengan lengkap. Missal:  &       dan  yg      yang.

9.       Singkatan diikuti kepanjanganya dan untuk kalimat berikutnya cukup singkatannya saja.
      Missal:
      MU (mobile unit) …(kalimat ke 3)
       … perawatan perangkat MU tidaklah terlalu sulit.(kalimat ke 10)

10.  Gunakan EYD
Missal:
Bilangan 10,000 km     10.000 km
… didapat …   … diperoleh…
… terdiri dari      … terdiri atas …
Penggunaan huruf besar diawal kalimat.
Penenpatan titik (.) dan koma(,) yang sesuai.


11.  Ikuti tatacara/format penulisan karya ilmiah yang berlaku (yang dikeluarkan oleh institusi)
      Missal:
                > ukuran marjin
                > ukuran kertas
                > jenis huruf
      Seperti:
      A. Dalam pengantar harus menuliskan:
          a. Sifat,skop(ruang lingkup)dan tujuan penelitian
          b. Tinjauan pustaka yang relevan dengan permasalahan
          c. Cara penelitian
          d. Hasil utama penelitian (ditambah setelahpenelitian selesai) dan manfaat penelitian

                  Bahan dan cara,harus menyatakan:
a.  Sampel,jumlah sample, dan karestiristiknya (misalnya: umur, jenis kelamin, dll)
b. Keterbatasan pengambilan sampel (kalau ada)
c.  Uraian prosedur detail penelitian (ini bermanfaat supaya penelitian biasa diulang    oleh peneliti lain).

      B. Dalam hasil , setidaknya harus menuliskan:
a.  Karakteristik sampel
b.  Pemaparan hasil (harus menggunakan variable-variabel yang digunakan sebagai  alat untuk menjawab permasalahan penelitian).

      C. Pembahasan harus meliputi:
a. Tinjauan penemuan-penemuan penting penelitian
b. Pertimbangan penemuan-penemuan dalam kaitanya dengan penelitian terdahulu yang relevan
c. Implikasi penemuan terhadap teori
d. Pemeriksaan yang hati-hati terhadap hasil yang tidak mendukung atau hanya    sebagian yang mendukung hipotesis.
e. Keterbatasan-keterbatasan studi yang mungkin berakibat pada kesimpulan dan  generalisasi studi
f. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya
g. Implikasi studi untuk praktisi atau studi terapan

      D. Kesimpulan bias memberi gambaran:
a. Menyatakan kembali tesis secara singkat
b. Meringkas interprestasi hasil dan membahasanya dalam konteks teoristis yang lebih luas
c. Pendek dan langsung ke sasaran
d. Menjelaskan manfaat khusus dan umum hasil studi
e. Menuju kata-kata penutup

      D. Dalam abstrasi (ikhtisar atau ringkasan) yang harus ditulis adalah:
a. Problem penelitian
b. Subjek penelitian
c. Metode dan prosedur penelitian (kalau menulis dalam baha inggris, dibuat dalam past tense)
d. Hasil penelitian
e. Kesimpulan dan hasil implikasi studi

      E. Judul tulisan:
a. Memuat kata-kata kunci penting yang mewakili isi tulisan
b. Lepas dari kata-kata berulang yang tidak menyumbangkan makna isi penelitian
c.Mengandung sebanyak-banyaknya 12-15 kata kunci yang merupakan rangkuman ide utama



      F. Dalam ucapan terima kasih, biasa dituliskan:
a.Pihak-pihak yang membantu penelitian dalam hal: Penyediaan daftar pustaka,organisasi ide dan penulisan,penyediaan bahan dan alat, dan proses penelitian itu sendiri (bias individu,institusi,atau organisasi). Juga sebagai yang pertama dan utama, adalah kepada Allah SWT. Yang telah memberikan kemudahan kita dalam membuat penelitian tersebut.

b.Sumber dana penelitian: nama/jenis dana, nomor (bila ada), dan tahun penerimaan dana.

      G. Aturan penulisan efektif dalam paragraph:
a. Tunjukan tindakan penting dengan kata kerja,bukan kata benda.
b. Letakan  pelaku sebagai subjek dari kata kerjanya
c. Letakkan informasi yang lebih singkat sebelum informasi yang panjang dan   kompleks
d. Letakkan informasi yang sudah akrab dan berulang pada awal kalimat
e. Letakkan pula informasi baru dan tidak terduga pada akhir kalimat
f. Desain tali topic kalimat supaya membentuk pandangan yang koheren (saling berhubungan) dan konsisten.

      H. Penulisan efektif dalam paragraph:
a. Buatlah semacam desain isu (pokok persoalan) yang jelas pada bagian akhir dimana kamu memperkenalkan tali-temali tema (thematic strings)
b. Rumuskan maksud-maksud kalimat (point sentence) yang tepat untuk setiap unit tulisan (discourse)
c. Biasakan untuk memperlihatkan maksud paragraph (paragraph point) dibagian akhir pokok bahasan (pada awal paragraf), dan jangan terlalu seringmemaparkanya dibagian akhir diskusi (diakhir paragraf).



      I. Untuk daftar pustaka biasa dituliskan (catatan: penulisan ditulis berurutan):
a.Sistem Harvard: nama pengarang,tahun didalam tanda kurung,judul karangan,nama jurnal dan volume/nomor,serta nomor halaman, (nama penerbit dan kota dimana diterbitkan bila sumbernya buku).
b.Sistem Vancouver: nama pengarang,judul karangan,nama jurnal,tahun tanpa tanda kurung, volume/nomor,dan nomor halaman jurnal,( nama penerbit dan kota dimana diterbitkan bila sumbernya buku).
c.Sistem alfabetik: nama pengarang,judul karangan,nama jurnal,volume/nomor,dan nomor halaman jurnal,tahun dan tanpa tanda kurung(juga penerbit dan kota dimana diterbitkan bila sumbernya buku).

      J. Tabel yang dibuat harus memiliki:
            a. Judul table
b. Nomor table
c. Diletakkan segera setelah disebut dalam teks
d. Harus disebut didalam teks
e. Format table yang satu dengan yang lain harus konsisten
f. Satuan harus disebutkan
g. Singkatan harus diterangkan kepanjangannya dalam catatan dibaeah table
h. Judul lajur dan baris harus mewakili variable yang diukur pada lajur dan baris
i. Bilangan deesimal dari atas kebawah harus konsisten (jika dua angka dibelakang koma semuanya sama)

      K. Untuk gambar/grafik perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Nomor dan judul gambar harus ada
b. Sumbu vertical dan horizontal pada grafik harus diberi nama
c. Satuan dan ukuran pada masing-masing sumbu harus dicantumkan
d. keterangan gambar dibuat seringkas mungkin,sedangkan penjelasan lengkap dijelaskan didalam teks
e. Diletakkan segera setelah disebut dalam teks
f. Harus disebut dalam teks
      12. Cek penulisan sebelum diserahkan
      Cara penulisan karya ilmiah

       Bab 1 Pendahuluan

1.      Latar belakang: diskripsi masalah,data awal yang mendukung adanya masalah dan akar timbulnya masalah. Mengapa dan apa yang mendorong peneliti memilih topic penelitian ini.
2.      Rumuskan masalah secara jelas ,singkat termasuk konsep-konsep yang digunakan ,masalah dibatasi,bagian mana yang digarap,mengapa bagian itu yang diambil,dan gambarkan pentingnya masalah: sumbangannya terhadap perkembangan ilmu,kegunaan praktis (bila ada),hubungan dengan penelitian lain kegunaan yang lebih umum.
3.      Tujuan penelitian
4.      Manfaat penelitian

        Bab 11 Landasan teori

           Paparan tentang kerangka acuan atau objek yang sudah digunakan dalam memecahkan masalah. Gambarkan konsep-konsep yang digunakan,gambarkan teori-teori yang pernah ada yang berkaitan dengan masalah yang digarap,mengemukakan asumsi-asumsi dasar sebagai landasan berfikir,dan kemukakan hipotesis bila ada. Umumnya dikemukakan dalam bagian kerangka teoritis atau landasan teori.

        Bab 111 Metode Penelitian

           Paparan mengenai apa yang dilakukan dalam suatu penelitian(langkah-langkah) yang dilakukan sebelum melakukan suatu penelitian dan dikemas dalam bagian metode penelitian.



Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan

            Jawaban terhadap pertanyaan apa yang dikemukakan umumnya dikemukakan dalam bagian temuan atau hasil. Hasil-hasil penelitian harus mampu berfungsi sebagai alat pembuktian.

         Bab V Kesimpulan dan saran

          Kesimpulan,sebagai pernyataan singkat yang mengungkaphasil penyelidikan secara menyeluruh. Saran ,sebagai pernyataan yang betujuan untuk penyempurnaan hasil akhir penyelidikan. Kesimpulan memuat hasil sesuai dengan tujuan penelitian,penulis harus dapat menjelaskan kepentingan akan temuannya ,bukan merupakan pengulangan yang telah dibahas dibagian pembahasan,harus menceritakan pada pembaca mengapa temuan ini penting,dan bagaimana temuan ini berkontribusikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penelitian apa yang harus dilakukan kemudian.

          Bab VI Abstrak

           Abstrak adalah suatu bagian uraian yang singkat,jarang lebih panjang dari enam atau delapan baris,bertujuan untuk menerangkan kepada pemaca-pembaca aspek-aspek mana yang tercakup dalam sebuah uraian tanpa berusaha mengatakan apa yang dibicarakan mengenai aspek-aspek itu.

          Bab VI Referensi : kutipan ,catatan kaki, dan daftar pustaka

            Kutipan. Pembuatan skripsi dan karya ilmiah mengharuskan para penulis mencari sumber informasi ilmiah yang diperlukan untuk penulisan tersebut. Pengetahuan ilmiah yang dikutip dari seseorang dipergunakan untuk berbagai tujuan sesuai dengan argumentasi yang diajukan, misalnya untuk mendukung pernyataan penulis atau mendefenisikan sesuatu. Ketipan-kutipan tersebut dapat berbentuk “ kutipan langsung” atau  “ kutipan tidak langsung”. Kutipan langsung yang pendek dimasukkan dalam teks atau tubuh skripsi dengan menggunakan tanda kutip.

          Catatan kaki atau notasi ilmiah cukup penting diperhatikan dalam menulis karya ilmiah.Notasi ilmiah adalah catatan pendek untuk mengetahiu sumber informasi ilmiah yang dikutip dalam suatu karya ilmiah. Karena catatan tersebut diletakkan dibagian bawah halaman maka sering disebut catatan kaki atau footnote. Catatan kaki tidak hanya digunakan untuk mengetahui dan mendalami sumber informasi tetapi juga untuk memberikan catatan tambahan tentang suatu informasi dalam penulisan ilmiah tanpa mengganggu keseluruhan penulisan tersebut.

            Catatan kaki mencakup:
1.      Nama penulis
2.      Judul tulisan
3.      Tempat penerbitan
4.      Nama penerbit
5.      Tahun penerbitan
6.      halaman yang dikutip

           Daftar pustaka dapat berupa buku, jurnal, majalah, media masa, kertas kerja, ensiklopedi, internet dan bahan penerbit lain.
            Fungsi daftar pustaka:
a.       Sebagai alat untuk melihat kembali sumber asli oleh ilmuan lain, sehingga ilmuan lain dapat melihat benar atau tidaknya pengutipan pernyataan didalam bahan pustaka yang dapat digunakan sebagai alat untuk melihat perkembangan ilmu.
b.      Untuk mengetahui lebih jauh tentang sumber acuan yang terdapat dalam sebuah catatan kaki.
c.        Untuk melihat cakupan keilmuan seluruh isi tulisan ilmiah sebagai indicator mutu isi nya,dengan catatan bahwa semakin terspesialisasi bahan pustaka yang digunakan maka semakin tinggi nilai tulisan ilmiah.
d.      Untuk mengetahui dampak ilmiah dari tulisan ilmiah.
            Tata aturan penulisan daftar pustaka:
a.       Penulisan daftar pustaka disusun secara alfabetis, dari A-Z, dengan patokan pada huruf pertama dari nama keluarga atau marga penulis.
b.      Penulisan nama orang Indonesia yang lebih dari satu kata, adalah kata kedua dianggap sebagai nama keluarga dengan disertai tanda baca koma (,) didikuti singkatan kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik (.).(Catatan: apabila suatu bahan pustaka tidak terinformasi penulisnya,maka nama penulis tidak boleh ditulis dengan anonim).
c.       Setelah nama pegarang, berikutnya ditulis tahun penerbitan bahan pustaka dan diakhiri dengan tanda titik.
d.      Setelah tahun terbit bahan pustaka,berikutnya ditulis judul bahan pustaka yang diketik miring diakhiri dengan tanda titik (.)
e.       Setelah nama bahan pustaka, selanjutrnya ditulis:
1. Nama penerbit untuk bahan pustaka berupa buku
2.Nama jurnal besrta volume, nomor, tahun terbit dan halaman bahan pustaka yang dibaca untuk artikel illmiah yang diterbitkan dalam bentuk jurnal.
f.        Bagian terakhir adalah nama kota dari alamat penerbit untuk bahan pustaka berupa buku.
g.      Apabila nama penulis dari bahan pustaka yang dirujuk lebih dari satu, maka penulis ke-2 dan ke-3 urutan kata namanya tetap seperti nama aslinya hanya kata pertama dan atau kedua disingkat.

      1.6 Tahap Penulisan Karya Ilmiah Sederhana
1. Pemilihan naskah /pembatasan topik
2. Pengumpulan bahan
3. Penyusun kerangka tulisan
4. Pengembangan kerangka
5. Memperbaiki isi
6.Memperbaiki bahasa


      1.7 Tips Menulis katrya Ilmiah

      Ada beberapa cara yaitu:
1. Menyusun strategi sebelum menulis
               Empat point yang harus diperhatikan seblum menulis karya ilmiah,yaitu:
Ø   Kepada siapa anda menyajikan tulisan?
               Seberapa dalam informasiyang akan anda sajikan tergantung siapa pembacanya. Karya ilmiah popular dikoran umum,tentunya lebih dangkal isinya dari pada dimajalah Scientific. Sifat tulisan untuk pembaca umum, lebih mengedepankan unsure entertainment,dibandingkan tulisan untuk komunitas spesifik (misalnya majalah khusus computer). Selain dari segi isi, karya ilmiah popular untuk komunitas spesifik lebih banyak menggunakan Technical jargon. Boleh saja sebab disini istilah spesifik tidak akan asing lagibagi pembacanya.

Ø   Media apa yang anda pilih?
               Informasi untuk diinternet,televisi,koran atau majalah berbeda cara penulisannya. Misalnya media televise mempunyai kelebihan dapat menampilkan gambar. Sehingga penggunaan teks jauh lebih sedikit. Namun kelemahan media ini,waktu yang tersedia jauh lebih singkat dari pada media cetak. Contoh lain,perbedaan antara media cetak dan online. Media online dengan sifat revolusioner hiperlinksnya dapat merubah alur membaca. Kelebihan sifat link ini,anda dapat mengarahkan pembaca kepada focus yang anda tuju. Berbeda dengan media cetak misalnya buku,karakteristik membaca sifatnya linear. Anda mengarahkan pembaca melalui daftar isi.

Ø   Gaya penuturan apa yang paling tepat?
               Kerahkan imajinasi anda. Kira-kira bagaimana anda akan menyampaikan informasi paling tepat. Apakah dengan gaya reportase,menampilkan sosok yang bercerita atau tutorial sifatnya.



Ø   Kira-kira berapa lama waktu yang tersedia bagi pembaca?
               Pembaca koran biasanya lebih sedikit meluangkan waktu membacanya dari pada pembaca majalah. Bukankah koran yang sudah seminggu tidak aktual lagi? Umumnyapembaca tidak mengorek-ngorek lagi koran yang sudah bertumpuk selama setahun lamanya. Semakin sedikit waktu yang tersedia,informasi yang anda sajikan semakin pendekdan harus cepat menuju sasaran.

2.      Membidik pembaca

      Pilih topik menarik
      Beberapa cara menggelitik motifasi pembaca:
Ø  Mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari
            Contoh: sebenarnya menangis saat mengupas/memotong/mengiris bawang bias menyehatkan mata. Beberapa pakar percaya,airmata yang keluar karena rangsangan hawa bawang membersihkan mata dan kelopaknya dari debu dan kuman. Keluarnya air mata ini membuat mata bening dan berbinar.
Contoh diatas bernuansa entertainment,artinya topic yang dipilih mudah dicerna,membacanya bersifat refresing. Mudah dicerna karena bekaitan erat dengan kejadian sehari-hari.

Ø  Menyajikan value added
            Contoh: nama baik dan nilai sebuah dotcom bias jatuh bahkan menjadi tidak berharga jika dotcom dibobol. Dalam kondisi ini, para hacker diharapkan biasa menjadi konsultan keamanan bagi para dotcommers tersebut karena SDM pihak kepolisian & aparat keamanan Indonesia amat sangat lemah & menyedihkan dibidang teknologi informasi dan internet. Apa boleh buat cybersquad,cyberpatrol swasta barang kali perlu dibudayakan untuk survival dotcommers Indonesia di internet. Ilmu computer .com,pelajar menjadi hacker,onnow.curbo.



               Bagi sebagian pembaca awam,hacker suatu dosa berat. Tapi penulis memilih sudut pandang yang unik: belajar hacker itu penting untuk keamanan. Dengan penyajian ini pembaca merasa perlu belajar ilmu sipenulis: ada value added dari topic yang disajikan.

Ø  Memperkenalkan ilmu atau temuann baru
               Memperkenalkan ilmu atau temuan baru serta mengkaitkan dengan kebutuhan masyarakat adalah salah satu tugas penulisan ilmiah popular. Dengan memperkenalkan iptek,tingkat acceptance iptek itu sendiri semakin bertambah dikalangan masyarakat. Tidak harus melulu,kebutuhan sehari-hari,contoh lain misalnya manfaat kegunaan software SAP untuk bidang bisnis,teknologi baru,operasi dengan laser dirumah sakit dsb.

               Dengan contoh-contoh diatas anda memahami perbedaaan mencolok antara karya ilmiah dan ilmiah popular. Ilmiah popular sering kali mengankat topic yang berkaitan dengan masyarakat awam.

Ø  leading
               Struktur klasik karya ilmiah (skripsi,disertasi atau laporan penelitian) biasanya diawali 20 % pembukaan (hasil penelitian actual,problematika actual) 60 % inti isi tulisan (metode penelitian,pemecahan permasalahan), barulah 20 % terakhir kesimpulan atau masukan untuk penelitian kedepan. Sering kali karya ilmiah berhenti pada hasil penelirtian atau pada ilmu itu sendiri.

               Tidak demikian halnya dengan sebuah karya ilmiah popular. Tulisan jenis ini mencoba mengail minat pembaca dari sejak awal tulisan. Siapa peduli dengan problematika penelitian dan Stand terakhir penelitian. Yang penting pembaca mengetahui apa pentingnya tulisan inibaginya. Oleh karena itu,leading (pembukaan) sebuah karya ilmiah popular harus merangsang motifasi pembaca. Leading memuat informasi singkat apa isi tulisan,tapi bukan rangkuman yang mengurai semuanya. Setelah membaca leading seharusnya masih tersisa sejumlah pertanyaan yang memotivasi pembaca mengetahui jawabanya dalam tubuh tulisan.
Ø  Pemaparan informasi
               Pemaparan informasi dalam tubuh tulisan harus fokus,sesuai dengan tema yang disitir dalam leading. Buat alur yang menarik,sehingga pembaca mau mengikuti paragraph demi paragraf sampai selesai.

3. Haruskah alur berbentuk piramida terbalik?

               Alur piramida terbalik berarti dimulai dari informasi yang terpenting sampai kedetil yang kurang penting. Keuntungannya,pembaca vepat mendapat informasi utama. Biasanya model ini dipakai untuk penulisan hardnews (berita singkat). Namun untuk tuliasan karya ilmiah yang kompleks dan panjang belum tentu model ini bias dipakai. Sebab terkesan membosankan. Hal yang terpenting sudahdiketahui diawal,pembaca sudah merasa cukup dengan paragraph-paragraf awal. Tidak ada unsure menggelitik rasa ingin tahu lebih lanjut

·         Alur kronologis
Artinya alur cerita mengikuti satuan waktu: jam,hari,bulan atau tahunan. Disini patokan waktu explicit tercantum.
Contohnya karya ilmiah popular tentang pertumbuhan tanaman selama empat musim. Informasi disini akan terstruktur sesuai dengan kronologis mesin.

·         Alur proses
Mirip dengan alur kronologis. Disini alur mengikuti proses-proses yang berurutan. Contiohnya: tutorial software.

·         Deduksi
Penulisan ilmiah popular yang berdasar pada deduksi,memulai alur penjelasan dari hal yang umum menuju hal yang khusus. Contohnya: kebijakan pemerintah dalam masalah anggaran penelitian dan dampaknya bagi resep bidang teknologi kimia.


·         Induksi
Induksi kebalikan dari deduksi: dimulai dari informasi atau fakta-fakta khusus untuk menentukan kesimpulan yang berlaku umum.

C.    Contoh
1.1   Contoh Penulisan Karya Ilmiah Sederhana
                      Kerangka karya tulis ilmiah sederhana terdiri atas tiga bagian yaitu pendahuluan,isi dan penutup.

a.       Pendahuluan,mengutarakan perumusan dan penjelassan masalah. Yang penting dalam bagian ini yaitu latar belakang masalah,perumusan masalah,tujuan dan sistematika penulisan.
b.       Isi ,merupakan badan karangan yang disebut penguraian. Bab ini memuat segala penjelasan mengenai tiap segi secara rinci.
c.          Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Simpulan memuat hal-hal yang telah diuraikan pada bab isi dan saran berisi sesuatu yang hendak disampaikan kepada pihak-pihak tertentu berkenaan dengan materi pembahasan.








Sebagai contoh perhatikanlah sebagian karya tulis Agustin Prihati yang merupakan  hasil studi pistaka berikut!

Perbandingan Puisi Asmaradana Karya Goenawan Mohamad
Dan Cerita Rakyat Darmawulan

1.      Pendahuluan
           “Setiap teks merupakan perpaduan kutipan-kutipan dan merupakan penyerapan serta perubahan bentuk teks-teks lain.”

            Terkait dengan pernyataan diatas,Goenawan Mohamad sebagai salah seorang deretan penyair Indonesia telah memberi warna cukup kuat dalam perpuisian di Indonesia dengan beberapa hasil karyanya. Sebagai contoh yaitu puisi “ Asmaradana “. Penyair ini menciptakan puisi tersebut berdasarkan mitos yang telah ada (Darmawulan) dengan tema yang masih cukup relevan dengan tujuan menghindarkan kebosanan pembaca.
         
            Berdasarkan pada kenyataaan itu,maka masalah yang muncul dalam karya tulis ini adalah  “Dimana letak persamaan maupun perbedaan antara isi puisi Asmaradana dan isi cerita rakyat Damarwulan”. Dengan demikian jelaslah tujuan karya tulis ini adalah mendiskripsikan persamaan dan perbedaan isi puisi Asmaradana dan Damarwulan yang berupa cerita rakyat.

           Puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni dengan mengkonsentrasikan fisik dan struktur batin (Herman J. Waluyo:1991).

Menurut Z.F Zulfahnur (1996:81) puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia,alam, dan tuhan melalui media bahasa yang estesis secara terpadu dan untuk dipadatkan kata-katanya dalam bentuk teks. Adapun cerita rakyat menurut KBBI adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup dikalangan rakyat dan diwariskan secara lisan.

      2.Pembahasan

Berikut ini adalah hasil interprestasi puisi Asmaradana karya Goenawan mohamad.

Asmaradana

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun karena angina pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan  bimasakti yang jauh. Tapi diantar mereka berdua tidak ada yang berkata-kata.
            Lalu ia ucapkan perpisahan itu,kematian itu. Ia melihat peta nasib, perjalanan, dan sebuah perperangan yang tidak semuanya disebutkan.
            Lalu ia tahu, perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh keutara, ia takkan mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba karena ia tak akan berani lagi.
           Anjasmara, adikku,tinggallah seperti dulu, bulan pun lamban dalam angina, abai dalam waktu. Lewatremang dan kunang-kunang kulupakan wajahku, kulupakan wajahmu.

(sumber: Buku Apresiasi puisi untuk pelajar dan mahasisiwa, 2002)

              Setelah  membaca hasil interprestasi puisi Asmaradana tersebut, terbukti bahwa antar Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan cerita rakyat Darmawulan memiliki persamaan. Hal itu dapat dilihat adanya gagasan Goenawan mohamad dalam puisi tersebut yang dapat di runut (di telusuri) kembali dalam kisah Damarwulan.

               Persamaan kedua bentuk sastra tersebut terletak pada tokoh dan peristiwa yang diceritakan. Tokoh Anjasmara dengan peristiwa yang dialaminya merupalkan transformasi dari cerita Damarwulan.

              Bait pertama pada puisi tersebut merupakan bagian cerita yang mengisahkan suasana diawal menjelang perpisahan Damarwulan dengan Anjasmara. Pada bait ini, Goenawan Mohamad  menggambarkan suasana menjelang pagi yang diliputi kesedihan.

              Bait kedua berisi saat tiba perpisahan itu ,terbayanglah oleh Damarwulan garis nasibnya yang tak menentu karena menghadapi medan perang

              Bait ketiga dan keempat Goenawan Mohamad bercerita bahwa dalam perpisahan itu Anjasmara hanya dapat pasrah dalam kebimbangan. Bila kekasihnya kalah tentu mati dan ia akan merasa sangat kehilangan. Jika memang ia pun harus rela kekasihnya dijadikan suami dan diangkat menjadi raja baru mendampingi pemerintahan Ratu Kenya Kencana Wungu di Majapahit.

               Disamping persamaan-persamaan itu, dua bentuk karya sastra itu juga memilki perbedaan yaitu puisi Asmaradana berbicara satu peristiwa yakni perpisahan tokoh Anjasmara dengan Damarwulan. Dengan kata lain,Asmaradana merupakan bagian dari kisah. Sementara itu, cerita rakyat Damarwulan merupakan cerita utuh yaitu dimulai sejak terancamnya  Pemerintahan Majapahit oleh Menakjingga Raja Blambangan hingga Damarwulan berhasil menyelamatkan Majapahit dan diangkat sebagai raja pendamping Ratu Kenya Kencana Wungu.







3. Penutup
Berdasarkan paparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a.       Puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan cerita rakyat Damarwulan sama-sama menceritakan tokoh Damarwulan dan Anjasmara;
b.      Isi Asmaradana merupakan bagian dari kisah Damarwulan;
c.       Puisi Asmaradana sekedar menceritakan kembali kisah Damarwulan tanpa ada unsure tambahan dari penulis yang bersifat memperkaya cerita;
d.      Perbedaan bentuk dua karya tersebut hanya pada kapasitas penceritaannya yaitu puisi Asmaradana hanya menceritakan peristiwa perpisahan Damarwulan dengan Anjasmara, sedangkan cerita rakyat Damarwulan merupakan cerita utuh; dan
e.       Goenawan Mohamad dalam menulis puisi Asmaradana menggunakan cerita rakyat Damarwulan sebagai penimbul ide atau induk cerita.


Daftar Pustaka
Herman J. Waluyo.1991. Teori dan Apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga.
                              . 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Z.F.Zulfahnur.1996. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.
                      . 1996. Sastra Bandingan. Jakarta: Depdikbud.

















iii
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar